Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

‘Diancam’ Pedang oleh Rakyatnya, Umar Malah Tersenyum

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu merupakan salah satu pemimpin terbaik yang pernah dimiliki oleh kaum Muslimin. Keteladanan beliau dalam memimpin menjadi buah bibir lintas generasi. Harum dikenang. Dibincangkan kebaikan-kebaikannya. Tak bertepi.

Umar bin Khaththab merupakan pemimpin yang tegas. Beliau diberi gelar al-Faruq, yang mampu membedakan antara kebaikan dengan keburukan. Saking tegasnya, beliau juga dijuluki sebagai sosok yang menjadi palang pintu bagi masuknya fitnah kepada kaum Muslimin.

Di zaman beliau, tidak ada fitnah besar yang melanda kaum Muslimin. Dan sepeninggalnya, kaum Muslimin dilanda fitnah yang amat besar hingga akhir zaman. Meskipun, kedua hal ini hanya bisa terjadi atas izin Allah Ta’ala. Dia Berkehendak melakukan semua yang Dikehendaki.

Umar juga seorang pemimpin yang sangat pemberani. Di bawah kepemimpinannya, Islam dan kaum Muslimin disegani dan kuat. Banyak daerah baru yang berhasil ditaklukan dengan kalimat tauhid. Banyak pencapaian-pencapain yang bahkan belum pernah terjadi di zaman Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.

Meski demikian, Umar justru sangat khawatir dan sangat ketakutan. Beliau khawatir, apa yang dia capai merupakan fitnah karena hal itu tidak diberikan oleh Allah Ta’ala kepada Abu Bakar dan Rasulullah, padahal keduanya jauh lebih baik dari Umar bin Khaththab.

Salah satu kisah luar biasa lainnya terjadi ketika Umar bin Khathtab baru dilantik sebagai pemimpin kaum Muslimin. Saat ayah Hafshah ini menyampaikan pidato, ada salah seorang sahabat mulia yang berani menyampaikan ancaman positif. Uniknya, Umar bukannya marah, tapi justru tersenyum dengan apa yang disampaikan oleh sahabatnya itu.

Katanya dengan sangat tegas, “Apabila Engkau, wahai Khalifah, benar, maka aku akan menaatimu. Tetapi jika Engkau menyimpang, pedang ini yang akan meluruskanmu.”

Mari sedikit berandai-andai, apa yang akan terjadi jika pemimpin kita tengah berpidato, lalu ada yang mengatakan kalimat semakna ini? Akankah dia tersenyum selayaknya Umar bin Khaththab? Ataukah dia akan marah-marah, malu, lalu menimpakan hukuman kepada rakyat yang mengatakan seperti itu?
Bahkan, membayangkan pun tak akan pernah sempurna. Sebab antara kita dan rakyatnya Umar bin Khaththab amat jauh kualitasnya. Apalagi kualitas pemimpinnya.
Wallahu a’lam. 

http://kisahikmah.com/diancam-rakyatnya-umar-malah-tersenyum/


Lengkapnya Klik DISINI

Penyerangan Khaibar

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

khaibar(Muharam 7 H / Juni 628 M)

Pada bulan Muharam tahun 7 H, Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersama kaum muslimin melakukan penyerangan kepada kaum Yahudi di Khaibar.

Khaibar adalah kota besar yang dikelilingi oleh benteng dan perkebunan, berjarak 86 km dari utara kota Madinah. Selama ini kota itu menjadi pusat makar dan provokasi yang selalu mengacaukan keamanan kaum muslimin.

Benteng-benteng di kota Khaibar terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama terdiri dari lima benteng, yaitu: (1) Benteng Na’im, (2) Benteng Sha’b bin Mu’az, (3) Benteng Zubair, (4) Benteng Ubay, (5) Benteng Nizar.

Lapisan kedua terdiri dari tiga benteng: (1) Benteng Qamus, (2) Benteng Watih, (3) Benteng Salalim.
Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam pergi bersama 1400 pasukan, mereka ini adalah para sahabat yang sebelumnya telah berbai’at dalam peristiwa baiaturridwan / Hudaibiyah. Orang-orang munafik yang tidak ikut dalam perjanjian Hudaibiyah dilarang ikut oleh Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam.

Setelah keberangkatan Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Ubay segera memberitahu Yahudi Khaibar tentang keberangkatan Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam tersebut. Kaum Yahudi kemudian meminta bantuan suku Ghathafan yang selama ini terikat perjanjian dengan mereka. Kepada Ghathafan dijanjikan setengah hasil panen Khaibar jika mereka menang berperang.

Berangkatlah suku Ghathafan untuk memberi bantuan kepada Yahudi Khaibar. Namun di tengah perjalanan, mereka mendengar isu bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam akan menyerang kampung yang mereka tinggalkan.  Karena diliputi kekhawatiran, akhirnya mereka kembali pulang.
Ketika Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam mengepung benteng pertama milik Yahudi, Beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam menunggu selama enam hari tanpa melakukan apapun. Pada malam ketujuh, Umar bin Khaththâb radhiyallâhu’anhu berhasil menangkap seorang Yahudi yang tengah keluar dari benteng dan membawanya ke hadapan Rasulullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam.

Dalam keadaan sangat takut, orang Yahudi tersebut mengatakan: “Jika kalian memberi jaminan keamanan kepadaku, akan aku tunjukkan kepada kalian sesuatu cara agar kalian berhasil menaklukkan mereka”. Selanjutnya ia mengatakan, “Penghuni benteng ini telah diliputi rasa lelah dan jemu. Mereka mengirim anak-anak mereka ke benteng yang ada di belakangnya. Dan mereka akan keluar menyerang kalian esok hari.”

Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh, besok aku akan berikan panji perang kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan dia dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah akan menaklukkan musuh dengan kedua tangannya.”

Keesokan harinya, beliau menanyakan Ali bin Abi Thâlib radhiyallâhu ‘anhu. Beliau  Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam diberitahu bahwa Ali radhiyallâhu’anhu mengalami rasa sakit di kedua matanya. Selanjutnya, Beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam memanggil Ali radhiyallâhu’anhu dan meludah di kedua matanya. Seketika itu juga Allah Ta’ala menyembuhkan kedua matanya; seakan-akan tidak pernah ada rasa sakit sebelumnya.

Kemudian, beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam memberikan panji perang kepada Ali radhiyallâhu’anhu. Setelah itu, kaum Muslimin bergerak menyerang kaum Yahudi hingga berhasil menaklukkan benteng tersebut. Kaum Muslimin terus menaklukkan benteng demi benteng, hingga Allah Ta’ala menyempurnakan penaklukan Khaibar.

Dalam peperangan ini jumlah pasukan kaum muslimin yang syahid ada 16 orang, sedangkan korban dari orang-orang Yahudi berjumlah 93 orang.

Alhamdulillâh, Allah Ta’ala hinakan kaum Yahudi dan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin. Hasil dari penaklukan Khaibar, kaum muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) yang sangat berlimpah. Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam segera membagi-bagikan harta ghanimah tersebut kepada setiap anggota pasukannya.

Pada saat itulah Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam  menikahi Shafiyah binti Huyay yang ditawan oleh kaum muslimin, setelah dia bersedia masuk Islam. Dia adalah anak tokoh Yahudi Bani Quraizah; Huyay bin Akhtab.

Kaum Yahudi memohon kepada NabiShallallâhu ‘Alaihi Wasallam agar mereka tetap dibiarkan tinggal di sana dan mengolah lahan pertanian dengan imbalan separuh hasil panen. Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam pun menyetujuinya, Beliau bersabda, ”Kami menyetujui permohonan kalian sebatas kehendak kami.”

Dikutip dari: Majalah As-Sunnah Edisi 10/Thn. XIII/Muharram 1431H/Januari 2010 M disertai tambahan dari beberapa artikel lainnya.

http://www.al-intima.com/sirah/penyerangan-khaibar
Lengkapnya Klik DISINI

Taujih Anis Matta: Pemukim Demokrasi

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Jika demokrasi dikiaskan sebagai satu wilayah, demokrasi Indonesia memiliki dua jenis penduduk: imigran dan pemukim asli (native) demokrasi. Saya sengaja menyebut imigran lebih dulu karena dari segi usia dan generasi, imigran demokrasi lebih tua dan lebih dulu ada dari para pemukim yaitu sejak sebelum Indonesia menjadi teritori demokrasi.

Indonesia menjadi teritori demokrasi sejak Reformasi 1998. Walau masih banyak kekurangan di sana-sini, paling tidak kita sudah memenuhi kaidah-kaidah demokrasi dasar dan prosedural. Sambil jalan, kita terus memperbaiki demokrasi di Indonesia untuk memenuhi substansi demokrasi yaitu cara partisipatif rakyat dalam mewujudkan negara dan bangsa yang adil dan sejahtera. Dalam beberapa kesempatan saya mengintroduksi istilah “gelombang ketiga” dalam sejarah Indonesia.

Anis Matta, Lc.
Saya menganalogikan perjalanan sejarah terjadi dalam beberapa gelombang. Gelombang pertama terjadi sejak penjajahan hingga kita merdeka. Gelombang ini saya sebut sebagai fase “menjadi Indonesia”, di mana kita menemukan jati diri kita sebagai bangsa dan kemudian negara melalui dua tonggak sejarah besar, Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Gelombang kedua berlangsung sejak merdeka hingga 2014, di mana kita bergulat “menjadinegara-bangsamodern”. Gelombang ini diwarnai dengan usaha mencari sistem ekonomi dan politik yang sesuai sejarah dan budaya bangsa.

Selama lebih dari 60 tahun kita membongkar-pasang berbagai sistem ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya hingga menemukan sintesisnya pada Era Reformasi. Pada 2014 menjadi garis batas karena tahun ini “ujian akhir semester” demokrasi prosedural pasca-Reformasi. Kita sudah mengalami satu masa kepresidenan yang dihasilkan oleh pemilihan langsung.

Satu dasawarsa yang terdiri atas dua periode kepresidenan yang terus berjalan di dalam koridor prosedur demokrasi, dalam arti tanpa ancaman nondemokratis yang signifikan— seperti kudeta atau usaha penggulingan di tengah jalan lainnya—adalah pencapaian dalam praktik demokrasi yang patut kita apresiasi bersama. Gelombang ketiga terjadi sejak 2014 ke depan. Saya belum punya nama karena gelombang ini sedang terjadi dan kita sedang menghirup semangat zaman (zeitgeist) gelombang ini.

Satu fenomena khas dari gelombang ketiga ini adalah kelahiran kelompok “native democracy” atau pemukim demokrasi. (Mungkin dari segi tata bahasa Inggris kurang tepat, saya mohon maaf dan mohon masukan). Tapi, esensinya, kini lahir satu generasi yang hanya mengenal demokrasi sebagai sistem dan cara hidup sejak mereka cukup dewasa dalam melihat lingkungan sekitar. Coba amati. Pemilih pemula pada Pemilu2014adalahmereka yang lahir pada rentang 1992- 1997.

Ketika sekolah dasar mereka menyaksikan krisis moneter dan gerakan Reformasi. Gambar yang terbayang di benak adalah Gedung DPR di Senayan diduduki mahasiswa dan Jakarta terbakar oleh kerusuhan. Lalu mereka tumbuh remaja dengan menyaksikan pemilihan presiden langsung, iklan politik di media, dan kebebasan berpendapat hampir di mana saja.

Mereka tidak memiliki referensi kehidupan dalam suasana otoriter Orde Baru, di mana pers dibungkam, partai politik dibonsai, dan pemilu semata menjadi “pesta” bagi penguasa, bukan pesta demokrasi yang sebenarnya. K e l o m p o k pemukim demokrasi ini berbeda dengan “kakaknya” yang lahir pada awal Orde Baru (akhir 1960-an atau awal 1970-an) yang mengalami hidup di era Orde Baru. Karena itu, sang kakak—dan generasi sebelumnya— saya sebut sebagai “imigran demokrasi”, yang berpindah dari teritori suasana otoritarian ke alam demokrasi dengan membawa rekaman suasana mencekam di era Orde Baru.

Saya gemar menggunakan analogi telepon seluler dalam menggambarkan kelahiran “native democracy” ini. Bagi generasi tua, mereka menyaksikan dan mengalami sendiri perubahan dari rumah tanpa listrik menjadi ada listrik, menggunakan telepon putar dengan jaringan kabel di rumah, penyeranta (pager), hingga telepon seluler. Mereka bermigrasi dari satu tahapan teknologi ke tahapan teknologi berikutnya, berikut perubahan gaya hidup yang menyertainya.

Mereka saya sebut sebagai “imigran teknologi”. Ketika smartphone datang, mereka mampu membelinya, tetapi hanya menggunakan fiturfitur dasar sesuai referensi pengalamannya. Smartphone itu kebanyakan hanya digunakan untuk bertelepon, pesan pendek (SMS) dan sesekali berfoto. Lihat bedanya dengan anak sekarang. Mereka lahir dan tumbuh ketika smartphone hadir. Bagi mereka, smartphone adalah sesuatu yang biasa dan fitur-fitur canggih di dalamnya adalah keharusan, mulai dari chatting, social media, e-mail, hingga fitur yang rumit seperti internet banking.

Merekalah “native technology” yang dengan lancarmenguasaiperkembangan teknologi sebagaimana mereka berbicara dalam bahasa ibu. “Native democracy” juga demikian. Mereka lahir ketika demokrasi ini tumbuh dan mulai menguasai fitur-fitur demokrasi yang rumit sementara generasi tua masih berkutat pada fitur-fitur dasar demokrasi. Fitur dasar ini yang sebelumnya saya sebut sebagai demokrasi prosedural.

Pemilihan umum yang bebas, pembatasan masa kekuasaan, pemisahan kekuasaan melalui trias politica, yang merupakan “prestasi” dari proses demokratisasi yang panjang bagi generasi tua, dianggap hal biasa oleh generasi muda. Mereka sudah masuk ke penguasaan fitur-fitur rumit seperti perlindungan kaum minoritas, partisipasi individu dalam gerakan sosial, hingga keadilan global.

Ideologi dan Kepemimpinan 

Dalam konteks ideologi, ahli politik Inggris Robert Corfe dalam The Future of Politics(2010) menyebut kelompok ini sebagai middlemiddle majority (mayoritas tengah-tengah). Mereka berada di tengah dalam konteks sosioekonomi dan spektrum ideologi. Karena tidak ada lagi konflik politik ideologi yang bipolar, generasi ini percaya diri untuk menyuarakan isu-isu secara objektif dan berani. Mereka sudah melampaui cara berpikir dalam kungkungan kepentingan kelas bahkan melampaui batas negara-bangsa.

Kebajikan yang paling utama bagi kelompok tengah-tengah ini adalah keadilan sosial, kesempatan yang sama, dan kesetaraan. Kelompok baru ini membangun nilai etis baru sebagai konsekuensi dari perubahan yang mereka alami. Bagi mereka, mengejar kesuksesan dan melakukan akumulasi finansial adalah kebajikan karena dalam mengejar kesuksesan dan kekayaan itu mereka tidak mengorbankan individu atau bagian lain dari masyarakat.

Di sisi politik, mereka yang hanya paham fitur dasar demokrasi akan tergagap-gagap berdialog dengan mereka yang sangat lancar menguasai fiturfitur yang advance. Kelompok ini membutuhkan pendekatan kepemimpinan baru yang mampu memberdayakan mereka di tengah situasi ketidakpastian. Karena itu, komunikasi politik ke depan tidak bisa lagi bertumpu pada penjejalan ideologi sebagai cara pandang terhadap dunia yang rigid, tapi juga tidak terjebak pada sikap asal menyenangkan publik alias populisme.

Pemimpin para native democracy di gelombang ketiga adalah perpaduan antara penggugah visioner dan eksekutor andal dalam menyelesaikan (deliver) agenda-agenda publik yang telah disepakati. Dalam konteks tersebut, Pemilu 2014 punya arti penting karena peristiwa itu bukan saja menjadi momentum peralihan kekuasaan, melainkan juga momentum peralihan gelombang sejarah Indonesia. Gelombang demi gelombang sejarah telah kita lalui dan meninggalkan endapan berharga bagi perjalanan kita sebagai negara-bangsa. Gelombang ketiga adalah momentum berharga bagi Indonesia menuju kemajuan.(anismatta)
http://www.pksabadijaya.org/2016/03/taujih-anis-matta-pemukim-demokrasi.html
Lengkapnya Klik DISINI

Blak-Blakan Neil Amstrong buka-bukaan terkait misteri Hajar Aswad yang dirahasiakan NASA

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

 
Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah yaitu pusat dari planet Bumi. Fakta ini sudah di diteliti melalui suatu studi Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa serta mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya, Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari lalu website itu raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website itu.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi itu berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari KaBah. Yang mengejutkan yaitu radiasi itu bersifat infinite (tak berujung), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi itu masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik serta menghubungkan pada KaBah di planet Bumi dengan Kabah di alam akhirat.


Di tengah-tengah antara kutub utara serta kutub selatan, ada satu area yang bernama Zero Magnetism Area, artinya adalah jika kita mengeluarkan kompas di area itu, jadi jarum kompas itu tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya pada kedua kutub.


Itulah sebabnya bila seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, serta tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Kaâ?? Bah, jadi seakan-akan diri kita di-charged lagi oleh satu daya misterius serta ini yaitu fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

 Penelitian yang lain mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia serta bisa mengambang di air. Di suatu musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu itu (dari Ka'Bah) serta pihak musium juga mengatakan kalau bongkahan batu-batuitu bukan berasal dari sistem tata surya kita. 

 
Lengkapnya Klik DISINI

Aksi Nyata Freemasonry di Asia Tenggara

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Foto: telegraph.co.uk
Foto: telegraph.co.uk
BERMACAM aksi Gerakan Freemasonry digelar dengan berbagai bentuk tipudayanya. Sebuah misal adalah usaha mereka menguasai parlemen sebuah negara. Dengan demikian, tidak saja mereka telah berhasil menempatkan orang-orangnya dari kalangan pribumi negeri tersebut, juga sekaligus dengan sendirinya mereka mampu menggolkan ide-ide Yahudinya.

Dengan berbagai cara, kini hampir setiap ibukota pada setiap negeri di kawasan Asia Tenggara telah berdiri markas Gerakan Freemasonry yang terselubung atau terang-terangan. Namun bentuk-bentuk gerakan ini kebanyakan berupa lembaga penaseihat dalam urusan strategi atau kajian ilmiah.

Pada bentuk-bentuk aksi yang demikian, mereka menempatkan orang-orang tertentu, terpilih dan telah meniadi kader (sejak lama telah menjadi anggota aktif Gerakan Freemasonry Internasional). Orang-orang ini telah siap dengan segala cara mengeluarkan ide-ide Freemasonry untuk diterapkan sebagai kebijakan pemerintahan.

Adakalanya, ini yang umum terjadi, adalah upaya-upaya untuk menekan laju perkembangan Islam. Jika ada sebagian kaum Muslimin yang berusaha menerapkan Islam secara murni berdasarkan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka lantas dituduh fundamentalis atau ekstrim kanan yang ingin merongrong pemerintah.
Dalam menarik seseorang menjadi anggotanya, gerakan ini selalu memberikan gambaran yang baik-baik. Mereka katakan bahwa perkumpulan ini merupakan organisasi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kemajuan. Para anggotanya hidup dalam persaudaraan yang dipenuhi dengan kecintaan dan persamaan.

Tanah air bagi seorang Freemasonry adalah seluruh dunia. Dimanapun mereka berada, mereka pasti menjumpai saudara-saudaranya yang saling berlomba menghormati dan menolongnya selama mereka tahu bahwa yang bersangkutan adalah anggota organisasi.

Mereka mempromosikan gerakan tersebut kepada setiap orang sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, tingkat berpikirnya, dan minatnya, agar mereka dapat menarik seseorang sesuai dengan selera dan kesenangan yang bersangkutan. Jika menemukan seseorang yang menonjol dan ingin tahu tentang rahasia gerakan Fremasonry, mereka akan mengatakan bahwa di dalam gerakan tersebut ada berbagai rahasia yang tak boleh diketahui oleh pihak luar.

Jika mereka menemukan orang yang menginginkan kemewahan, mereka akan mengatakan bahwa di dalam gerakan Freemasonry terdapat pesta-pesta glamor dengan dilayani oleh gadis-gadis cantik, makan di restoran-restoran mewah, atau tidur di hotel-hotel berbintang, yang semuanya disediakan demi memperkuat rasa cinta dan persahabatan yang menjadi kepercayaan bersama. Jika mereka memasukkan industriawan dan konglomerat ke dalam jajarannya, mereka akan katakan bahwa di dalam gerakan ini mereka akan mendapatkan keuntungan, keleluasaan kerja, dan dapat memperbanyak cabang-cabang usaha mereka dimanapun yang mereka inginkan. []

Sumber: FREEMASONRY DI ASIA TENGGARA / Oleh: Abdullah Patani / Tambahan Oleh: Ibnu Mansoer bin Abdullah / Tambahan Akhir Oleh: Agoeng Prabowo / Publikasi Pertama Oleh: Haji Ali bin Haji Sulong / Penerbit: Haji Ali bin Haji Sulong Press Thailand / Penyunting: Ibnu Mansoer bin Abdullah, 1414 Hijriyah / First PDF online edition, 2008

link 


Lengkapnya Klik DISINI

Cinta Itu Luas

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
ilustrasi dewikatamutiara.blogspot.com
Cinta. Yap, ngomongin soal cinta memang nggak ada habisnya. Meski secara tulisan cuma pake 5 huruf tapi kata ‘cinta’ selalu menarik buat dibahas. Oh ya? Buktinya, buletin kesayangan kamu ini masih mau ngebahas. Udah tema langganan soalnya. Hehehe. Lagian masih ada aja tuh yang nanya soal cinta lewat rubrik “curhat dong’ di buletin edisi cetak. Kadang, bosen juga sih. Cinta deui, cinta deui. Dunia ini kan luas en banyak isinya. Masih aja ngebahas cinta? Hehehe… But, it’s no problem. Karena fakta membuktikan ternyata masih banyak yang salah kaprah mengartikan cinta. Terutama sih remaja. Valentine’s Day kemaren, misalnya. Hayo, siapa tuh yang masih ikutan? Ayo ngaku! Valentine’s Day yang kata orang sebagai hari kasih sayang, hari cinta. Tapi kok cuma tiap tanggal 14 Februari sih? Yang namanya cinta mah ya tiap hari dong. Eh, udah ah, kok jadi bahas Valentine’s Day ya? Gubraak!

Sobat, apa itu cinta? Zaman sekarang penjelasan begituan mah mudah ditemukan di majalah, tabloid, buletin, televisi maupun pendapat orang. Anak SD aja tahu kali. Beneran? Berarti yang lebih tinggi dari SD udah pinter dong. Yoi, cinta itu rasa suka sama cowok. Sayang-sayangan, mesra-mesraan dan ujungnya pacaran, kan? Wiihh, hebat! Give applause!. Eh, tunggu! Yakin cuma itu? Katanya cinta itu luas? Bro en Sis, semua orang juga tahu istilah cinta. Tapi ternyata soal maknanya masih banyak anak SD, SMP, SMA bahkan yang kuliah pada belum paham. Yang tadi disebutin juga nggak salah kok. Cuma kalo cinta diartikan sebatas rasa suka sama cowok ya nggak segitunya juga kali. Kebangetan itu mah. Di mana letak luasnya coba?

Kalo kamu punya KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia silahkan dicek deh. Penjelasan di sana banyak tuh. Kalo kamusnya ketinggalan di rumah atau masih nangkring di perpus dan toko buku saya kasih nih ringkasannya. Baca satu-satu ya.

cin·ta a 1 suka sekali; sayang benar: orang tuaku cukup – kpd kami semua; — kpd sesama makhluk; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan): sebenarnya dia tidak — kpd lelaki itu, tetapi hanya menginginkan hartanya; 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu: makin ditindas makin terasa betapa — nya akan kemerdekaan; 4 kl susah hati (khawatir); risau: tiada terperikan lagi — nya ditinggalkan ayahnya itu; 

bebas hubungan antara pria dan wanita berdasarkan kemesraan, tanpa ikatan berdasarkan adat atau hukum yg berlaku; — monyet (rasa) kasih antara laki-laki dan perempuan ketika masih kanak-kanak (mudah berubah); ber·cin·ta v menaruh (rasa) cinta: yg muda yg ~; ber·cin·ta-cin·ta·an v bersuka-sukaan; berpacar-pacaran; ber·cin·ta·kan v 1 kasih sayang kpd; berahi kpd: krn banyaknya lelaki yg ~ dia, dia menjadi sombong; 2 berharap-harap (ingin) akan; merindukan: dia sakit krn ~ anaknya yg sedang merantau; 3 kl bersedih hati (akan); berduka cita (akan); men·cin·ta v 1 kasih (kpd); 2 kl bersedih hati; selalu mengingat (akan); menyesal; men·cin·tai v menaruh kasih sayang kpd; menyukai: dia sangat ~ adikku; aku ~ negeriku dan menghormatinya;

Banyak kan penjelasannya? Itu masih diringkas loh. Penjelasan soal cinta juga ada di dalam al-Quran. Firman-Nya (yang artinya): “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran [3]: 14)

Rasa cinta adalah pemberian dari Allah Ta’ala. Cinta itu anugerah dari-Nya. Kebayang kalo manusia nggak punya rasa cinta. Bumi ini akan hampa. Manusia saling membenci dan bisa saling membunuh. Itu sebabnya, kita harus bersyukur. Ayat tadi juga menjelaskan bahwa makna cinta itu luas yaitu kepada apa-apa yang diingini. Kepada wanita dan anak-anak. Coba lihat, setiap laki-laki normal suka dengan wanita. Begitu pun sebaliknya. Kemudian menikah dan dikaruniai anak. Orangtua pasti mencintai anak-anaknya. Anak-anaknya juga cinta dengan orangtuanya. Itu bagian dari naluri.

Mencintai suatu benda juga naluri. Apalagi kalo didapat dengan cara yang nggak gampang alias butuh dana, usaha dan perjuangan. Siapa coba yang nggak sayang? Zaman dulu kuda dipakai sebagai sarana transportasi utama. Belum ada tuh mobil dan motor. Hewan kayak sapi, kambing, kerbau, ayam dan bebek bisa dijual buat menafkahi keluarga. Walaupun ada juga yang dijadikan hewan peliharaan. Malah sampai ada yang memperlakukan hewan layaknya manusia. Dimandiin, dibajuin, disuapin dan diajak main. Saking sayangnya.
Oya, siapa sih yang nggak seneng punya lahan kebun atau sawah? Bisa nanem bunga, sayuran atau buah-buahan. Hasilnya bisa buat makan dan dijual. Wah, saya aja mau. Supaya hasilnya bagus kudu dirawat baik-baik. Jangan sampai deh bunga, buah atau sayur yang kita tanem jadi rusak diserang hama. Cinta perhiasan seperti emas, perak, mutiara dan berlian juga bagian dari naluri. Perhiasan termasuk benda yang harganya mahal. Yang punya pasti bakalan sayang. Rugi banget deh kalo hilang. Saya juga sayang sama cincin, walau cuma satu dan beberapa karat aja, hehehe…

Nah, kamu pasti punya benda yang disayang, kan? Saya punya boneka panda kesayangan. Ada jilbab, kerudung, sepatu dan lainnya. Wah, jadi jualan nih. Tapi tentu aja rasa cinta kepada benda mati nggak terbalaskan. Yaiyalah, nggak ada ceritanya benda mati cinta sama manusia. So, udah jelas kan kalo cinta itu luas. Nggak sebatas hubungan sama lawan jenis. Bener banget!

Saat cinta berbuah petaka

Bro en Sis rahimakumullah, Cinta memang anugerah. Punya rasa cinta pun udah fitrah manusia. Tapi kudu hati-hati dalam mengekspresikannya. Jangan sampai diekspresikan sesuai hawa nafsu aja. Contohnya ya pacaran. Kamu juga tahu kali pacaran itu dilarang dalam Islam. Minimal ya pernah denger gitu. Hah? Baru tahu? Oh mungkin kamu pembaca baru buletin ini. Wah, sebagai muslim sih harusnya udah pada tahu kalo pacaran itu haram. Gimana pun bentuknya tetep aja perbuatan maksiat. Berbuah petaka alias dosa euy. Mau jaraknya deket atau jauh. Mau ngobrol langsung atau chatting lewat medsos.

Pacaran itu pintu gerbang perzinaan. Jangan salah, yang namanya pacaran itu banyak maunya. Awalnya cuma pegangan tangan, terus pelukan, ciuman lanjut deh ke zina atau seks bebas. Setan udah berhasil tuh menggoda. Ih, na’udzubillah min dzalik. Padahal Allah Ta’ala udah mewanti-wanti kita loh seperti dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)

Tuh, kan. Mendekatinya aja udah dilarang Bro en Sis. Artinya, cinta yang diekspresikan lewat pacaran itu udah melanggar aturan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Bukan ekspresi cinta yang bener karena lebih didominasi oleh nafsu yang buruk. Itu sebabnya, jangan sembarangan mencintai tanpa aturan. Loh, terus gimana dong kalo saling suka? Ya menikah. Itu solusi keren dari Islam. Mengikat hubungan yang sah dan halal dalam pernikahan. Siap nggak tuh? Tapi buat kamu yang masih sekolah fokus belajar dulu deh. Terutama belajar Islam. Soal jodoh kan Allah Ta’ala yang mengatur. So, tinggalin tuh pacaran. Siip!

Cinta sejati

Sobat, banyak yang masih betah dan enjoy berpacaran. Termasuk di dalamnya remaja muslim. Sebagian mengira bahwa cinta yang selama ini diekspresikannya itu adalah cinta sejati. Nggak akan terpisah meski maut menghampiri. Halah, memang yakin dia jodohmu? Kayaknya masuk jenjang pernikahan juga belum tentu deh. Bener. Buktinya ada loh yang udah bertahun-tahun pacaran tapi malah nggak nikah-nikah. Ujung-ujungnya putus. Udah bosen kali. Iyalah, wong pacarannya aja bertahun-tahun. Gimana coba kalo sampai tekdung (hamil) duluan? Udah gitu si doi nggak mau tanggung jawab lagi. Duh, udah mah numpuk dosa bertahun-tahun, kehormatan terlanjur dinodai dan ujungnya ditinggalin. Hiks, hiks.. Itu artinya pacaran memang nggak menjamin orang lanjut ke pernikahan. Catet tuh!

Apalagi pacaran ala anak SD, SMP atau SMA. Abis lulus, masuk sekolah baru. Ketemu wajah-wajah baru termasuk yang kinclong dan tampangnya ok. Terus naksir deh. Udah deh yang lama siap-siap diputusin. Sibuk pacaran dan akhirnya nilai jeblok. Waktu lebih banyak dihabisin dengan si doi. Sebagian teman kita pake logika ngawur, bahwa pacaran bisa nambah semangat belajar. Bisa belajar bareng pula. Hah? Siapa bilang? Ini sih ngeles namanya. Belajar itu harus diniatkan karena Allah Ta’ala, Bro. Buat dapat ilmu dan pahala. Bukan karena pacar. Nggak bener tuh. Cinta kepada lawan jenis wajib pake tuntunan Islam. Nggak pacaran, berzina dan hal terlarang lainnya. Please, jangan nodai cinta!

Cinta sejati adalah cinta kepada Allah Ta’ala, kepada Rasulullah saw, orangtua, diri sendiri dan kepada segenap kaum muslimin. Tentunya harus sesuai aturan Allah Ta’ala dan diniatkan buat mengharap ridho-Nya. Itulah makna cinta sejati. Kekal dan berlanjut bahkan setelah ajal menjemput yaitu dalam surga-Nya. Itu pun kalo masuk. Mau? Pastinya dong. Aamiin. Cinta kepada hewan, perhiasan, rumah, ladang tanaman dan benda lainnya juga wajib sesuai aturan-Nya. Jangan berlebihan. Jangan sampai melenakan dari perintah dan larangan Allah. Karena ada loh orang yang cinta banget harta sampai mati pun dibawa tuh hartanya. Seorang pecinta motor asal AS dikubur dengan posisi duduk di atas motor Electra Glide keluaran 1967. Lengkap dengan jaket kulit hitam, helm putih, kacamata hitam dan sepasang sarung tangan. Weleh, weleh. Kebangetan banget ya. Amit-amit deh!

Maka, jadikan cinta sebagai sarana buat mengharapkan ridho Allah. Semoga rasa cinta itu nggak jadi bumerang yang menjerumuskan ke jurang neraka. Ingat, mencintai itu nggak sembarangan. Mencintai itu dengan dilandasi keimanan. Dan makna cinta lebih luas dari daun kelor. Duh, maksain banget ya. Hehehe. So, mencintailah sesuai dengan aturan Sang Pemilik Cinta yaitu Allah Ta’ala. Semangat! [Muhaira | Twitter @az_muhaira] sumber

 
Lengkapnya Klik DISINI

Tarbiyah Adalah Seni Menciptakan Peradaban Manusia

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

PADA suatu waktu, salah seorang teman datang kepada saya. Dia telah tarbiyah lama, dan dia sangat semangat untuk masuk ke dalam pergerakan dakwah. Oleh karena itu masuklah dia dalam proses tarbiyah yang dilakukan rutin setiap pekanannya melalui halaqoh. Namun suatu waktu dia bercerita panjang tentang proses tarbiyah yang diikutinya. Dia hanya mendapat kajian-kajian yang amat kecil atau sepele dan ini membuat dia bosan bahkan ingin meninggalkan tarbiyah.

Setiap peknanan, yang dibahas pasti tentang keikhlasan, akhlak, mengenal Allah dan Rasul, dan tema-tema lain yang memang sudah difaham akan definisi dan pengertiannya, ujar dia. Dengan santai dan senyum, saya menjawab, inilah tarbiyah. Ia mengajarkan kita untuk menciptakan ulang manusia dengan cara-cara Islam, mulai dari hal yang kecil sampai besar. Sabarlah dan terus ikuti tarbiyah ini. InsyaAllah antum akan mengerti bagaimana tarbiyah itu menciptakan ulang manusia. Setelah itu kita menyudahi diskusi tenang ini, dan dia kembali mengikuti tarbiyah setiap pekannya.

Beberapa pekan kemudian saya mendapat kabar, dia kesulitan membayar kuliah dan memenuhi kehidupannya, – maklum dia adalah perantau. Dia meminjam uang ke teman-temannya, namun tidak ada yang mau meminjamkannya uang. Kemudian dia sakit, dan harus dirawat di Rumah sakit. Semakin bingung dia, bagaimana cara dia membayarnya. Namun inilah tarbiyah, ia mampu mempertemukan orang-orang menjadi saudara yang saling mencinta. Biaya rumah sakit, dan kekurangan membayar kuliah dibiayai oleh teman satu kelompok halaqohnya. Dari sinilah dia baru tahu tentang makna tarbiyah sejatinya.

Tarbiyah yang mampu mengkorelasikan antara definisi ilmu dan pengaplikasiannya. Sampai akhirnya beberapa waktu kemudian, dia kembali menemukan saya, dan mengatakan inilah tarbiyah, ia mampu menciptakan ulang manusia dengan cintanya. MasyaAllah. Senyum yang amat lebar dan wajah yang menunjukan kasih sayang, saya tunjukan kepada dia.

Inilah tarbiyah, ia mampu mengubah orang-orang yang biasa-biasa saja menjadi orang-orang yang amat istimewa. Istimewa di hadapan manusia, dan istimewa di hadapan RabbNnya. Mungkin banyak orang hebat di dunia ini. Banyak sarjanawan, banyak magister, banyak doktor, banyak professor, banyak pengusaha kaya, namun belum mengenal kekuatan cinta dalam tarbiyah Islamiyah.

Mungkin mereka sudah mengerti definisi dari akhlak, ikhlas, Tuhan, amal, ibadah, dan lain-lain, namun belum tentu definisi yang dipahami itu berkorelasi dengan baik dalam pengaplikasiannya di kehidupannya sehari-hari. Korelasi antara definisi dan pengaplikasian dalam kehidupan itu dapat dilakukan karena tarbiyah.

Apapun tingginya pendidikan dan strata sosial kita, kita tetap menghargai murobbi yang mungkin bisa saja jauh di bawah kita dalam segi pendidikan maupu strata sosial . Karena seorang murrobi adalah orang yang mampu melihat apa yang kita belum tentu lihat, mendengar apa yang belum tentu kita dengar, dan merasakan apa yang belum tentu kita rasakan.

Jadi dulu pernah ada kisah seorang doktor lulusan Amerika sangat bersemangat liqo dengan seorang murobbi yang hanya bekerja sebagai tukang jahit. Murobbi itulah yang menjadi salah satu kekuatan yang membuat dia menjadi seorang doktor yang sukses dalam kehidupannya.

Dengan tarbiyah, kita mampu melakukan interaksi dengan Islam lebih jauh lagi. Kita akan lebih mampu mencintai agama ini lebih sangat lagi. Kita juga akan mampu menaktualisasikan cinta itu untuk menciptakan romantisme dalam kehidupan kita. Interaksi ini juga secara dakhili (ke dalam) akan membentuk dasar di hidup berupa; al-fikr (pemikiran), al-fikrah (persepsi) asy-syu’ur (perasaan), dan dzaud (membentuk rasa). Ketiga itu nantinya akan mengahasilkan al-azam (kemauan yang kuat) dalam melakukan amal dan ibadah dalam hidup ini. Selain itu dengan tarbiyah ini kita akan mampu melakukan interaksi secara al-khariji (keluar). Interaksi keluar inilah yang akan membentuk as-syimal (penampilan), al-muqif (sikap), as-suluuk (tingkah laku), dan al-amal (mebentuk amal). Keempat itulah yang mencerminkan al-khuluqu salim (menciptakan akhlak yang baik). Jadi pribadi-pribadi muslim yang ada dalam madrasah tarbiyah akan terlihat sebagai seorang yang amat istimewa karena mereka memiliki tekad yang kuat dalam menegakan agama dan semakin banyak populasi tarbiyah di dunia ini karena kekuatan akhlak pribadi-pribadi tarbiyah yang mampu merubah cara berfikir orang untuk mencitai tarbiyah.

Nilai-nilai dasar tarbiyah yang terlihat sederhana inilah yang nannti juga akan menciptakan sebuah gerakan dakwah yang amat kuat untuk mengembalikan kejayaan Islam di dunia ini. Inilah tarbiyah, ia mampu menciptakan ulang manusia dengan cara-cara Islam, sehingga manusia-manusia itu mampu menjadi manusia yang amat istimewa di hadapan manusia dan Rabbnya. Mereka istimewa karena mereka berhasil menjadi pahlawan dari sebuah madrasah yang kita beri nama tarbiyah.

Dulu mungkin orang-orang kafir Quraisy tidak pernah berfikir bahwa dakwah Rasulullah bisa menguasai jazirah Arab. Dulu mungkin raja Persia tidak pernah memprediksi bahwa dakwah Rasulullah bisa menguasai Persia. Dulu juga raja Romawi mungkin tidak pernah merasakan bahwa Eropa akan ditaklukan oleh pasukan muslim. Namun itu semua menjadi kenyataan sejarah dunia, bahwa Islam pernah menguasai dua pertiga dunia dengan waktu yang cukup lama. Semua itu berhasil dilakukan, karena Rasulullah berhasil mentarbiyah para umat muslim untuk menjadi insan-insan tarbiyah pembentuk peradaban Islam di bumi Allah ini. Allahuakbar.

Nilai-nilai dasar tarbiyah islamiyah inilah yang perlu kita hidupkan kembali dalam sendi-sendi kehidupan kita. Kita jadikan tarbyah Islamiyah ini sebagai manhaj dakwah kita bukan hanya untuk menciptakan kembali manusia, namun menciptakan kembali dunia ini dengan cara-cara Islam, sehingga sejarah kejayaan Islam itu mampu kita rasakan kembali hari ini. Dengan tarbiyah, kita akan menyelam dalam lautan cinta dan romantisme langit kehidupan. Karena di dalamnya Islam menjadi cara dan tujuan untuk menciptakan peradaban.sumber

Lengkapnya Klik DISINI

Rebutlah Hatinya Dulu Sebelum Kita Merubah Pemikirannya

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

"Tiupan nafas cintamu akan membuat bunga yang kuncup mnjadi mekar. Indonesia itu ibarat taman dan Warga Negara Indonesia adalah bunganya. taman itu tidak akan indah jika ditanam satu jebis bunga saja. Tamanpun tidak akan indah kalau bunga yg berwarna-warni itu dicampur jadi satu begitu saja tanpa pengelolaan.
Oleh : Anis Matta, Lc,
Dan taman akan menjadi indah manakala taman itu ditanami bunga ynag berwarna warni tapi ada manajemen penempatan disana. begitu juga dengan membangun indonesia. Indonesia akan lebih hebat ketika semua potensi dimaksimalkan dan dikelola, tidak memaksakan kehendak untuk semua potensi itu dipaksa menjadi satu pemikiran/satu ideologi atau apapun. biarlah mereka berkreasi dengan idenya untuk membangun indonesia denga persepsi mereka selama persepsi itu baik dan tidak merusak dan bertentangan yang penting kita (PKS) menjadi pemimpinnya (mengaturnya). Tiuplah ia dengan nafas cintamu sehingga bunga yang kuncup menjadi mekar.

Rebutlah hatinya dulu sebelum kita mau merubah pemikirannya. karena ketika hati sudah terikat maka akan mudah ia menerima pemikiran kita dan kitapun akan lebih mudah merubah pemikirannya.

Lengkapnya Klik DISINI

Pemimpin Itu Harapan atau Hiburan ?

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Foto Cyber Army PKS :: Cyber Activist Community ::.
Pengujung transisi menuju demokrasi adalah situasi yang khas: ekspektasi akan hidup yang lebih baik kian membuncah tapi pada saat yang sama energi dan euforia– bahkan kesabaran–sudah menyurut.

Fase pungkas transisi, yaitu konsolidasi demokrasi, adalah jalan sepi yang ditempuh dengan ketekunan, bukan panggung ingar-bingar penuh deklamasi. Dalam tahap ini diperlukan pemimpin yang mampu menggerakkan sekaligus mendorong rakyat, agar mau melangkah lagi agar tujuan transisi, yaitu demokrasi yang sejati dapat tercapai. Itulah yang kini terjadi di Indonesia. Pemilu demokratis sudah tiga kali kita lewati dan kini kita tengah melaksanakan pemilu demokratis keempat dengan ekosistem politik yang jauh lebih stabil.

Kita telah berusaha merumuskan arah yang ingin dituju agar transisi ini tidak menjadi jalan berputar atau–malah lebih parah–berputar-putar tanpa arah. Tantangan itulah yang coba dijawab dalam Sidang Umum MPR dan proses amendemen UUD 1945 pasca-Reformasi. Kita berusaha untuk menulis kembali cetak biru dan mempertegas alasan kehadiran (raison d(raison detre) Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi semua warga bangsa yang berlindung dalam naungannya.

Dalam perjalanannya, cetak biru itu harus berdialektika dengan realitas dan ekspektasi yang terus berubah. Kini kita harus menjaga stamina agar negara dan warganya tidak kehabisan tenaga untuk menuntaskan transisi demokrasi karena janji perbaikan hidup sebagian belum terwujud.

Karena itu, kita harus bekerja bersama menuntaskan transisi demokrasi dan menghindarkan Indonesia dari jebakan transisi berkepanjangan (prolonged transition), di mana nilai dan sistem lama telah dihancurkan namun nilai dan sistem baru belum terbangun, atau belum mampu menghasilkan kehidupan lebih baik sebagaimana yang dijanjikan.

Jebakan transisi berkepanjangan ini membutuhkan pemimpin yang mampu memecah kebuntuan situasi sekaligus menjaga api harapan tetap menyala untuk mencapai garis tujuan.

Demokrasi “Media-Sentris” 

Kita tengah berada di era “demokrasi melalui media” di mana media memegang peran penting dalam mentransmisikan pesan ke dan dari masyarakat. Media telah menghablurkan batas antara realitas yang kita alami sendiri dan realitas yang kita serap dari media. Hari ini orang yang tidak tinggal di Jakarta bisa bercerita tentang macetnya Jakarta akibat pengetahuan yang diserapnya dari media.

Ini juga yang mempengaruhi ruang politik kita. Media berperan sangat penting karena media tidak semata mempresentasi realitas, tetapi merepresentasi (mewakilkan hadirnya) realitas ke depan khalayak. Menurut ahli kajian media David Buckingham (2010), media tidaklah menawarkan jendela bening tembus pandang untuk melihat “dunia”, namun menghadirkan sebuah “dunia” dalam versi yang telah dimediasi.

Media bukan menyediakan kacamata atau teropong, tapi menghadirkan akuarium sehingga kita beranggapan bahwa akuarium itulah keseluruhan dunia ini. Yang terserak di luar akuarium dianggap tidak penting dan bermakna. Logika media (terutama televisi/ tv) adalah “menonton dan ditonton” dengan dikotomi peran pasif-aktif yang semakin kabur, terutama dalam konteks pemilihan umum.

Penonton yang selama ini dinilai pasif dan tidak berdaya, dalam politik menjadi berdaya karena dialah pemilik suara yang diperebutkan. Sementara, para tokoh politik yang diimajikan berkuasa, sebenarnya sedang memainkan pertunjukan yang naskahnya didiktekan oleh massa rakyat melalui survei opini publik. Dalam situasi “media-sentris” seperti ini, sangat mudah orang terjebak untuk menjadi penghibur bagi penonton.

Tokoh-tokoh politik menyajikan tontonan yang menyenangkan hati penontonnya, melalui suatu pertunjukan buatan. Apa yang dipertontonkan belakangan ini tentu berbeda makna dan motivasinya dengan, misalnya, kebiasaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX keliling Yogyakarta pada malam hingga subuh. Pada suatu kesempatan beliau memberi tumpangan kepada seorang mbok pasar.

Ketika sampai di pasar, orang-orang memberi tahu mbok bahwa yang memberinya tumpangan adalah Ngarsa Dalem. Langsung mbok itu pingsan! Tidak ada media yang meliput, tapi cerita itu hidup sampai sekarang. Cerita yang otentik, nyata, bukan pertunjukan. Masyarakat umum mengetahuinya belasan tahun kemudian melalui buku Takhta Untuk Rakyat.

Karena dikendalikan dengan logika hiburan, bukan otentisitas, tokoh politik terjebak untuk menyederhanakan masalah dan cara penyelesaian masalah. Ini tak terelakkan karena dalam demokrasi media- sentris, durasi, jam tayang, prime time, sound byte menjadi indikator utama. Pesan pemimpin dikemas mirip iklan yang renyah dan berdimensi tunggal agar mudah diingat tanpa elaborasi yang mendalam.

Gagasan Pemimpin 

Di tengah arus media-sentris itu, kita kekurangan kesempatan menelaah gagasan pemimpin secara mendalam. Ruang-ruang publik yang didominasi logika media dan budaya instan berpotensi melahirkan figur pemimpin penghibur yang membuat kita tertawa sejenak meskipun masalah tetap menggunung.

Pemimpin penghibur tidak mengajak penontonnya berkerut kening karena yang ditawarkan adalah keceriaan sesaat&mdash;tanpa memikirkan bagaimana besok atau lusa. Pemimpin penghibur tidak menawarkan masa depan karena yang penting baginya adalah hari ini. Pemimpin penghibur juga kerap khawatir penontonnya berpaling mencari tontonan lain yang lebih menghibur.

Mirip logika rating dalam industri sinetron. Indonesia tidak membutuhkan pemimpin penghibur atau pemimpin sinetron. Kita sudah melewati sejumlah krisis dan kini tengah bersiap untuk naik kelas dari negara skala menengah menjadi negara kuat dalam ukuran ekonomi dan pengaruh geopolitik.

Kondisi itu akan tercapai jika kita berhasil menuntaskan transisi demokrasi dan menghasilkan negara bangsa yang kuat dan demokratis. Yang dibutuhkan adalah pemimpin penyala harapan, bukan penyaji hiburan, bahwa hari esok yang lebih baik akan datang jika kita mau bekerja keras, bukan dengan tertawatawa sejenak.

Peran penting pemimpin adalah menciptakan “state of mind” atau situasi psikologis di dalam masyarakatnya dengan cara melahirkan dan mengartikulasikan tujuan yang menggerakkan orang dari kepentingan mereka sendiri menuju kepentingan bersama yang lebih tinggi. (JW Gardner, 1988).Kita membutuhkan lebih banyak ruang lagi untuk mendengarkan gagasan pemimpin untuk mendapat harapan, bukan hiburan.(anismatta)  

Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......