Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Mengemudikan Lembaga Da’wah

ilustrasi
Mungkin sesuatu yang paling disukai oleh seorang pembalap adalah menginjak gas sedalam mungkin, memacu mobil sekencang-kencangnya tanpa ada yang menghalangi. Merasakan deru mesin yang bekerja prima dan laju angin di sekitarnya. Menyalip semua lawan satu persatu kemudian jauh meninggalkan mereka di belakang. Pada akhirnya mobil yang memiliki mesin paling cepatlah yang akan memenangkan pertandingan.

 
Namun ternyata tidak selalu demikian, sebuah pertandingan ternyata tidak sesederhana itu. Seorang pembalap tidak bisa menang hanya dengan menginjak gas.

Ketika yang dihadapi adalah sebuah jalur yang penuh dengan belokan, maka terus menerus menginjak gas adalah sebuah kesalahan fatal. Mobil memiliki keterbatasan radius menikung yang semakin besar saat kecepatan tinggi. Kestabilan mobil juga berkurang saat berbelok. Memaksakan kecepatan tinggi akan berakhir dengan keluar lintasan atau tergelincir. Pada kondisi seperti ini, yang lebih dibutuhkan justru keterampilan melakukan pengereman dan mengatur pijakan gas. Mengetahui dengan tepat kapan saatnya braking dan kapan saat membuka gas, seberapa dalam membukanya, dan berapa sudut putaran steernya.

Tikungan yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda. Ada tikungan tajam, tikungan kecepatan tinggi, tikungan beruntun, bahkan tikungan yang tidak tampak seperti tikungan. Maka ada saat mobil harus direm sekuat mungkin, ada saat harus tidak penuh, ada saat harus tidak sama sekali.

Ketika yang dihadapi adalah sebuah jalur yang tidak rata, maka pijakan gas harus diperhatikan dengan sangat hati-hati. Cekaman ban pada lintasan akan sangat dipengaruhi oleh permukaan lintasan. Pada permukaan seperti ini, tenaga pendorong akan berkurang karena mobil sering kehilangan momentum. Mobil akan berguncang dan kehilangan kestabilan, menjadi sedikit lebih sulit dikendalikan. Kebiasaan menginjak pedal gas sekuat tenaga justru akan banyak merugikan.

Ketika yang dihadapi adalah jalur panjang dengan jumlah lap yang banyak, maka pertandingan akan menjadi adu stamina. Tentang sejauh mana pembalap bisa tetap mempertahankan keterampilan mengemudinya. Pada saat seperti ini, kelelahan akan menyerang, respon menjadi lambat, konsentrasi menurun, sehingga kesempatan melakukan kesalahan menjadi lebih besar. 

Jika pertandingan berlangsung ketat, hanya tinggal menunggu, siapa yang lebih dulu melakukan kesalahan, maka dialah yang kalah. Ini juga pertandingan psikologi, daya tahan mental terhadap tekanan. Bagaimana pembalap tetap tenang walaupun lawan selalu menempel di belakang dan terus menerus melakukan manuver menyalip. Tetap melaju dengan gaya mengemudinya sendiri.

Pada beberapa keadaan, menyalip tidak selalu menjadi pilihan yang bagus meskipun sebenarnya bisa saja dilakukan. Ketika belum sepenuhnya hafal lintasan, keputusan untuk berada di belakang lawan, sambil berusaha mencuri teknik lawan dalam menghadapi lintasan patut dipertimbangkan.

Pada kondisi hujan, harus sedikit menahan diri, karena lintasan menjadi licin. Pada lintasan menurun, peran rem sangat dominan karena mobil mendapat gaya dorong ke depan yang lebih. Pada lintasan menanjak, kehilangan momentum akan menurunkan tenaga secara drastis. Pada jalan yang sempit, diperlukan kehati-hatian yang lebih saat menyalip, kesempatannya mungkin sangat kecil, maka bersabar dan menunggu waktu yang tepat kemudian mengambil tindakan cepat dan tegas dalam menyalip menjadi kunci kemenangan.

Tipe mobil juga harus diperhatikan, apakah 4WD (four wheel drive) yang cenderung memiliki tenaga besar dan kestabilan tinggi namun lemah saat masuk tikungan atau FR yang mungkin tenaganya lebih kecil tapi lincah dan efektif untuk melakukan manuver drifting atau tipe MR atau FF yang masing-masing memiliki spesifikasi khas. Teknik mengemudi, cara menginjak gas, titik pengereman, waktu shift-up dan shift down, berbeda untuk setiap mobil. Belum lagi jenis mobilnya, Lancer, Impreza, Trueno, FC, FD, Civic, Cappucino atau yang lainnya.

Perlukah memasang turbo, single atau twin turbo, perlukah menaikkan rpm, atau menurunkannya, perlukan mengeraskan suspensi atau melunakkannya, perlukan melebarkan steering angle, atau menyempitkannya, ban apa yang dipakai ? sehingga menghasilkan setting yang pas. 

Ikhwah, begitulah bagaimana mengelola lembaga dakwah kampus… รพ
Lengkapnya Klik DISINI

Shakespeare pun Mengagumi Sultan Sulaiman Al-Qanuni

Sultan Sulaiman Al Qanuni kala memimpin Utsmaniyah di abad 15, merambah dunia. Dia salah satu pemimpin Islam yang digandrungi Eropa. Bahkan William Shakespeare, dramawan tersohor Inggris terang benderang mengaggumi Sulaiman.
Di tanah air ini, nama William Shakespeare begitu dipuja. Bagi kalangan seniman, nama pria asal Inggris itu seolah ukuran kesuksesan seorang dramawan. Bagi kalangan hukum, kalimat dari salah satu drama Shakespeare, begitu melekat. Kalimat itu berupa, “Lets kill all the lawyers!” (Mari bunuh semua pengacara).

Shakespeare lahir di Inggris 26 April 1564. Kala dia hidup, belantara dunia lagi tak dikuasai Barat. Utsmaniyah-lah yang menjadi penguasa dunia. Kala itu Kesultanan Utsmaniyah dipimpin seorang Sultan yang soleh, dialah Sulaiman al Qanuni. Oleh kalangan barat, dia lebih dikenal dengan Sulaiman The Magnificent. Sebutan lainnya, dia Sulayman The Great. Karena Lord Kinross, sejarahwan Inggris mencatat, di era Sulaiman Islam menjelma menguasai setengah belahan dunia. “Tidak ada imperium yang pernah sehebat Ottoman ketika dipimpin Solyman,” tulis Kinross.

Kinross tak keliru. Sultan Sulaiman lahir tanggal 6 November 1494. Dia Sultan Utsmaniyah yang ke-10. Sulaiman menjadi Sultan dari tahun 1520 hingga 1566.

Di era Sulaiman, setengah belahan dunia bagian, khususnya bagian Timur, hampir seluruhnya dirambah oleh Islam. Mulai dari semenanjung nusantara hingga daratan Spanyol. Kala Sulaiman itu pula, Francis I, sang Raja Kerajaan Perancis sempat minta tolong kepadanya ketika dia ditawan Charles V, kaisar Kekaisaran Romawi Suci Germana (Dinasti Habsburg). Sulayman pun menjawab permintaan Francis I itu dengan mengirimkan bala tentaranya untuk membebaskan Francis. Utsmaniyah kala itu menjelma menjadi “polisi dunia”.

Sosok Sulaiman pun menjadi perbincangan seantero Eropa. Seorang utusan Republik Venesia, Bartolomeo Contarini, beberapa minggu setelah Suleiman naik tahta mendeskripsikan Suleiman sebagai berikut: “Ia berusia 25 tahun, tinggi, namun lincah, dan berkulit halus. Lehernya agak panjang, wajahnya pipih, dan hidungnya bengkok. Ia memiliki kumis dan janggut; pembawaannya menyenangkan meski kulitnya cenderung terlihat pucat. Konon ia adalah seorang tuan yang baik, suka belajar, dan menjadi harapan masyarakat untuk menciptakan kemakmuran dalam kekuasaannya.”

Selain itu, keperkasaan umat Islam ketika dikomandani Sulaiman juga tak tertandingi Eropa. Ketika terjadi perang Salib dalam Perang Mohacs, 29 Agustus 1526, pasukan Utsmaniyah meluluhlantakkan pasukan Salib. Kala itu pasukan Salib dikomandani Raja Hongaria, Louis II. Sang raja itu ditemukan tewas dalam pertempuran. Ketika melihat mayat Louis II itu, Sulaiman pun berkata,”Aku memang datang membawa senjata untuk menghadapinya; namun bukan keinginanku melihatnya tewas karena ia belum banyak menikmati indahnya kehidupan dan kebangsawanan.”

Tangguh dalam pertempuran, ternyata Sulaiman tak hanya itu. Dia juga dikenal sebagai “pemberi hukum” (al qanuni). Lord Kinross, sejarahwan Inggris, mencatat, “Ia tidak hanya merupakan pemimpin kampanye militer yang besar, manusia dari pedang, seperti ayah dan kakeknya. Ia berbeda dari mereka karena juga merupakan manusia dari pena. Ia merupakan legislator ulung, berdiri di depan mata rakyatnya sebagai penguasa berjiwa besar dan eksponen keadilan yang murah hati.”

Menariknya lagi, di era Sulaiman pula, kesultanan Utsmaniyah menjadi barometer kesenian di seluruh dunia. Sejarawan Sastra E. J. W. Gibb mencatatnya dengan terang benderang, “Tidak pernah ada dalam sejarah dunia dorongan yang sedemikian besar terhadap perkembangan puisi kecuali pada masa kekuasaan Sultan yang satu ini.”

Tak heran, Shakespeare yang kini dipuja-puja manusia era kini sebagai seniman tersohor, ternyata sangat mengagumi Sulaiman. Setelah tiga puluh tahun Sulaiman wafat, Shakespeare mempersembahkan sebuah drama untuk Sultan Utsmaniyah itu. Shakespeare mengutip “Sultan Solyman” sebagai penguasa dunia yang perkasa dalam dramanya The Merchant of Venice.

Memang keagungan Sultan Sulayman begitu digandrungi Barat.

*sumber: http://basyirahmedia.com/?p=7732

Lengkapnya Klik DISINI

Tulisan Salim A. Fillah Ini Menyentak Nurani Muslim Indonesia


Sebuah tulisan yang menyentak nurani umat Islam Indonesia menyebar melalui broadcast sosial media Blackberry Messenger dan WhatsApp. Tulisan yang ditulis oleh Salim A. Fillah, Ustadz muda dan penulis buku-buku Islam ini, menuturkan apa yang disampaikan oleh seorang Ulama Palestina, Syaikh Dr. Abu Bakr Al 'Awawidah tentang Peradaban Islam yang silih berganti dipimpin dari bangsa satu ke bangsa yang lain. Hingga menceritakan siapa kelak yang akan memimpin peradaban Islam selanjutnya dan membebaskan Al-Aqsha. Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina itu, seperti disebut Salim, menyitir hadist RasululLah bahwa pemimpin peradaban itu berasal dari Timur.
Berikut tulisan lengkap yang dikutip Islamedia.co setelah konfirmasi langsung dari penulisnya melalui media sosial WhatsApp 4 Nopember 2014:
Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al 'Awawidah, Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa 'Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?"

Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya Ukhayya", ujarnya lembut. "Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu."

"Pada kurun awal", lanjut beliau, "Allah memilih Bangsa 'Arab. Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah 'Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka."

"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah 'Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak 'Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia."

"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya."

"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk."

"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; 'Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih."

"Ketika Daulah 'Aliyah 'Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini."

Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. "Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek", katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."

"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para 'Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah 'Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah 'Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke", ujar beliau terkekeh.

"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam."

"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaaLlah."

Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..

Ustadz Salim A. Fillah
Lengkapnya Klik DISINI

Kalimat yang Paling Allah Benci

Kalimat yang Paling Allah Benci
Bagaimana rasanya dibenci oleh orang sekitar kita? Teman, sahabat, saudara, bahkan orang tua. Ini tentu menjadi hal yang mengerikan bahkan untuk dibayangkan sekali pun. Namun, bagaimana kalau Allah yang mebenci kita dari apa yang kita ucapkan? Tentu lebih mengerikan lagi.

Allah mengatur persauadaraan antara ummat begitu hebatnya. Ada banyak rambu-rambu yang Allah berikan agar kita bisa memuliakan orang-orang disekitar kita. Ini artinya, kita pun dimuliakan oleh sekitar kita. Bukankah nyaman bila dalam hidup kita saling memuliakan.

Salah satu tabiat bersaudara adalah saling menasehati. Setiap saudara kita punya hak atas nasehat dari kita. Begitu pula kita, punya hak atas nasehat dari saudara-saudara kita. Dalam hal nasehat-menasehati ini, Allah memberikan satu rambu-rambu yang apabila kita tidak hati-hati, maka kita akan jatuh pada keburukan.

“Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, tapi ia menjawab: ’Urus saja dirimu sendiri.” (HR. Baihaqi & Nasa’i).

Inilah rambu-rambu dari Allah yang harus kita cermati. Mungkin nasehat yang disampaikan teman atau sauadra kita begitu menyakitkan. Atau dia menyampaikannya dengan cara yang tidak sopan, dihadapan orang banyak misalnya. Namun sebagai muslim kita belajar untuk membalasa apapun yang orang lain berikan kepada kita dengan kebaikan. Meskipun apa yang kita terima berupa keburukan.

Termasuk dalam hal menerima nasehat. Setidak suka apapun kita atas nasehat yang teman atau saudara kita sampaikan kepada kita, sekuat mungkin tahan mulut untuk tidak berkomentar yang menunjukkan kesombongan. Jangan sampai keluar dari mulut kita kalimat “Urus saja dirimu sendiri” atau yang serupa dan senada dengan itu.

Kita sendiri justru yang rugi bila sampai kalimat itu keluar dari mulut kita. Pertama kita sangat bisa jadi menyakiti teman atau saudara kita, kedua kita menjatuhkan diri dalam keburukan dengan mengucapkan kalimat yang Allah benci.

Wallahu’alam
Lengkapnya Klik DISINI

Berlarilah Kembali pada Allah

Terkadang kita bertemu dengan orang-orang yang terus-menerus melakukan dosa. Mereka bagaikan tidak bisa berhenti dari dosa itu. Mereka seperti itu karena hati mereka telah menjadi keras. Mereka telah menyesatkan diri sendiri dan tidak menyadarinya. Karena Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 19:
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. Al-Hasyr[59]: 19)

Allah telah menjadikan mereka lupa terhadap diri sendiri. Mereka bahkan tidak menyadarinya. Dan solusi bagi hati yang keras adalah kembali pada Allah. Karena Allah berfirman:
"Niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu." (Qs. Ali-Imran [3]: 31)
Ayat ini sangat romantis dan indah. Allah berfirman bahwa dia mencintai kita. Dan pada saat kita memohon ampunan “Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang bergelimang dosa ini.” Apakah anda merasakan ada sesuatu yang merasuki hati anda? Bukankah anda merasa mata ini terkadang jadi berair? Anda merasakan hati anda yang menyesal ketika mau bertaubat. Perasaan ini datang bukan dari diri anda. Ini karena Allah telah menempatkan kekhusyu’an dalam hati anda. Ini seakan-akan Allah menarik anda untuk kembali pada-Nya. Anda hanya menggerakkan hati anda sedikit saja untuk mendekatkan diri pada-Nya dan Dia yang menuntun langkah anda selanjutnya.
Karena ketika anda memikirkan Allah, maka Allah juga akan memikirkan anda. Hal ini seperti yang tercantum dalam hadist Qudsi berikut:
Allah SWT berfirman: "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku. Aku bersamanya setiap kali ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat - Ku ketika ia sendirian, maka Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam kelompok, niscaya Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Jika ia mengingat - Ku dalam jarak sejengkal, maka aku mendekatinya dengan jarak satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku dalam jarak satu hasta, Aku akan mendekat padanya dalam jaran satu depa. Apabila ia datang kepada - Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari-lari kecil.” (HR Ibnu Majah ; hadist sahih)
Siapa lagi yang dapat menghapus dosa dan mengampuni anda kalau bukan Allah? Seseorang yang beriman harus optimis bahwa Allah akan mengampuninya. Percayalah sepenuh hati bahwa Dia akan menerima taubat anda. Ketika anda melakukan dosa dan menjauh dari Tuhan anda, berlarilah kembali kepada fitrah. Bersihkan hati anda, hilangkan titik hitamnya dan kembali pada Allah. Allah berfirman bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertaubat selama orang tersebut terus kembali pada-Nya. Selama orang itu menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun.sumber
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......