Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Kefahaman yang Melapangkan Dada

Dikutip dari buku Teladan Tarbiyah, masuk dalam bingkai Al-Fahmu.

Sejak usia belia Hasan Al Banna dikenal sebagai sosok orang yang pandai memecahkan masalah. Keberhimpunan pengikutnya dari berbagai latar belakang intelektual, ekonomi dan sosial membuktikan dengan jelas hal tersebut. Demikian pun ketika beberapa orang mencoba usil mengajukan pertanyaan dengan maksud ingin mengujinya, mencoba kemampuannya, atau bahkan ada yang ingin mempermalukannya.

Pada suatu hari, seorang alumni Al-Azhar bertanya dengan maksud di atas. Ahzariy (alumni Al-Azhar) tersebut, pada suatu pertemuan terbuka menanyakan tentang nama Ibrahim as yang sebenarnya.

Al-Banna menjawab bahwa nama Ibrahim adalah tarikh. Sedangkan pamannya bernama Azar. Dalam Al-Qur’an nama Azar disebut sebagai nama ayah nabi as. Ibrahim. Hal tersebut terjadi karena dalam terminology gaya bahasa Arab, nama sering bertukar. Dengan mengutip berbagai penafsiran dalam berbagai kitab, Hasan Al-Banna berpendapat bahwa Azar bukan nama ayah ataupun paman Ibrahim. Al-Banna mengucapkan tarikh dengan suara “I” setelah “r”.

Penanya yang memang ingin mempermalukan Al-Banna tersebut mengatakan bahwa bunyi “r” harus disusul buyi “u”.

Menghadapi penanya istimewa yang memang tergolong pandai ini, Hasan Al-Banna menempuh cara dengan cerdik. Maka, dipanggilnya orang tersebut untuk datang ke rumah Al Banna dan Ahzariy tersebut. Al Banna lantas memberi hadiah uang dan dua buah buku yang membahas tentang hukum dan kusufian. Dengan cara tersebut hati penanya yang merepotkan itu pun mencair, bahkan kemudian tumbuh ikatan cinta. Akhirnya, ketika lain waku bertemu lagi pada pengajian pekanan yang diisi Hasan Al-Banna, Ahzariy tersebut tidak bertanya hal yang aneh-aneh.

Pada kesempatan lain, datang lagi orang yang ingin menyulut fitnah dengan pertanyaan yang sudah sering dibahas dan diperdebatkan-masalah yang hampir setiap orang sudah mahfum bagaimana jawabannya, yakni tentang wasilah. Menghadapi pertanyaan tersebut, Hasan Al-Banna hanya tersenyum dan menjawab, “Saudara, barangkalil yang Anda tanyakan tidak saja terbatas pada masalah wasilah, tapi sekaligus tentang kata sayyidina Muhammad dalam tasyahud, pahala Al Fatihah dan Yasin untuk orang mati, dan lain-lain!”
Demi mendengar pernyataan Al-Banna yang demikian, orang tersebut langsung menjawab, “Memang benar apa yangn syaikh katakan!”

Dengan taawadlu Al-Banna memberikan jawabannya, “Saudara, saya ini bukanlah orang alim. Saya hanya sekedar seorang guru yang hafal beberapa ayat Al-Qur’an, beberapa hadits Nabi dan hukum-hukum Islam yang saya baca dari beberapa kitab. Semua yang saya ketahui itu, saya sampaikan kepada manusia untuk mereka kaji. Jadi, kalau Anda menemui saya untuk membiacarakan masalah ini, pada hakikatnya Anda telah mempersulit saya. Sebab, barangsiapa yang mengatakan, “Saya tidak tahu”, pada hakikatnyanya dia telah memberikan fatwa..”

Ketika Al-Banna merasakan bahwa jawaban yang ia berikan tersebut dapat dimengerti, beliau lantas menyambung perkataan, “Sesungguhnya, kita telah terlibat dalam fitnah seperti ini selama bertahun-tahun, maka harus cukupkan, jangan diperpanjang-diperkembang. Sebab masalah ini sudah dipersengketakan para ulama Islan selama beratus-ratus tahun tanpa ada ujung, tanpa ada titik temu. Dampaknya adalah semakin tajamnya perselisihan dan permusuhan. Sungguh, Allah menginginkan agar kita bersatu dan kasih-mengasihi, Allah Ta’ala tidak menyukai perbedaan dan perpecahan. Oleh sebab itu, mari kita berjanji kepada Allah untuk meninggalkan masalah seperti ini mulai sekarang, untuk kemudian bersungguh-sungguh mempelajari ushuludien dan kaidah-kaidahnya, serta melaksanakan akhlak dan perilaku utama. Selanjutnya, kita ajarkan kepada seluruh umat manusia sampai semua menjadi bersih hatinya. Seandainya masalah tersebut sudah tercapai, barulah kita kaji masalah ini di bawah naungan rasa cinta, keteguhan, dan keikhlasan.”

Mendengar penuturan Al-Banna ini, anak-anak muda itupun berjanji untuk tidak lagi mengungkit-ungkit masalah khilafiah tersebut. Allahu Akbar.

http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/11/05/kefahaman-yang-melapangkan-dada/
Lengkapnya Klik DISINI

Munajat Taubat

sujud

Mahapengampun (Munajat pembuka orang bertaubat-doa Imam Ali Zainal Abidin)

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Kasih dan Maha  Sayang

Ya Allah, aku bermohon pada-Mu
hendaklah Kau jaga aku
sehingga aku tidak lagi menentang-Mu
Sungguh, aku bingung dan ketakutan
karena banyaknya dosa dan kemaksiatan
bersamaan dengan banyaknya Anugerah-Mu
dan kebaikan
Lidahku telah kelu karena banyaknya dosa-dosaku
Telah hilang wibawa wajahku
Maka dengan wajah yang mana
aku harus menemui-Mu
setelah dosa-dosa membuat wajahku muram?
Dengan lidah yang mana
aku harus menyeru-Mu
setelah maksiat membuat lidahku bungkam?
Ya Allah,
Bagaimana aku menyeru-Mu,
Padahal aku pendosa?
Tetapi, Bagaimana aku tidak menyeru-Mu
Padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana aku bergembira
Padahal aku pendosa?
Tetapi, Bagaimana aku berduka
Padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Ya Allah,
Bagaimana aku menyeru-Mu,
Padahal aku, aku?
Tetapi, Bagaimana aku tidak menyeru-Mu,
Padahal Engkau, Engkau?
Bagaimana aku bergembira
Padahal aku telah melawan-Mu?
Tetapi, Bagaimana aku berduka
Padahal aku telah mengenal-Mu?
Wahai Zat yang Maha Kasih
Wahai Zat Yang Maha Sayang
Wahai Zat Yang Maha Pengampun
Wahai Zat Yang Maha Pemurah
Ya Allah,
Sungguh aku malu menyeru-Mu
Padahal aku selalu mengulangi dosa-dosaku
Tetapi, bagaimana mungkin seorang hamba
tidak menyeru junjungannya
Kemanakah pelariannya dan perlindungannya
Jika Kau usir dia?
Ya Allah,
Kepada siapa lagi aku berlindung
jika tidak Kau tegakkan aku
dari ketergelinciranku?
Siapakah yang akan mengasihiku
Jika Engkau tidak mengasihiku?
Siapakah yang akan menyambutku
Jika Engkau tidak menyambutku?
Kemana hendak berlari
Jika harapanku terhempas di sisi-Mu?
Ya Allah,
aku berada antara cemas dan harap
kecemasanku pada-Mu
mematikanku
harapku pada-Mu
menghidupkanku
Ya Allah,
Dosa-dosa adalah sifat kami
Sedangkan maaf adalah sifat-Mu
Ya Allah,
Uban itu adalah cahaya-Mu
Bagaimana mungkin Kau bakar cahaya-Mu
Dengan api-Mu
Ya Allah,
Surga itu tempatnya orang-orang baik
Tetapi jalannya melewati neraka
Duhai beruntungnya
Sekiranya aku mendapatkan surga
aku tidak masuk neraka
Ya Allah,
Bagaimana mungkin aku menyeru-Mu
dan mengharapkan surga
dengan perbuatan ku yang buruk?
tetapi,
bagaimana mungkin aku tidak menyeru-Mu
dan tidak mengharapkan surga
dengan perbuatan-Mu yang baik dan indah?
Ya Allah,
akulah yang menyeru-Mu,
walaupun bermaksiat pada-Mu,
hatiku tidak pernah melupakan zikir-Mu
ya Allah,
akulah yang mengharapkan-Mu,
walaupun bermaksiat pada-Mu,
tak kan putus harapku akan kasih-Mu
ya Allah,
akulah yang bertambah panjang usiaku,
bertambah banyak dosa-dosaku,
bertambah panjang musibahku
karena banyaknya dosaku,
bertambah panjang pula harapanku
karena banyaknya ampunan-Mu
duhai junjunganku, Tuhanku
dosa-dosaku besar
tetapi ampunan-Mu
lebih besar
dari dosa-dosaku
wahai Dia Yang Ampunan-Nya besar
ampunilah dosa-dosaku yang besar
karena tidak ada yang mengampuni dosa besar
kecuali Tuhan Yang Maha Besar
wahai Tuhanku
akulah yang telah membuat perjanjian dengan-Mu
kemudian aku putuskan janjiku
aku lepaskan tekadku
ketika nafsu menguasaiku
sehingga pagi berbuat sia-sia
dan sore berbuat alpa
Kau tuliskan apa yang kulakukan
dalam siang dan malamku
ya Allah, ya Tuhanku
dosa-dosaku
tidak menyusahkan-Mu
ampunan-Mu padaku
tidak mengurangi kebesaran-Mu
berikanlah padaku ampunan
yang tidak menyusahkan-Mu
berikanlah padaku anugerah
yang tidak mengurangi kebesaran-Mu
ya Allah
jika kau bakar aku
tidak ada manfaatnya bagi-Mu
jika kau ampuni aku
tidak ada madaratnya bagi-Mu
lakukanlah padaku
apa yang tidak menimbulkan madarat bagi-Mu
dan janganlah Kau lakukan padaku
apa yang tidak menggembirakan-Mu
sesungguhnya Engkau
Maha Pengasih
Maha Penyayang
Maha Pengampun
Maha Pemurah
Ya Allah,
sekiranya maaf bukan sifat-Mu
tak kan ada seorangpun yang mengenal-Mu
akan menentang-Mu

sekiranya Engkau tidak pemurah dengan ampunan-Mu
aku takkan bermaksiat pada-Mu
dan tidak akan mengulangi dosa-dosaku

sekiranya ampunan bukan hal yang paling Engkau cintai
takkan ada seorang mahklukpun yang paling engkau cintai
berani menentang-Mu

ya Allah,
harapanku dariMu hanyalah ampunan
sangkaku padaMu hanyalah kebaikan
selamatkanlah aku dari ketergelinciran
ya rabb, sudah terjadi apa yang terjadi
wahai Dia yang penuh santun pada yang memusuhi-Nya
apakah lagi pada yang mencintai-Nya dan menyeru-Nya

wahai Dia yang menjawab, bila ada seruan
wahai Dia yang dengan kebesaran-Nya, menebarkan awan
Engkaulah yang berkata:
siapakah yang menyeru pada-Ku, tidak Aku jawab?
Siapakah yang meminta pada-Ku, tidak Aku beri?
Siapakah yang berdiri didepan pintu-Ku, tidak Aku sambut?
Engkaulah yang berkata:
Aku Maha Pemurah, dari-Ku Kemurahan
Aku Maha Pemberi Anugerah, dari-Ku Anugerah
Diantara anugerah-Ku pada para pendosa
Aku lindungi mereka di tempat tidur mereka
Seakan-akan mereka tidak pernah berbuat maksiat pada-Ku
Aku jaga mereka
Seakan-akan mereka tidak pernah berbuat dosa pada-Ku
Siapakah yang berbuat dosa?
Siapakah yang mengampuni dosa?
akulah yang banyak melakukan dosa
dan Engkaulah yang paling banyak mengampuni dosa

ya Allah,
buruk benar apa yang kulakukan,
karena banyaknya dosa dan kemaksiatan
indah benar yang Kau lakukan,
dengan segala anugerah dan kebaikan

ya Allah,
Engkaulah yang menenggelamkan aku
Kedalam karunia, anugerah dan pemberian
akulah yang menenggelamkan diriku
kedalam dosa, kebodohan dan kesalahan
Engkaulah yang terkenal karena kebaikan
akulah yang terkenal karena kemaksiatan

ya Allah,
telah sempit dadaku
dan aku tidak tahu
dengan obat apa bisa kusembuhkan dosa-dosaku
berapa banyak lagi
aku harus bertaubat daripadanya?
berapa kali
aku harus kembali padanya?
berapa             banyak
aku harus menyebutnya pada siang dan malamku?
Sampai kapan ya Allah?
Padahal telah kuhabiskan sisa umurku.

Ya Allah,
Lama deritaku
Rapuh tulangku
Ringkih tubuhku
Tetapi,
Dosa-dosaku
Terus bertumpuk
Diatas punggungku
Oleh karena itu, duhai junjunganku
kuadukan padaMu
kemiskinan dan kefakiranku
kelemahan dan ketakberdayaanku

ya Allah,
telah tidur semua yang punya mata,
dan beristirahat ditempat tinggalnya
sedangkan kini, gemetar hatiku dan kedua belah mataku
menanti kasihMu
maka kuseru Engkau, wahai junjunganku
perkenankan doaku
penuhi hajatku
cepatkan ijabahku

ya Allah,
aku menunggu ampunan dariMu
seperti yang ditunggu para pendosa
aku takkan berputus asa dari rahmatMu
yang dinantikan mereka yang berbuat kebajikan

apakah akan kau bakar dengan neraka
wajah yang telah rebah beribadat padaMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
mata yang telah menangis takut padaMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
lidah yang telah membaca Al-Qur’an
apakah akan kau bakar dengan neraka
hati yang telah mencintaiMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
tubuh yang telah tunduk merendah dihadapanMu
apakah akan kau bakar dengan neraka
seluruh anggota badan yang telah sujud rukuk padaMu

ya Allah,
Kau perintahkan kami berbuat kebajikan
padahal Engkau lebih utama daripada mereka yang diperintahkan
Kau perintahkan kami memberi orang yang meminta
padahal Engkau yang ter baik yang diminta

ya Allah
jika Kau siksa aku
akulah seorang hamba yang Kau ciptakan
untuk apa yang Kau kehendaki
lalu Kau siksa dia
jika Kau selamatkan aku
akulah seorang hamba yang Kau dapati berbuat kesalahan
lalu Kau selamatkan dia
ya Allah
Tidak ada jalan bagiku untuk melindungi diri dari dosa
Kecuali dengan penjagaanMu
Tidak ada cara lain bagiku untuk mencapai amal yang baik
Kecuali dengan kehendakMu
Ya Allah tiada daya dan upaya kecuali dariMu
Bagaimana aku melindungi diri
Jika tak Kau sampaikan padaku penjagaanMu
yaAllah
Kaututupi bagiku dosa didunia dan tidak Kau sebarkan
Maka janganlah Kau permalukan aku
Pada hari kiamat dihadapan penghuni alam semesta

yaAllah
KemurahanMu meluaskan harapanku
syukurMu menerima amalku
maka bahagiakanlah aku
dalam pertemuan denganMu
dipenghujung ajalku
ya Allah
sekiranya iman menjadi saksi bagiku
atas keesaanMu
sekiranya lidahku berbicara untuk memujiMu
sekiranya Al-Quran menunjukkan padaku
akan keutamaan anugerahMu
maka bagaimana mungkin hilang harapanku akan janjiMu?

Ya Allah,
akulah yang membunuh diriku dengan pedang kemaksiatan
sehingga pasti memperoleh dari sisiMu
penolakan dan pemutusan
selamatkanlah aku ya rabb, selamatkan aku
masihkah ada bagiku sedikit wajah kebaikan di hadiratMu

ya Allah
adam telah menentangMu
lalu Kau ampunkan dia
mahkluk dari keturunannya juga menentangMu
wahai yang memaafkan penentangan ayah
ampuni juga anak yang maksiat kepadaMu
dari keturunannya

ya Allah
Kau ciptakan syurga
Untuk orang yang mentaatiMu
Kau janjikan didalamnya
Apa yang tak tergetar dalam hati
Lalu kuperhatikan amalku
kulihat amalku lemah
ku hitung-hitung diriku
aku tidak mampu mensyukuri nikmat
yang Kau anugerahkan kepadaku
dan
Kau ciptakan neraka
Untuk orang yang maksiat padaMu
Kau janjikan didalamnya
Belenggu nyala api dan siksa
Ya rabb, aku takut, dipastikan masuk kedalamnya
Karena besarnya dosaku
Banyaknya kesalahanku
Terdahulunya kemaksiatanku

Tetapi ya Allah,
Tidak ada dosa yang terlalu besar bagiMu
Untuk Kau ampunkan bagiku
Dan bagi siapapun yang dosanya lebih besar dariku
Karena kecilnya derajat kami dalam KerajaanMu
Dengan segala keyakinan, harapan, dan kepasrahanku
Wahai Dzat yang Maha Besar
Maha Agung
Maha Tinggi
Maha Suci
Maha Benar
Maha Agung Engkau ya Allah dengan segala sifat dan Asma-Mu

Ya Allah,
Kau jadikan bagiku musuh yang memasuki hati,
Menempati bayangan dan fikiranku
Maka kemanakah aku harus berlindung
Jika tidak ada perlindungan dariMu

Ya Allah
Sungguh syetan itu jahat dan buruk
Banyak makarnya
Berat permusuhannya
Lama persengketaannya
Bagaiman mungkin selamat
Orang sekampung
Sedang dia penipunya
Hanya saja kudapati tipuannya lemah
Hanya kepadaMu kami beribadah
Dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan
Hanya kepadaMu kami memohon penjagaan
Tiada daya dan upaya kecuali dariMu
Ya Karim ya Karim ya Karim

Amin ya Rabbal alamin 

***
http://chaliim.wordpress.com/2009/05/04/munajat-para-pecinta-allah
Lengkapnya Klik DISINI

Air Mata ...

oleh : Ratih Septiana
 
Begitu dingin sore ini, seharusnya aku dapat menuai senyuman dan tawa maupun canda di tempat ini. Tawa riang, mungilnya suara – suara yang menggemaskan. Hmmm, ternyata tetap saja tak mampu mengusir segala keresahanku. Senyuman mereka mungkin setidaknya dapat menghilangkan kepenatanku. Pertanyaan yang kritis tapi tetap polos, :)  …......

Ku lihat langit  mendung membingkis keindahan senja yang biasanya ada. Suasana begitu dingin dan sepi. Sementara sorak ramai mengusik sekitarku. Bak lagu Dewa “kosong....” Seketika aku tak dapat bernafas kala mengingat dan merasakan perasaan itu hadir lagi. Seperti badai angin yang begitu besar telah menghempas keras dalam dadaku. Sesak. Haruskah aku menangis lagi? Sementara bilik – bilik kerinduan tak akan cukup tertawarkan oleh itu. Ya Tuhan.. tolong aku.

Terkadang begitu ingin aku berlari, pergi sejauh mungkin dari keberadaanku saat ini, meninggalkan apapun yang ada di sini. Dan tak mau aku sisakan apa yang sudah aku lewatkan. Akan tetapi tak bisa, aku tak bisa. Semua terekam jelas pada bayangan dan ingatanku. Kenangan. Yah, itulah kenangan. Namun bukankah sikap meninggalkan sesuatu hal yang harus kita selesaikan, kita  tuntaskan dan berpura tak peduli atau acuh itu hanya akan dilakukan oleh seorang pengecut / pecundang? . Ku rasa aku tidak mau memantaskan diriku dengan sebutan itu. Tidak, insya Allah tidak.

Kehidupan mempunyai jalur sendiri...
dimana ada hitam dan putih, dimana ada beragam warna yang mengentaskan segala asa dan rasa. Bagaimanapun bentuk dan rupa, kehidupan bersama ujian ada tugas dari-Nya. Tidaklah manusia diciptakan untuk juga menjalankan amanahnya? Semua adalah pemimpin mulai dari dan untuk dirinya maupun bersama. Dan dalam berbagai kehidupan ini ada bermacam pilihan, dimana keputusan dalam pilihan itu membawa resiko dan tanggung jawab. Yah, dan di situlah tanggung jawab penuhku sebagai manusia yang diciptakan-Nya, ku harus lebih paham. Aku tahu, aku tak punya kekuasaan apapun dalam kehendakku, karena aku bukan siapa -siapa di sini, bukan dunia yang kejam jika saja selalu kepahitan yang aku telan, Tuhan tidak akan mungkin mendzalimi hamba – hamba-Nya. Berfikir saja jika ada ujian dan cobaan karena Tuhan maukan kita lebih menjadi pribadi yang handal dan kuat , lebih kuat lagi dalam kehidupan. Insya Allah.

Namun memang, semua itu beratlah adanya untuk dijalankan. Keikhlasan, tak dapat kita lakukan dengan sekejap dan instan. Terkadang kesakitan dan luka – luka ini akan terbiarkan dengan berjalannya waktu hingga itu menjadi keikhlasan yang terurai dan menghambar bersama masa – masa yang berlalu dari hadapan kita.

Kadang aku berfikir saat aku benar - benar lelah dan tertekan ku coba berfokus pada keinginanku betapa inginya aku dapat lebih tulus untuk menjalankan semua ini, jika saja tiada tempat untukku melabuhkan kasih sayang dan cinta, bukankah ada Tuhan? Ada Allah SWT yang selalu ada untukku, walaupun tak mampu aku mengingkari aku butuh seseorang yang dapat berbagi suka duka denganku dengan ikatan yang halal.hmm ya ya ya,

 Kondisi yang menekan sering menjadikan aku bersuara dalam hati “ biarkan saja yang menyakiti bersama hati dan hak mereka, dan inilah ujian kesabaran yang sebenarnya, bukankah ikhlas itu tak akan pernah kita ketahui dimana ujungnya karena itu rahasia Allah dan hamba-Nya  yang telah diridhoi-Nya. Sekalipun memberikan yang terbaik, kadang tak kebaikan pula yang ku dapat, dan meskipun aku berusaha untuk menjaga dan mengamalkan kejujuranku dengan pengertian demi pengertian  tapi ternyata masih ada dusta  yang dapat melukaiku tanpa rasa peduli. Atau bahkan dapat menghancurkan utuhnya percayaku. Tak kan berhenti saja di situ, masih ada lagi, tetapi  karena kasih sayang-Nya, cinta-Nya mengajarkan aku untuk memaafkan. Mungkin itulah kenapa aku merasakan betapa pedulinya aku pada jiwa – jiwa yang selalu saja menyakitiku. Mereka tak akan pernah tau, mungkin untuk sekarang, namun ku yakin sebuah kesabaran dengan sabar yang baik, itu pasti akan terasa. Bukankah aku pernah mengucap “ apapun yang dari hati, akan tersampai pula pada hati”. Rasanya memang kadang menyedihkan, karena aku seperti menghibur diriku sendiri, meleram keresahanku dan gelisahku. Padahal itu tak mudah. Bagaimana aku dapat berkata itu gampang? Jika saja aku selalu belajar dari apa yang telah aku dapatkan hari ini. Sementara semua juga butuh waktu untuk mencernanya, masya Allah walhamdulillah ala kuli hal.

Aku dapat menangis, karena aku manusia, tentu saja tambahannya karena aku ini wanita.
Akan tetapi air mata bukan segalanya di atas pusara yang pedih ini.
Duka tak dapat menutup nestapa dan hampa.
Semua menjadikan aku belajar lebih bijaksana dalam segi sudut pandang pun juga pemahaman. Alhamdulillah. 

Tuhan Maha Adil, Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Dan Dia selalu mempunyai cara untuk menyampaikan kecintaan-Nya kepada hamba-Nya.

Ujian yang besar, mungkin dapat mengahncurkan segala impian, tapi bukankah bisa saja apa yang tidak kita sukai itu adalah pesan kasih sayang-Nya, dan apa yang kita sukai dan kita bisa sakit di dalamnya itu pun karena Tuhan juga tak ingin kita menemukan kesalahan yang sama. Selalu ada cinta dari-Nya dalam bentuk apapun yang Ia suguhkan pada kita. Allahu Akbar..., betapa dahsyatnya rasa ini.

Dari sisa kehancuran itu, ku berfikir  bahwa Tuhan akan  menciptakan seseorang  yang “besar” yang tegar, dan yang kuat, dan itulah pilihan-Nya, wallahu Alam. Memang pedih di saat kita butuh seseorang yang mampu menopang kita dalam kerapuhan namun itu tidak ada, atau bahkan mereka tak peduli pada kita, tapi mungkin juga  dari situ aku juga merasa, bahwa aku ini  milik Dia seutuhnya. Tuhan pun selalu merindukan kita yang merintih meminta dan berdoa hanya pada-Nya. Terkadang  tak jarang prasangka curiga mampir dalam hati, tapi setelahnya, ku coba berbalik lagi berkata pada hatiku sendiri, perlahan ku kikis serabut hitam dalam hulu putihku, dan belajar bertahan untuk lebih percaya,

“ sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan, sesudah kesulitan adan kemudahan” Subhannallah.., Walhamdulillah.

Tiada yang berkurang sampai hari ini, bagi jiwa – jiwa yang pernah mengahncurkanku, yang sempat menghempaskan aku dalam jurang yang paling.....dalam, sekalipun hantaman keras itu membuat hatiku membiru karena kepalsuan, dan membuat aku terbaring lemah dalam panjangnya kebisuan, Sungguh Maha Besar Allah yang telah memberikan kasih sayang dan pengertian yang tulus padaku. Hingga aku dapat mengatakan “ dan karena cinta itu memaafkan..., menerima,  mengsisi, dan juga mengerti
Sekarang mungkin lebih tepatnya adalah untuk bersyukur, bahwa aku.. ataupun kita dapat mencintai, dan tak dapat membenci seseorang yang kita sayangi walau itu sungguh terasa sakit.

Sakit dalam mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah bukti kesungguhan dari hati dan nurani yang mau mengerti dan memahami. Mungkin terasa pedih bak luka yang tersiram oleh air garam yang asin, ….......sakit. Perih sekali. Akan tetapi itulah kejujuranku, itulah hatiku, itulah nuraniku, jangan pernah salahkan perasaan yang putih ini. Inilah kesiapan, dan kebersediaan untuk rasa itu, mencintai. Mencintai membuat kita belajar dewasa dan mengerti. Hanya akan ada jiwa dan yang tulus yang dapat mengerti..., ketika pengertian itu tak berpihak padanya, ketika harus sabar dalam keinginannya, saat terpaksa untuk menunggu ketika semua tak dapat dilakukan dengan cepat dan segera,  dan kala dapat melihat kesalahan dan suatu permasalahan dari berbagai sisi dengan beberapa penilaian yang telah ia ambil bersama pertimbangan – pertimbangan yang matang, insya Allah.

Aku selalu berharap pada-Nya, semoga tulus ini tidak akan pernah usang karena bala dan derita yang ada, biarkan selalu mekar dalam kegersangan. Dalam air mata ku bahagia, aku sangat bahagia, karena aku dapat mencintainya, mereka, dan aku dapat mengasihi semua jiwa yang pernah melukai dan mencaci, begitu dan betapa mereka itu adalah berharga. Lebih dari harta dan intan permata.

Ku tutup lembaran ini, dengan lirihnya doa ku dalam hati, ku seka perlahan air mata yang sedari tadi kupertahankan untuk tetap dalam kelopaknya.

Ya Allah..., Tuhanku, Sungguh tiada daya dan upaya melainkan dari Rahmat-Mu, dan Pertolongan-Mu.

Sayangi mereka ya Tuhan..., ketika kasih sayangku tak dapat tersampaikan dalam kejauhan mereka sat ini berada,

Jaga mereka untukku, ketika penjagaanku tak  mampu melewati batas jarak ruang dan waktu..
dan Cintai mereka, ketika aku nanti tak mampu untuk mencintai lagi di dunia ini.....
Amien.....,

Ratih Septiana
white_roses_fromfs@yahoo.co.id

blog
Lengkapnya Klik DISINI

"KAROMAH" dan "KERAMAT" dalam Tinjauan Syari'ah

Oleh: H. Abdullah Haidir, Lc*
Ketua MPW PKS Arab Saudi

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar atau bahkan kita saksikan adanya kemampuan luar biasa yang terdapat pada seseorang. Fenomena ini sering membingungkan bagaimana menyikapinya, khususnya jika hal tersebut dikaitkan dengan masalah agama. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang terkecoh.

Untuk memahami masalah ini dengan baik, penting bagi kita untuk memahami satu permasalahan dalam hal ini, yaitu: Karomah. Sebagian masyarakat sering menyebutnya dengan istilah “Keramat”.

Pemahaman Karomah

Karomah adalah: Kejadian luar biasa yang Allah tampakkan kepada para wali-Nya selain para nabi.

Meskipun sama-sama kejadian luar biasa, namun karomah bukan mu’jizat. Sebab mu’jizat hanya terjadi pada Nabi dan Rasul, sedangkan karomah hanya terjadi pada orang saleh yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu tingkat karomah tidak sama dengan mu’jizat.

Apakah Karomah itu ada?

Ada sebagian orang yang menolak adanya karomah dalam kehidupan ini, karena menurutnya tidak dapat diterima akal.

Keyakinan orang muslim hendaknya merujuk kepada ajaran Islam yang dijelaskan dalam al-Quran dan Hadits atau yang disimpulkan oleh para ulama salafush-shaleh. Kenyataannya, kejadian luar biasa yang terdapat pada seseorang yang bukan Nabi disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW serta dikuatkan oleh realita yang ada berdasarkan riwayat orang-orang yang terpercaya.

Beberapa Contoh Karomah

Dalam al-Quran (QS. Ali Imran: 37), kita dapatkan kisah Maryam yang selalu hadir di hadapannya buah-buahan segar yang bukan pada musimnya, atau juga kisah pengikut Nabi Sulaiman u yang mampu memindahkan singgasana Ratu Saba’ dalam sekejap mata (QS. An-Naml: 40).

Dalam hadits, kita juga mendapatkan riwayat shahih dari Rasulullah SAW yang mengabarkan beberapa kejadian luar biasa yang dialami seseorang yang bukan Nabi.

Di antaranya, kisah tiga orang yang terkurung batu besar di dalam goa. Secara akal, kekuatan mereka tidak mampu menggeser batu tersebut. Namun setelah mereka masing-masing berdoa kepada Allah, maka batu tersebut sedikit demi sedikit bergeser sehingga mereka dapat keluar dari goa tersebut (Muttafaq alaih).

Demikian juga tentang kisah Juraij, seorang ahli ibadah yang dituduh berzina dengan seorang pelacur. Namun akhirnya dia bebas dari tuduhan itu setelah mohon kepada Allah, sehingga bayi pelacur terse-but dapat berbicara dan menyatakan bahwa ayahnya bukanlah Juraij (HR. Muslim).

Kemudian pada zaman Rasulullah SAW, Allah memberikan karomah kepada beberapa orang shahabatnya.

Di antaranya adalah apa yang dialami oleh ‘Usaid bin Hudhair dan Abbad bin Bisyr, ketika keduanya kembali setelah menemui Rasulullah SAW, mereka melewati jalan yang sangat gelap, namun mereka diterangi oleh cahaya yang terdapat pada tongkatnya hingga mereka tiba di rumah masing-masing (HR Bukhari).

Dari kalangan tabi’in, diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah (terpercaya) bahwa Abu Muslim Al-Khaulani dapat berjalan di atas air, dan jika dia minta hujan, maka hujan diturunkan [1])

Maka berdasarkan hal-hal di atas, Ahlussunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa karomah dapat terjadi pada orang-orang yang saleh dan bertakwa.


Apakah Setiap Kejadian Luar Biasa Dianggap Karomah?

Walaupun kita berkeyakinan bahwa karomah itu ada, namun yang harus kita pahami dengan baik adalah bahwa tidak semua kejadian luar biasa dapat dianggap karomah. Karena hal tersebut dapat juga terjadi sebagai tipu daya setan untuk menyesatkan manusia. Hal ini penting diketahui, karena banyak kaum muslimin yang terpedaya ketika melihat kejadian luar biasa pada orang-orang yang ingin menyesatkan manusia.

Perlu diketahui, bahwa kejadian luar biasa dapat juga bersumber dari perbuatan jin atau setan, baik terjadi pada orang kafir, atau pada orang yang telah menjadi budak setan dengan menggadaikan agamanya kepada setan dan mempersembahkan apa saja yang diminta setan untuk mendapatkan imbalan berupa kemampuan luar biasa. Atau bahkan dapat terjadi juga pada ahli ibadah sebagai tipu daya setan untuk menggelincirkannya dari jalan yang benar.

Hal tersebut bukan perkara mustahil, sebab Allah telah memberikan kemampuan terhadap jin atau setan di luar kemampuan manusia, seperti gerak yang cepat, tidak dapat dilihat manusia, berubah bentuk, dapat merasuk ke dalam tubuh manusia dll. Hal itu dapat mereka perlihatkan di hadapan manusia sebagai pemandangan luar biasa dan tentu saja sebagai upaya mereka yang tanpa henti untuk menyesatkan manusia.


Sikap Jika Melihat Atau Mendengar Sesuatu Yang Luar Biasa?

Ketika kita melihat kejadian luar biasa pada diri seseorang atau mendengar berita tentang hal tersebut, maka hendaklah kita tidak tergesa-gesa memutuskannya sebagai karomah sebelum menilai beberapa hal:

1. Dari sisi subyeknya. Yaitu orang yang mengalami kejadian luar biasa tersebut adalah orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala.

2. Kejadian luar biasa itu sendiri bukan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah Ta’ala atau menjadi sebab dilanggarnya ajaran Allah Ta’ala.

3. Dari sisi pembawa berita, jika hal tersebut berupa berita. Yang menyampai-kan berita haruslah dikenal sebagai orang yang bertakwa dan telah teruji kejujuran-nya dalam ucapan dan perbuatan (tsiqah).

Jika ketiga hal tersebut menyertai kejadian luar biasa pada seseorang, maka layak disebut karomah. Namun jika tidak ada salah satunya apalagi ketiga-tiganya, maka kejadian tersebut tidak boleh dikatakan karomah.

Misal dari point no. 1, jika pelakunya seorang kafir, atau seorang muslim namun suka melakukan syirik, bid’ah dan kemaksiatan atau orang yang suka meninggalkan perintah Allah dan melakukan larangan-Nya.

Kejadian luar biasa pada orang semacam ini bukanlah karomah. Tetapi dia merupakan perbuatan setan untuk menyesatkan hamba Allah Ta’ala.

Dalam hal ini, hendaklah kita tidak terpaku pada simbol, atribut, julukan atau pengakuan-pengakuan yang dilontarkan.

Misal dari point no. 2, jika ternyata kejadian luar biasa tersebut merupakan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, seperti seseorang yang mengaku dapat melihat Allah Ta’ala, atau bermimpi bertemu malaikat dan menyatakan bahwa dirinya adalah nabi baru atau dirinya terbebas dari ketentuan syariat.

Demikian juga jika kejadian tersebut didapatkan dengan cara-cara yang diharamkan, seperti melakukan kesyirikan, menyembelih hewan tertentu untuk selain Allah, melakukan perkara bid’ah seperti membaca zikir atau wirid yang tidak diajarkan Rasulullah SAW, dll.

Dikisahkan bahwa Abdul Qadir Al-Kailani suatu saat sangat kehausan. Tiba-tiba datang awan kepadanya dan menurunkan hujan gerimis, sehingga dia dapat minum dan hilang dahaganya, lalu dibalik awan itu muncul seruan:

“Wahai fulan, aku adalah Tuhanmu, dan Aku telah menghalalkan bagimu segala sesuatu yang diharamkan.”

Maka dia segera berucap:

“Enyahlah engkau wahai laknat!”, kemudian dengan serta merta awan itu sirna.

Ketika ditanya kepadanya dari mana dia tahu bahwa itu adalah Iblis?!, beliau menjawab: “Dari ucapannya: Telah aku halalkan apa yang diharamkan” [2])

Di tengah masyarakat banyak yang tergelincir dari sisi ini. Khususnya jika kejadian tersebut diselubungi dengan simbol dan atribut agama. Sehingga banyak di antara mereka yang menjadi pengikut ajaran sesat karena orang yang mereka ikuti dianggap memiliki karomah.

Faktor lain (point no. 3) yaitu masalah siapa yang menyampaikan khabar tersebut, jika hal itu bersifat berita.

Banyak terjadi informasi tentang karomah pada orang tertentu hanya bersifat cerita dari mulut ke mulut yang sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Meskipun cerita tersebut terkait dengan orang yang dikenal keimanan dan ketakwaannya, dan kejadiannya tidak bertentangan dengan syariat, namun jika sumber cerita tersebut tidak berasal dari orang yang beriman, atau orang beriman namun tidak dikenal kejujuran dan ketaqwaannya, maka hendaklah kita tidak tergesa-gesa mengatakannya sebagai karomah.

Dapat saja hal itu bersumber dari orang-orang yang memujanya secara berlebih-lebihan, atau dari orang yang ingin mengalihkan perhatian masyarakat dari perkara yang lebih penting, atau tujuan lainnya. Jika diamati, sebagian besar cerita tentang karomah umumnya sulit dicari rujukannya, dan biasanya hanya bersumber dari “Katanya.…”

Bahkan yang sudah tercatat dalam kitab sekalipun dan diketahui dari mana sumber cerita tersebut, ternyata setelah diteliti ulang dari sisi bobot yang menyampaikannya, diketahui kemudian bahwa ternyata banyak riwayat yang lemah.

Firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)


Kesimpulan:

Karomah terjadi semata-mata karena pemberian Allah Ta’ala berkat keimanan dan ketakwaan seseorang dan bukan sesuatu yang terjadi karena direncanakan orang tersebut. Tidak ada ibadah atau wirid khusus untuk mendapatkannya, apalagi jika mengharuskan syarat-syarat ter-tentu, seperti menyembelih hewan, mendatangi ‘makam keramat’, membaca zikir yang tidak diajarkan Rasulullah SAW atau cara-cara lainnya.

Semoga Allah Ta’ala selamatkan aqidah dan iman kita dari segala kesesatan. Amin.

----------------------
[1]. Lihat: Karomatu Auliya’illah Ta’ala: Al-Laalikaa’i, hal. 208-209.

[2]. Lihat: Karomatu Auliya’illah Ta’ala, al-Laalikaa’i.


http://www.pkspiyungan.org/2011/12/karomah-dan-keramat-dalam-tinjauan.html
Lengkapnya Klik DISINI

Kita Wajib Berlapang Dada

Ust Hilmi Aminuddin

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..
Sebagai da’i kita harus punya keteguhan sikap dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan yang ada karena itu adalah sunnatullah dalam perjalanan dakwah. Karakter da’i adalah Atsbatu mauqifan, paling teguh sikapnya. Tidak tergoda, tidak terprovokasi, tidak berhenti apalagi mundur.

Namun, ikhwan wa akhwat fillah, keteguhan sikap kadang-kadang menimbulkan eksklusivitas. Kadang-kadang –na’udzubillah- menimbulkan kesombongan. Kadang-kadang menimbulkan kekakuan dalam komunikasi. Oleh karena itu, harus diimbangi dengan arhabu shadron, paling berlapang dada. Teguh sikap, tapi paling berlapang dada.

Berlapang dada terhadap kritikan. Berlapang dada, bahkan terhadap aneka ragam cemoohan. Aneka ragam fitnah, kita berlapang dada. Bahkan kita jadikan semua itu bahan-bahan untuk instropeksi, untuk mawas diri, untuk memperbaiki. Kita sebagai pribadi dan kita sebagai jama’ah, kita perbaiki semua. Jadi insyaAllah semua itu kita terima dalam konteks bahan-bahan untuk instropeksi, untuk memperbaiki diri.

Kita berlapang dada. Kita tidak marah, apalagi ngamuk-ngamuk. Walaupun kalimat amuk itu spesifik melayu, sampai jadi bahasa Inggris. Artinya itu spesifik karakter melayu, melakukan sesuatu tanpa perhitungan, gelap mata. Tapi insyaAllah dengan manhaj kita, kita sudah melepaskan diri sikap-sikap amuk melayu itu. Nggak ada pada kita. Nggak ada sikap-sikap amuk itu. Kita dengan tenang menghadapi cemoohan, menghadapi caci maki. Menghadapi ancaman-ancaman, kita tenang aja.

Karena kita arhabu shadron. Sehingga komunikasi kita dengan orang, termasuk dengan yang mencaci-maki pun tidak patah arang. Setiap saat kita tetap bisa menyambung silaturrahim. Setiap saat kemungkinan ta’awun. Setiap saat terbuka kerjasama. Nggak ada kita mutung-mutungan. Nggak ada.

Ini sikap dari kader kita harus begitu. Atsbatu mauqifan, tetapi arhabu shadron. Paling teguh sikapnya, tapi luar biasa lapang dadanya. Dan ini karunia Allah swt.

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..

Rasulullah saw. qudwah kita, yang sudah berarti ujiannya jauh lebih besar dari ujian kepada kita. Disebutkan asaddu bala’an itu al anbiya’, yang paling berat ujiannya itu para nabi. Rasulullah saw. ketika datang ujian, di saat-saat fatrah makkiyah, beberapa tahun sebelum hijrah, dua tahun - tiga tahun sebelum hijrah, istri beliau Khadijah ra. meninggal dunia. Padahal dengan wibawanya sebagai bangsawan Quraish, denang hartanya sebagai aghniya’ Quraish, itu mem-back up dakwah Rasulullah saw.

Abu Thalib –pamannya- yang mem-back up melindungi keponakannya juga meninggal dunia dalam waktu yang tidak berjauhan. Di saat itu intimidasi Quraish meningkat, ancaman-ancaman meningkat, karena dua pelindung besar ba’da Allah sudah tidak ada. Sudah tentu sebagai manusia, Rasulullah merasakan himpitan itu, tekanan itu, intimidasi itu semakin terasa. Tapi kemudian Allah menurunkan dua surat (Adh-Dhuha & Al Insyirah), menghibur Rasulullah saw.

Kata Allah swt. dalam surat Ad Dhuha, “Waddhuha, wallaili idza saja..” Allah bersumpah terhadap waktu dhuha dan waktu malam. Kata Allah, “Maa wadda’aka Rabbuka wa maa qola..” Tidak sekali-kali Allah meninggalkanmu dan tidak juga marah kepadamu.

Ini kita sebagai waratsatul anbiya’ wal mursalin, ketika ada himpitan-himpitan, kembali kepada waddhuha itu. Allah memang dari waktu ke waktu menguji kita, selagi kita istiqomah ala thoriqid da’wah, insyaAllah, Allah tidak meninggalkan kita. Maa wadda’aka wa maa qola, dan tidak juga marah.

Itu Allah lagi menggembleng kita. Yang kadang-kadang supaya hasil gemblengannya hakiki, instrukturnya itu memang lawan bener gitu. Jadi bukan artifisial, bukan. Bukan dibuat-buat. Memang orang yang berniat jahat banget sama kita yang jadi instruktur. Agar hasilnya hakiki. Tembakannya bener-bener diarahkan. Supaya hasilnya hakiki, dalam pelatihan itu. Itu sunnatullah begitu.

Kalau dalam latihan yang dibuat, yang artifisial, hasilnya tidak hakiki. Jadi sekali lagi, ingat kepada waddhuha wallaili idza saja. Kata Allah, maa wadda’aka Rabbuka wa maa qola. Bahkan Allah membangunkan optimisme kita, walal akhiratu khairu laka minal ula. Masa depan kalian lebih baik dari masa lalu kalian. Yakini itu.

Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, baik dunia atau akhirat kita, ya kita perlu digembleng. Walal akhiratu khairu laka minal ula. Dan, wala saufa yu’thika, Allah akan selalu memberi dan memberi, memfasilitasi dan memfasilitasi, jika kita tetap berjalan dalam thariqul istiqomah. Wala saufa yu’thika Rabbuka fatardho. Dan kamu ridho, puas, qona’ah, akan perjalanan yang benar ini.

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah..

Dalam situasi yang seperti yang saya gambarkan dalam sejarah Rasulullah, kemudian diikuti dengan surat al Insyirah. Alam nasyrah laka shadrok, kata Allah. Bukankah telah kami lapangkan dada kalian. Yang tadi saya katakan arhabu shadron, itu karena Allah melapangkan dada kita.

Alam nasyrah laka shadrok, wawadho’na ‘anka wizrok. Dan Kami letakkan beban yang ada di punggung kalian. Alladzi anqodzo dhohrok. Warafa’na laka dzikrok. Kemuliaan kalian ditingkatkan.

Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri yusro, kata Allah dalam menghidupi situasi seperti ini,. Luar biasa. Allah untuk memberikan kemudahan melalui kesulitan. Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan. Diingatkan sampai dua kali. Untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan. Untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman. Ya, kita harus terus aktif.

Fa idza faraghta fanshob. Jangan berhenti bekerja. Artinya, kita para pekerja dakwah. Yang tidak berhenti oleh situasi apapun, oleh ancaman apapun.

Fa idza faraghta fanshob. Dan motivasi kita, tujuan kita jelas. Wa ila Rabbika farghob. Situasi yang menghimpit Rasulullah, situasi yang menekan Rasulullah itu, dijawab oleh Allah dengan dua surat yang sangat menghibur Rasulullah saw. InsyaAllah, dua surat itu harus menjadi bekalan kita dalam segala situasi sehingga kita bisa terus bekerja untuk kemaslahatan bangsa.

Negeri tercinta ini adalah anugerah Allah kepada kita. Apalagi tanah air kita, yang indah permai, mengandung banyak resouces. Yang bangsa-bangsa lain ngiri, ingin ikut menikmatinya. Bahkan kadang-kadang berkonspirasi untuk merebutnya, atau memanfaatkannya, tanpa melihat hak-hak dari pemilik sah dari bumi pertiwi Indonesia ini. Tanggungjawab nasional ini harus tampil, dalam kehadiran kita, dalam program kita, agenda kita, sepak terjang perjuangan kita. Harus tampil.

Kita adalah pengawal di garis terdepan bagi kepentingan-kepentingan bersama secara nasional. Kita tidak ingin merusak negara ini, karena ini adalah negara karunia Allah.


*Kutipan Taushiyah Ketua Majlis Syuro PKS Ustadz Hilmi Aminuddin pada acara DPW PKS DKI tanggal 27 Maret 2011.
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......