Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Lalat dan Lebah

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Fir'adi Nasruddin

Allah berfirman,

» وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ , ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ «

“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. an-Nahl: 68-69).

Saudaraku,
Di antara bentuk akhlak terpuji yang kita yang seyogyanya kita punya sebagai seorang mukmin adalah semangat berkorban untuk orang lain dan memberi kepada orang yang membutuhkan. Berkorban untuk menularkan kebaikan bagi orang lain dan memberi untuk meringankan beban berat yang ada di pundak orang lain.

Kita berupaya untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada orang lain. Kita diajarkan untuk mau menebarkan kebaikan kepada siapa saja dan di mana saja kita berada. Di mana pun kaki kita berpijak. Menjadi pribadi yang laksana lebah. Hinggap di tempat yang baik, menghisap yang paling baik, menyebarkan yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Itulah akhlak kita, jati diri kita dan karakter yang seharusnya melekat pada diri kita.

Kita tidak diajarkan menjadi seperti lalat. Hinggap di tempat yang paling kotor, mengambil yang kotor dan menyebarkan yang kotor untuk merusak manusia.

Haram bin Hayyan r.a, ahli ibadah yang pernah menjadi pegawai Umar bin Khattab r.a berkata: ‘Tiada seorang hamba yang mendekatkan hatinya kepada Allah Ta’ala, melainkan Allah akan mendekatkan hati orang-orang mukmin kepadanya hingga ia mendapatkan kasih sayang mereka’.

Saudaraku,
Untuk mengetahui apakah kita telah mewujud menjadi manusia lebah atau lalat, salah satu ukurannya adalah kesaksian para tetangga yang telah berinteraksi dengan kita.

Muhammad bin Jahm rahimahullah, didatangi seseorang yang ingin membeli rumahnya dengan harga seratus ribu dirham, ia bertanya: ‘Berapa engkau akan membeli rumahku dengan tetangga Sa’id bin Ash?’, lalu ia melanjutkan ucapannya: ‘Berapa engkau memberikan harga tetanggaku, yang bila engkau meminta sesuatu darinya, ia akan memberi. Jika engkau diam ia akan menyapa dan menegurmu terlebih dahulu. Jika engkau berbuat jahat padanya, justru ia membalasmu dengan kebaikan. Jika engkau jauhi dan hindari, ia akan mendekat dan tetap lemah lembut kepadamu?’.

Ketika hal itu dikhabarkan kepada Sa’id, ia mengirimkan utusan dengan membawa 100 ribu dirham. ‘Tetaplah tinggal di rumahmu’, kata Sa’id.

Saudaraku,
Semangat memberi, berkorban dan memberi warna kebaikan tidak dibatasi waktu, profesi, jabatan dan tidak memilah-milah orang yang ingin kita bidik.

Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam kitabnya “hilyat al-auliya'” menceritakan tentang Abu Ja’far bin al-Baqir, suatu ketika ia memberikan wasiat kepada khalifah Umar bin Abdul Azis, penguasa yang adil dan sangat dicintai rakyatnya.

“Pergaulilah manusia dalam tiga tingkatan. Pertama; orang yang lebih tua usianya darimu, anggaplah ia sebagai orang tuamu. Kedua; orang yang sebaya denganmu, jadikanlah ia sebagai saudara kandungmu. Ketiga; orang yang lebih muda usianya darimu, posisikanlah ia sebagai anakmu. Maka berbaktilah kepada orang tuamu, sambungkanlah silaturrahim dengan saudaramu, dan kasihilah anakmu’.

Sekiranya kita mampu merealisasikan pesan Abu Ja’far al-Baqir ini dalam kehidupan, niscaya kita dikasihi oleh semua manusia. Orang tua, sebaya, lebih muda usia dan semua lapisan umat, semua menghadirkan kita dalam kehidupan mereka.

Namun pada saat kita salah dalam memposisikan manusia di hati kita, atau keliru dalam berinteraksi dengan mereka, pastilah kita dijauhi sesama. Arak-arakan mendung akan selalu menghiasi langit-langit hati kita.

Saudaraku,
Keindahan pekerti bukan sekadar parameter kesempurnaan iman kita, bahkan pekerti yang luhur memiliki korelasi dengan kemapanan ekonomi dan terbukanya pintu rezeki kita. Yahya bin Muadz rahimahullah berkata, ‘Akhlak yang baik adalah mutiara rezeki yang terpendam’.

Bila kita merasakan kran rezeki kita seperti tersumbat, cobalah kita buka salurannya dengan menampilkan pesona akhlak yang menyejukan mata insan yang melihatnya. Membuka jendela hati orang yang menatapnya. Membuat jatuh hati siapa yang ada di dekatnya. Mari kita jadikan akhlak sebagai bunga diri kita. Penghias pesona kita. Agar kita dipuji Zat yang di Atas sana dan dicintai makhluk yang hidup bersama kita.

Saudaraku,
Imanlah yang mampu mendorong kita untuk berbuat baik. Meski secara kasat, mungkin sia-sia, bahkan berupa beban atau kesulitan. Kebaikan harus ditebarkan pada siapa saja. Keadilan harus dinikmati siapa saja. Kezaliman harus dijauhkan dari siapa saja. Itulah sendi-sendi ajaran Islam yang diberikan pada kita.

Abdullah bin Umar r.a pernah ditanya salah seorang budaknya pada saat ia menyembelih seekor domba, “Apakah engkau akan menghadiahkan sebagian dagingnya untuk tetangga kita yang beragama yahudi?.”

Ia menjawab, “Ya, karena aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda, “Jibril terus menerus berwasiat kepadaku agar kuberbuat baik terhadap tetangga, sehingga aku mengira bahwa tetangga itu mempunyai hak waris.” (HR. Bukhari, no. 6014 dan Muslim, no. 2624).

Saudaraku,
Apa rahasianya orang mudah memberi dan berkorban dengan apa yang dia punya?. Keimanan itulah jawabannya. Iman yang menggerakkan tubuh kita kita mengukir kebaikan dana mal shalih. Memberi tanpa berharap balasan. Berkorban tanpa meminta hadiah. Menyeru dan berusaha menebarkan kebaikan kepada siapa saja dan di mana saja, dan hanya mengharap balasan dari Allah Ta’ala.

“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (QS. Asy-Syu’ara’: 109).

Dengan iman, terasa begitu ringan kita mengeluarkan zakat, sedekah, derma dan bahkan jihad sekalipun. Walau berakhir dengan kematian. Karena dengan kaca mata iman yang kita sandang, surga dan neraka serta balasan di sisi-Nya terlihat begitu jelas dan dekat.

Saudaraku,
Jangan berhenti berbagi kebaikan untuk orang lain. Jangan pernah surut untuk melahirkan kebahagiaan bagi orang lain. Kapan dan di mana pun kita berada. Mungkin ada yang tidak sependapat dengan bentuk pengorbanan yang kita berikan pada orang lain. Karena mereka menganggap kita hanya menyulitkan diri sendiri. Ada juga yang menganggap upaya kita untuk membahagiakan orang lain, hanya membebani diri sendiri dan tiada gunanya.

Itu semua karena mereka hanya memikirkan kepentingan dan manfaat sesaat. Dasar penilaian mereka adalah pamrih dunia yang didapat. Manfaat yang terserap. Kebahagiaan yang mengkilap.

Mereka lupa, bahwa masa depan di akherat jauh lebih penting. Kebahagiaan di sana jauh lebih memikat. Bidadari surga lebih membuat mata terperanjat. Sehingga tipu daya setan di dunia tidak mampu menjerat.

Saudaraku,
Pengalaman hidup yang mungkin pernah kita alami, bila kita jujur dan tulus kepada orang lain, mungkin orang malah akan menipu kita. Tapi tetaplah jujur dan tulus. Karena ketulusan dan kerelaan kita dalam menampilkan kejujuran tiada pernah sia-sia di sisi-Nya.

Jika kita mengalami ketenangan, kebahagiaan dan kejayaan, mungkin ada orang yang iri dan hasud dengan kita. Tapi tetaplah syukuri kebahagiaan kita. Kebaikan kita kemarin dan hari ini, gampang dan sering dilupakan oleh orang lain. Tapi teruslah dan tetaplah melakukan kebaikan. Karena inti masalahnya, ada diantara kita dengan Allah. Bukan antara kita dengan manusia, siapa pun jua orangnya. Keyakinan inilah yang harus selalu tertancap di dalam jiwa kita. Tetap hidup di dalam hati kita. Tetap subur dalam bathin kita yang paling dalam.

Saudaraku,
Mari kita berusaha selalu menjadi manusia lebah dan jangan pernah berpikir menjadi manusia lalat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan menerangi jalan-jalan kita menuju surga-Nya.
Di dunia kita berlelah-lelah dalam memberi manfaat dan kebaikan pada orang lain. Di sini kita berletih-letih dalam berjuang dan mengabdi kepada-Nya. Jangan sampai keletihan dan kelelahan itu kita rasakan di sana. Semoga keletihan kita berganti kebahagiaan di sana. Semoga kelelaha kita diganti dengan kesenangan yang abadi di sana. Amein. Wallahu a’lam bishawab. 

Lengkapnya Klik DISINI

Agar Semangat Menggapai Surga Tak Luntur

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Fir'adi Nasruddin

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41).

Saudaraku,
Ada kalanya semangat kita memudar untuk meraih surga, saat kita letih dan lelah dalam mendaki puncak ubudiyah. Ada saatnya kita ingin lebih lama beristirahat dari medan perjuangan, saat orang-orang yang satu perjuangan mulai menyerah dengan keadaan. Ada kalanya kita jenuh dengan pengorbanan yang kita berikan di jalan Allah, saat perjuangan belum menampakkan hasil yang kita rindukan.

Bila itu yang kita rasakan saudaraku,
Jangan biarkan semangat kita menjadi luntur untuk meraih bidadari di surga kelak. Jangan kita terlena dengan bisikan setan yang ingin menjauhkan kita dari kafilah para pembutu surga. Jangan kita terpedaya dengan bisikan syahwat kita untuk berhenti berjuang di jalan-Nya.

Beristighfarlah kepada Allah. Periksa kembali niatan kita dalam mengabdi dan berjuang di jalan-Nya. Bercerminlah dari orang-orang shalih terdahulu; sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in, yang tidak pernah merasa gelisah dalam hidup mereka. Kegelisahan hati mereka justru muncul pada saat semangat mereka mengejar surga idaman menjadi terkubur.

Saudaraku,
Pernahkah kita membaca lembaran-lembaran hidup Abu Thalhah r.a al-Anshari? Mari kita belajar dari semangat sahabat agung ini. Abu Thalhah, begitulah sahabat Nabi s.a.w ini disebut dalam buku-buku sejarah dan tafsir. Bahkan nama aslinya; Zaid bin Sahl an-Najari nyaris tak terdengar di telinga kita.

Sahabat yang selalu berpenampilan sederhana dan bersahaja. Dia termasuk sahabat yang tidak memiliki fisik yang istimewa. Penampilannya sangat biasa. Kulitnya agak gelap dengan perawakan sedang saja. Walaupun namanya tidak popular, tapi ternyata menyimpan nilai-nilai perjuangan yang diabadikan harum oleh sejarah. Karena setiap kali kita mambaca ayat, “Berangkatlah (berjihad) dengan ringan ataupun berat hati,” dalam surat at-Taubah ayat: 41, namanya sering disebut oleh para ulama tafsir untuk menjadi sebuah contoh yang mengagumkan dalam menerapkan dan merealisasikan ayat tersebut.

Saudaraku,
Keberanian dan kepahlawanannya memperjuangkan Islam serta kecintaannya terhadap Rasulullah s.a.w, membuatnya tidak pernah absen dari jihad fi sabilillah. Sejak perang Badar hingga Rasulullah s.a.w wafat. Kisah kepahlawanannya pada perang Uhud tercacat indah dalam sejarah. Dia termasuk salah satu pasukan elit pemanah yang terkenal. Di mana busur-busur panah yang dilesakkan ke arah musuh, tak akan meleset dan bisa dipastikan mengenai sasarannya.

Ketika pasukan kuffar Quraisy mampu melumpuhkan serangan kaum muslimin hingga mereka kocar kacir, Abu Thalhah r.a justru mencari Rasulullah s.a.w. Karena dia tahu kondisinya sangat tidak menguntungkan. Dia amat mengkhawatirkan keadaan Rasulullah s.a.w.

Setelah dia berhasil mendekati Rasulullah s.a.w, dia berdiri di hadapan beliau untuk membentengi kekasih Allah s.w.t yang sedang diserbu anak panah dan tombak. Seolah-olah semua anak panah melesat mencari tubuh Nabi s.a.w.

“Ya Rasulallah, biarlah leherku terlebih dahulu sebelum panah-panah itu mengenai lehermu, dan nyawaku dulu sebelum nyawamu”. Kata Abu Thalhah sambil terus melesatkan anak panah dari busurnya dan sambil membusungkan dadanya menyambut anak panah dan tombak yang datang.

Keberanian yang mengagumkan. Pengorbanan yang luar biasa, atas nama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Wajarlah jika Rasulullah dengan bangga berucap: “Suara Abu Thalhah dipasukan ini lebih menakutkan dari seratus orang laki-laki”.

Allahu Akbar…suaranya saja lebih menggetarkan dari seratus orang. Sungguh suatu pujian yang tulus, mengandung makna yang sangat dalam. Menunjukkan teramat mahalnya seorang Abu Thalhah karena keberaniannya dan kepiawiannya di kancah jihad fi sabilillah.

Dalam perang Hunain 8 H, yang juga membuat kaum muslimin tunggang langgang, lagi-lagi Abu Thalhah menunjukkan kelasnya sebagai mujahid pilihan. Kepiawian yang terbungkus dalam keberanian membuatnya dapat membunuh dua puluh orang musuh sekaligus. Allahu Akbar benar-benar mujahid sejati.

Saudaraku,
Setelah Rasulullah s.a.w wafat, Abu Thalhah berpuasa Sunnah hampir sepanjang hari selama tiga puluh. Sungguh kecintaan jihad yang dipadukan dengan kecintaannya kepada ibadah.

Lebih dari itu Abu Thalhah juga dikenal dengan kedermawanannya. Ketika ayat 92 dari surah Ali Imran diturunkan, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai”.

Maka Abu Thalhah bergegas menghadap Rasulullah untuk menginfakkan harta yang paling dicintainya, yaitu kebun kurma yang bernama Bairuha, yang berada di sebelah masjid Nabawi. Di mana Nabi s.a.w biasa berteduh di bawah rimbunan pepohonannya dan minum dari airnya yang jernih.

Saudaraku,
Sepeninggal Rasulullah s.a.w, ternyata semangat jihadnya tak pernah padam. Bahkan kerinduannya untuk meraih syahadah semakin menggelora memenuhi relung hatinya. Walau usia mulai merambat pelan namun pasti menuju senja. Semangat yang seakan tak memudar. Tak berhenti berjihad walau pergolakan suasana datang silih berganti. Jihad tetap dilanjutkan sampai pada masa khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman.

Pada suatu hari Utsman bin Affan r.a mengumumkan akan memberangkatkan pasukan untuk berjihad dengan menyeberangi lautan. Abu Thalhah r.a kala itu sedang asyik menikmati ayat per ayat dari surah at-Taubah. Hingga sampailah dia pada ayat, “Berangkatlah berjihad dalam keadaan ringan ataupun berat hati”. Ayat ke 41.

Abu Thalhah r.a sudah mulai menginjak usia tujuh puluh tahun. Setelah mentadaburi ayat ini ia berjalan pelan mencari anak-anaknya. Dia ingin menyampaiakan suatu perasaan yang hingga usia senja ini tidak pernah padam. Ingin mati syahid.

“Wahai anak-anakku, aku melihat bahwa Tuhanku memerintahkan aku untuk berangkat berjihad. Baik masa aku muda dahulu maupun sudah tua seperti sekarang ini. Maka persiapkanlah perbekalan untukku agar aku bisa mengikuti jihad.”

Anak-anaknya berkata: “Ayah telah berjihad dalam rentang waktu yang lama. Berjihad bersama Nabi hingga beliau wafat. Berjihad bersama Abu Bakar dan Umar hingga keduanya dipanggil Allah. Maka biarlah kami saja yang berangkat jihad menggantikanmu.”

“Ambilkan persiapan perangku”, kata Abu Thalhah dengan nada meninggi. Akhirnya tiada pilihan lain bagi anak-anaknya kecuali mengambilkan panah dan kudanya. Diapun menaiki kudanya dengan panah menggantung dibelakang punggungnya. Tentunya dia sudah tidak setegap dulu. Saat ini duduk diatas kuda pun sudah tidak bisa tegak, tetapi semangat meraih syahidnya tetap tegap seperti beberapa puluh tahun yang silam.

Pasukan diberangkatkan menyeberangi lautan. Dan ternyata Allah berkenan mengabulkan permohonannya. Dia meraih syahadah, ketika kapal itu berada di tengah lautan. Pasukan kaum muslimin yang tengah mengarungi lautan luas itu belum melihat daratan untuk memakamkan jasad Abu Thalhah.

Kapal terus berlayar, sudah berhari-hari. Namun tak kunjung tampak daratan. Baru pada hari kesembilan daratan mulai terlihat oleh mata. Ternyata dalam hitungan hari kesembilan, jasad Abu Thalhah belum membusuk sama sekali. Tidak ada yang berubah seperti layaknya mayat biasa. Karena ini adalah kematian termulia dan bukan kematian biasa.

Di daratan pulau itulah jenazah Abu Thalhah dimakamkan. Mujahid agung ini tidak dimakamkan di taman makam pahlawan dan tidak diadakan acara pemakaman khusus. Tetapi ia dikuburkan di jazirah yang tidak diketahui namanya. Orang tidak mengenal jazirah itu, sebagaimana orang juga tidak mengenal namanya.

Saudaraku,
Ada beberapa buah nasihat dan pelajaran berharga yang dapat kira petik dari perjalanan hidup Abu Thalhah:

Abu Thalhah adalah cermin kehidupan kita, yang barangkali kita masih lebih beruntung karena kita masih muda dan kuat. Tetapi Abu Thalhah ingin menyampaikan pesannya kepada kita, generasi sesudahnya bahwa perjuangan meraih surga dan jihad di jalan-Nya tak mengenal usia.

Berjuang dengan orang-orang besar bukan berarti kita akan menjadi besar seperti mereka yang besar. Justru di sinilah tersimpan keikhlasan sejati. Di saat Abu Thalhah berjuang dengan Rasulullah s.a.w, tak sekalipun dia absen dari jihad. Kemudian dilanjutkan jihad pada masa Abu Bakar dan Umar. Tapi Abu Thalhah harus mengakhiri hidupnya di sebuah jazirah yang jauh dari kenangan manusia. Bahkan namanyapun tidak seharum nama-nama mujahid lain seperti Khalid bin Walid misalnya.

Perjuangan dan ibadah tidak mengenal usia. Maka perjuangan ini tak boleh dihentikan oleh siapapun, apapun dan keadaan yang bagaimanapun jua. Dan tentunya tiada pension dalam perjuangan dan pengorbanan menggapai surga.

Dan karena jihad harus diukir diatas keikhlasan, maka jihad harus dijauhkan dari segala warna keterjerumusan, dikarenakan kesenangan sesaat berupa pujian manusia dan kenangan sejarah.

Popularitas tidak dilarang, tapi yang dilarang jika hal tersebut menjadi tujuan utama yang akan menutupi keikhlasan kita. Wallahu A’lam bishawab.

Saudaraku,
Mari kita pupuk semangat kita dalam berubudiyah, berjuang dan berkorban di jalan-Nya, walau pun tidak sekuat semangat Abu Thalhah, mudah-mudahan semangatnya dapat kita warisi dari sahabat agung ini.

Bagi yang merasa lelah dan letih dalam berjuang. Bagi yang semangatnya memudar menggapai surga. Bagi yang mengharapkan pamrih duniawi dari perjuangan dan dakwahnya. Bagi yang mudah berputus asa dari rahmat-Nya. Belajarlah dari sosok Abu Thalhah. Yang mengirim pesan kepada kita, “Usia boleh uzur, tapi semangat berjuang tak boleh luntur. Wallahu A’lam bishawab

Lengkapnya Klik DISINI

Buah Manis Tawakal Seorang Ibu

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!


Tawakal kepada Allah Ta’ala adalah sikap berserah diri sepenuh hati dalam semua hal. Banyak ayat Al-Qur`an yang memerintahkan orang-orang beriman untuk bertawakal.

Di samping itu, sikap tawakal juga merupakan obat paling mujarab yang sering dilupakan kaum muslimin.

Dengan bertawakal, seseorang akan merasakan kenyamanan dalam hatinya. Sehingga, dengan izin Allah, semua penyakit akan sembuh.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita dengar kisah tawakal yang dialami sekelompok orang. Di antaranya adalah tawakal orang-orang yang ditimpa musibah dalam beragam bentuknya.

Di antara kisah itu dimuat oleh seorang dokter dari Arab Saudi, Dr. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jabir dalam bukunya Musyahadat Thabîb Qashash Waqi’iyah.
 
Mari kita simak kisahnya berikut ini.

Saya telah melakukan operasi kepada seorang anak bayi yang belum genap berumur dua tahun.

Dua jam setelah operasi, anak ini mengalami pendarahan yang cukup hebat pada saluran pernapasannya disebabkan oleh adanya luka pada urat nadi yang menuju saluran ini.

Kejadian ini tidak ada kaitannya secara langsung dengan operasi yang baru saja dilakukan.
Akibatnya, anak itu mengalami sesak nafas yang memicu kegagalan jantung.

Jantungnya berhenti bekerja selama empat puluh lima menit. Setelah itu –Alhamdulillah– jantungnya kembali bekerja. Biasanya dalam kondisi seperti ini kemungkinan terjadinya kematian otak sangat tinggi sekali.

Ketika kejadian ini kami jelaskan kepada ibunya, sang ibu tidak berkata-kata apa-apa kecuali hanya mengucapkan,

“Hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah untukku, dan ia sebaik-sebaik Pelindung). Ya Allah sembuhkanlah ia jika kesembuhan adalah yang terbaik untuknya.”

Kemudian ia pergi menengok anaknya seraya membaca Al-Qur`an dari mushaf kecil yang berada di tangannya.

Dua minggu kemudian, terlihat bahwa organ otak anak tersebut sama sekali tidak terpengaruh oleh kejadian itu.

Dua hari berikutnya, anak itu mengalami pendarahan serupa, dan tiap kali kondisinya kelihatan membaik ia mengalami pendarahan lagi, akan tetapi ibunya tidak mengucap selain,

“Hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah untukku, dan ia sebaik-sebaik Pelindung).”

Dokter sepesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan) berhasil mengatasi masalah pendarahan di saluran pernafasan anak tersebut, sehingga kondisi kesehatan anak itu menunjukkan kemajuan secara perlahan

Akan tetapi, tiba-tiba ia terkena kebocoran otak yang hampir merenggut nyawanya. Ibunya selalu mengulang-ulang doa,

Hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah untukku, dan ia sebaik-sebaik Pelindung).”
Sang ibu tetap setia membacakan Al-Qur`an dari mushaf kecil yang berwarna biru kepada anaknya.

Setelah para dokter berhasil mengatasi kebocoran di otaknya, anak itu mengalami keracunan di seluruh tubuhnya dibarengi dengan kegagalan ginjal.
Sehingga, kondisinya sangat mengkhawatirkan sekali, sementara itu ibunya selalu melantunkan bacaan,
“Hasbiyallahu wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah untukku, dan ia sebaik-sebaik Pelindung).”

Ibu itu juga selalu berdoa, “Ya Allah, sembuhklanlah anakku jika kesembuhan adalah yang terbaik untuknya.”

Setelah kondisi keracunan dan kegagalan ginjal membaik sedikit demi sedikit, ternyata anak itu mengalami radang selaput pembungkus jantung dan sekitar tulang rongga dada.

Kondisi yang di alami anak itu mengharuskan adanya operasi baru membuka rongga dadanya untuk mengatasi radang tersebut.

Enam bulan setelah terbaring di ruang pemulihan, anak itu dipindahkan ke bagian bedah jantung khusus anak.

Anak itu tiba di bagian operasi dalam kondisi yang mengenaskan, tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar dan tidak bisa berjalan, dengan dada terbuka.

Akan tetapi ibunya terlihat sangat tegar dengan penuh harap kepada Allah Ta’ala.

Setiap dokter yang datang akan melihat ibu tersebut berada di sisi anaknya dengan membaca Al-Qur`an dari mushaf kecil berwarna biru yang selalu melekat di tangannya.

Tiga bulan telah berlalu, anak itu keluar dari bagian bedah jantung khusus anak dengan kondisi bisa melihat, bisa berbicara, bisa mendengar dan berjalan sendiri seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa atas dirinya

Semua ini berkat karunia dari Allah Ta’ala, di samping ketegaran ibunya dalam berharap kepada Allah Ta’ala, yang selalu beritsighatsah dan meminta pertolongan kepada Yang Maha Perkasa, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang dan Maha Penyembuh.

Satu setengah tahun kemudian, di rumah sakit ini saya melihat wanita tersebut menggendong bayi mungil, dan dia ditemani oleh suaminya.

Di sisi mereka ada anak kecil yang dahulu pernah berjuang melawan berbagai penyakit di rumah sakit ini yang sekarang ia dalam keadaan yang baik.

Setelah bertanya kepada mereka, saya baru mengetahui bahwa anak yang pernah sakit tersebut terlahir setelah sang ibu mengalami kemandulan selama lima belas tahun, anak itu adalah anak pertamanya.

Alangkah hebatnya ibu itu. Setelah ia bersabar selama lima belas tahun akhirnya ia mendapatkan seorang anak, tetapi kegembiraannya terampas saat anaknya mengalami sekian banyak penyakit.
Walaupun begitu ia tetap bersabar dan berharap kepada Allah Ta’ala.

Patut kita ucapkan selamat kepada wanita ini, ia telah membuktikan keimanannya terhadap takdir Allah, yang buruk secara zahir maupun yang baik, dan ia telah menunjukkan keikhlasan tawakalnya kepada Allah Ta’ala.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah Ta’ala di setiap urusan kita.


[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Lengkapnya Klik DISINI

Ibnu Al Jabar

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
 
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (Arab: محمد بن موسى الخوارزمي) adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekailpun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abd Allāh (Arab: أبو عبد الله) atau Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali (Arab: محمد بن موسى الخوارزميّ المجوسيّ القطربّليّ). Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.

Tentang agama al-Khawārizmī’, Toomer menulis:

Sebutan lain untuk beliau diberikan oleh al-Ṭabarī, “al-Majūsī,” dapat dilihat mengindikasikan ia adalah pengikut Zoroaster.Ini mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran]]. Tetapi, kemudian buku Al-Jabar beliau menunujukkan beliau adalah seorang Muslim Ortodok,jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi.

Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma’mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala (Arab الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة) atau: “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angaka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.

Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.

Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur –Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard (“Pemandangan Bumi”;di terjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokalisasi yang diketahui dasar dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.

Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya dikopi dan di transfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Buku I – Aljabar

 Sebuah halaman dari Aljabar al-Khwārizmī

al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة Buku Rangkuman Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku matematika yang ditulis tahun 830.
Buku tersebut merangkum definisi aljabar. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin berjudul Liber algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard of Cremona.

Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat dilakukan dengan meredusi notasi ke dalam 6 bentuk standar (dimana b dan c adalah angka positif)
* Angka ekual kuadrat (ax2 = c)
* Angka ekual akar (bx = c)
* Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)
* Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)
* Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)
* Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)

Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar (Arab: الجبر penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqābala (menyeimbangkan). Aljabar adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x – 4×2 disederhanakan menjadi 5×2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.

Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Buku 2 – Dixit algorizmi

Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi (“Seperti kata al-Khawārizmī”), atau Algoritmi de numero Indorum (“al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu”), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind (“Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu”)

Buku 3 – Rekonstruksi Planetarium

Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.
Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab: كتاب صورة الأرض “Buku Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Buku 4 – Astronomi

Kampus Corpus Christi MS 283
Buku Zīj al-sindhind (Arab: زيج “tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.

Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).

Buku 5 – Kalender Yahudi

Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd “Petunjuk Penanggalan Yahudi”). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya

Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).

Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.


Lengkapnya Klik DISINI

SEBENARNYA SIAPAKAH ISTERI ?"

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

(Sebuah Renungan Akhir Pekan)

Orang selalu berkata, "ada bekas istri/suami, tapi tidak ada bekas anak atau bekas orangtua".

Seorang Profesor melakukan riset kecil kepada mahasiswa2 nya yang sudah berkeluarga. Dia lalu meminta 1 orang mahasiswa untuk maju ke depan papan tulis.

Professor : "Tuliskan 10 nama orang yang paling dekat denganmu."
Lalu mahasiswa itu menulis 10 nama, ada nama tetangga, orgtua, teman kerja, istri, anaknya, saudara, dst.

Profesor : "Sekarang silahkan pilih 7 orang diantara 10 nama tsb yang kamu benar2 ingin hidup terus bersamanya."

Mahasiswa itu lalu mencoret 3 nama.

Profesor : "Silahkan coret 2 nama lagi." Tinggalah 5 nama tersisa.

Profesor : "Coret lagi 2 nama."

Tersisalah 3 nama yaitu nama ibu, istri & anak.

Suasana kelas jadi hening. Mereka mengira semuanya sudah selesai & tak ada lagi yang harus dipilih.
Tiba2 Profesor itu berkata : "Silahkan coret 1 nama lagi!"

Mahasiswa itu tertegun untuk sementara waktu. Lalu ia dengan perlahan mengambil pilihan yang amat sulit itu dan mencoret nama ibunya.

Profesor : "Silahkan coret 1 nama lagi!"

Hati sang mahasiswa makin bingung. Suasana kelas makin tegang. Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yg terbaik. Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya & dengan sangat lambat ia mencoret nama anaknya. Pada saat itulah sang mahasiswa tidak kuat lagi membendung air matanya, ia menangis. Awan kesedihan meliputi seluruh sudut ruang kuliah. Setelah suasana lebih tenang, Sang Professor akhirnya bertanya kepada mahasiswa itu, "Kamu tidak memilih orang tua yang membesarkanmu, tidak juga memilih anak yang adalah darah dagingmu; kenapa kamu memilih istrimu? Toh istri bisa dicari lagi kan?"

Semua orang di dalam ruang kuliah terpana menunggu jawaban dari mulut mahasiswa itu. Lalu mahasiswa itu berkata lirih, "Seiring waktu berlalu, orang tua saya harus pergi & meninggalkan saya. Demikian juga anak saya. Jika dia sudah dewasa lalu menikah. Artinya dia pasti meninggalkan saya juga. Akhirnya orang yang benar2 bisa menemani saya dalam hidup ini, bahkan yang dengan sabar dan setia mendampingi dan mensupport saya saat tertatih dan terseok2 berjalan menghadapi himpitan kehidupan untuk meraih karir hanyalah ISTRI saya".

Setelah menarik nafas panjang dia melanjutkan, "Orangtua & anak bukanlah saya yang memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan. Sedangkan isteri? Saya sendirilah yang memilihnya dari sekian banyak wanita yang ada di dunia".

nemu di facebook

Lengkapnya Klik DISINI

TAWADHU’ & KEBERKAHAN DAKWAH

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!
Foto Cyber Army PKS :: Cyber Activist Community ::. 
Ustadz Dr. Salim Segaf Aljufrie

1. Mari kita berharap keberkahan Allah pada dakwah ini. Keberkahan itu datangnya dari keyakinan kita kepada Allah, bahwa semua kekuasaan/kemenangan/kekalahan itu terjadi atas kehendak Allah. Kita tidak sependapat dengan yang mengatakan bahwa konspirasi musuh menyebabkan kekalahan kita. Mau konspirasi apapun kalau Allah tidak berkehendak ya tidak akan terjadi. Mari kita melihat amal ini dengan pendekatan dakwah.

2. Evaluasi kita : kita tergiring secara tidak sadar menjadikan politik sebagai panglima. Lalu dakwah dan kaderisasi kita lupakan. Tolonglah slogan OBAH KABEH MUNDAK AKEH itu jangan dimaknai AKEH kursi dan suaranya. Tapi akeh dan mundak keberkahannya. dan itu dengan tetap menjadikan dakwah sebagai misi utama kita. Kursi itu bukan tujuan kita. Kalau kita pantas menerimanya Allah akan berikan. Saya membayangkan andai seluruh anggota dewan kita di indonesia ini di sebar merata ke desa desa yang ada di seluruh negeri. Lalu berdakwah, membina masyarakat dan kita punya kemampuan untuk itu. Insya allah keberkahan akan turun dengan cara itu. Tidak ada urusannya dapat kursi atau tidak.

3. Evaluasi kita : kita sering membuat target target yang sebenarnya tau itu diluar kemampuan kita. Lalu kita terjebak dengan cara cara yang jauh dari keberkahan untuk memaksakan mencapai target itu. Mengumpulkan dana dana syubhat. Bergantung pada konglomerat anu. konglomerat itu. Proyek ini itu.dst. Sekian suara harganya sekian M. Lalu dimana nilai keberkahan dakwah ini? begitu juga dengan perilaku politik kita yang kadang menyalahi sunnatullah. Begadang sampai hampir pagi menjaga suara. Toh tetap jebol juga. Apakah kita ini lebih sibuk dari Rasulullah? beliau selalu tertib dalam hal tidur dan bangun pagi. Di malam hari beliau serahkan dakwah di tangan Allah. Beliau tidur dan qiyamullail. Sesekali bolehlah begadang. Tapi kalau menjadi politic style kita itu sudah salah.

4. Allah hanya ingin kita ini bekerja semaksimal kemampuan kita. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa. Tidak perlu memaksakan pola pola dan cara cara yang diluar kemampuan kita. Jokowi itu sebenarnya contoh dari Allah, bahwa ketika Allah berkehendak, dengan dana pencitraan orang bisa mendapatkan kekuasaan dan Allah juga yang berkuasa menjatuhkannya. Jadi, mari kita semakin tawadhu’ dihadapan Allah. Semakin kita tawadhu’ dan merasa butuh pertolongan-Nya, maka pertolongan akan mendekat. Jangan terlalu ngoyo menampakkaan bahwa kita ini punya kekuatan. Semakin kita berpikir kita punya kekuatan, lalu melupakan Allah, maka justru pertolongan semakin menjauh. (dalam konteks ini, Ust salim menyebut stagnannya suara PKS dari PEMILU ke PEMILU)

5. Itulah sebabnya para ulama mengajari kita doa : Allahummarzuqnaa ma’rifatan yas habuha bil adabi. Ya Allah beri kami ma’rifat kepadamu, yang diiringi dengan adab terhadap-Mu. Kita mengenal Allah tapi kita tidak punya adab dan sopan santun terhadap-Nya. Lalu kita merasa sudah punya kekuatan.dan mulai melupakan-Nya. Ini namanya kita tidak beradab dan sopan santun terhadap Allah.

6. Jangan juga gara gara jabatan politik lantas life style dan perilaku kita berubah. Terbiasa dilayani. Kesenggol dikit marah marah dimana mana seolah ingin menunjukkan kita ini kuat. Kita lupa berapa ton nikmat Allah yang sudah kita makan melalui mulut kita. Mari jadi orang yang biasa biasa saja. dan mengingat bahwa semua ini pemberian Allah yang tidak akan kekal.

7. Pada akhirnya mari memperbanyak dzikrullah. Imam ali berkata :: inna lillahi fil ardhi aaniyatun wa huwa al qolbu. Sesungguhnya Allah itu memiliki tempat di bumi, yaitu dalam hati kita. kita ini standar nya ma’tsurot sughro. Itupun masih suka nanya : ada yang lebih sughro lagi nggak tadz? insya Allah dengan dzikir yang banyak itu keberkahan akan turun.

Wallahu Al musta’aan. (mujahidullah) 

Lengkapnya Klik DISINI

KHALID BIN WALID DIPECAT UNTUK KEDUA KALINYA DAN UNTUK SELAMANYA

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Pada tahun 17 Hijriah, Khalid bin Walid kembali diuji dengan pemecatannya yang kedua, saat itu beliau sedang berada di Qinsirin.

Amirul Mukminin mengetahui bahwa Khalid bin Walid dan Iyadh bin Ghanam melakukan penyerangan terhadap Romawi sampai masuk jauh ke dalam wilayah mereka. Pasukan keduanya membawa harta rampasan perang yang banyak.

Setelah itu orang-orang dari berbagai wilayah Syam datang untuk meminta harta rampasan kepada Khalid bin Walid, di antaranya Asy’ats bin Qais Al-Kindi. Khalid bin Walid memberikan kepadanya 10.000 dirham, dan hal ini diketahui oleh Amirul Mukminin.

Mengetahui peristiwa itu, Umar Al-faruq menulis surat kepada Abu Ubaidah, panglima angkatan bersenjata di Syam. Dia meminta Abu Ubaidah agar memeriksa Khalid bin Walid tentang sumber harta yang ia berikan kepada Asy’ats. Umar kemudian memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan militer untuk selamanya.

Khalid bin Walid diminta datang ke Madinah untuk melakukan pemeriksaan. Ia diperiksa dihadapan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah menyerahkan urusan pemeriksaan terhadap kurir Khalifah. Sementara kurir khalifah menyerahkan urusan pemeriksaan kepada mantan budak Abu Bakar.

Selesai pemeriksaan terbukti bahwa Khalid bin Walid tidak melakukan suatu kesalahan. Pemberian uang sebanyak 10.000 dirham dari harta rampasan perang terhadap Asy’ats yang dilakukannya sudah sesuai dengan prosedur.

Seusai pemecatannya, Khalid bin Walid berpamitan kepada penduduk Syam. Dan yang cukup berat baginya adalah perpisahan antara komandan perang dengan pasukannya. Di Hadapan orang-orang dia berkata:

“Sesungguhnya Amirul Mukminin telah menugaskanku menjadi komandan perang di Syam dan memecatku ketika datang musim panen gandum dan madu”.

Kemudian ada seorang lelaki yang bangkit dan berkata kepadanya, “Sabarlah wahai komandan. Sesungguhnya jabatan adalah cobaan.”

Betapa sikap Khalid bin Walid ini merupakan buah dari keimanan yang kuat. Kekuatan spiritual apa yang mengendalikan diri Khalid bin Walid pada situasi yang demikian kompleks? Dari mana datangnya petunjuk kepada Khalid bin Walid sehingga dia dapat memberikan jawaban yang tenang dan penuh hikmah.

Orang-orang pun tenang setelah mendengar jawaban Khalid bin Walid yang berisi tentang dukungannya kepada kebijaksanaan Amirul Mukminin Umar bin Al Khattab.

Dengan demikian, mereka mengetahui bahwa komandan mereka yang dipecat bukanlah termasuk dari orang-orang yang mengharap singgasana kebesarannya di atas kekacauan dan revolusi. Dia termasuk orang yang berpikiran untuk menjaga persatuan umat.

Khalid kemudian berangkat ke Madinah menemui Amirul Mukminin. Amiril Mukminin berkata, “Wahai Khalid, sesungguhnya engkau di sisiku sangatlah mulia dan engkau adalah kekasihku.” Umar juga menulis surat yang dikirimkan ke berbagai wilayah sbb:

Sesungguhnya aku memecat Khalid bin Walid bukan karena aku benci kepadanya atau dia berkhianat. Akan tetapi orang-orang terlalu menghormatinya. Saya khawatir mereka akan menggantungkan kemenangan dalam medan pertempuran terhadap dirinya. Saya juga berharap mereka mengetahui bahwa Allah lah yang memberikan kemenangan. Saya juga berharap supaya mereka tidak tergoda dengan kehidupan dunia.

[1] Al-Aqqad, Abqariyatu Umar, hal.154-156.
[2] Tarikh Ath-Thabari, jilid V, hal. 41.
[3] Shadiq Arjun, Khalid bin Walid, hal. 324.
[4] Shadiq Arjun, Khalid bin Walid, hal. 247 dan Al Kamil fi At-tarikh, jilid II, hal. 165.
[5] Shadiq Arjun, Khalid bin Walid, hal. 247.
[6] Tarikh Al-madinah, jilid V halam 43.

Diringkas dari Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Khattab, Pustaka Al-Kautsar 2013 dan dipublikasikan pertama oleh oasemuslim.com

Lengkapnya Klik DISINI

Ibnu Sina

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Riwayat Hidup

Menurut otobiografinya, pada usia lima Ibnu Sina pindah bersama keluarganya ke kota Bukhara di mana ia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk belajar. pendidikan awal adalah agama, dan pada usia 10, ia hafal seluruh Persia Alquran dan lainnya tersedia dan sastra Arab. Karena bakat yang luar biasa Ibnu Sina, ayahnya mempekerjakan seorang guru swasta, al-Natali, untuk menginstruksikan dia dalam aritmatika, geometri, logika, ilmu alam, astronomi dan. Ibnu Sina kemudian mengalihkan perhatiannya pada fisika, metafisika dan kedokteran. Pada saat ia berusia 16, Ibnu Sina telah menguasai semua ilmu di zamannya dan dikenal sebagai seorang dokter praktik. Ketenaran dan pengakuan datang cepat untuk dokter muda ketika Sultan Bukhara, Nuh bin Mansur al-Samai, jatuh sakit dengan penyakit yang bingung dokter berpengalaman pengadilan, tapi berhasil ditangani oleh Ibnu Sina. Untuk jasa-jasanya, Ibnu Sina diberikan akses gratis ke perpustakaan kaya Sultan. Pada usia 21, Ibn Sina menulis koleksi buku pertamanya yang termasuk “Kitab al-Majmu” (Kompendium), pada matematika dan ilmu hari, “Kitab al-Hasil w’al-Mahsul” (The Impor dan Zat), 20 volume pada yurisprudensi, dan “Kitab al-Birr w’al-Ithm” (Baik Kerja dan Jahat), tentang etika.
Selama bagian pertama abad kesembilan, otoritas yang kuat dari kerajaan Abbasiyah mulai mengalami desentralisasi politik yang mengakibatkan munculnya penguasa lokal. Meskipun raja-raja lokal banyak mencurahkan energi utama mereka untuk usaha pedang, mereka berusaha untuk meniru pola-pola budaya kehidupan istana Abbasiyah dengan memungkinkan para penyair terkemuka, ulama terkemuka, dan teolog terkenal di pengadilan mereka. Dengan demikian, Ibnu Sina tidak perlu khawatir mencari patron reseptif.

Setelah kematian ayahnya, Ibn Sina meninggalkan Bukhara untuk Jurjaniyah dan menawarkan jasa kepada dinasti Khawarzmian. Dalam pengadilan ini, ia menulis “Kitab al-fi’l Tadaruk anwa li-al-khata ‘-Tadbir” dan “fi Qiyam al-‘Ard wasat al-Sama'” tentang matematika dan astronomi, masing-masing. Selama periode ini, Sultan Mahmud dari Ghazna juga berkumpul di istana banyak intelektual dan penyair termasuk al-Firdusi, yang dianggap sebagai ayah dari bahasa Persia. Sayangnya, Mahmud dari Ghazna dipenuhi dengan iri pada orang kecemerlangan ilmu seperti Ibnu Sina di pengadilan Khawarazm dan menuntut kehadiran Ibnu Sina di pengadilan kerajaan nya sendiri. Namun, Ibnu Sina memilih untuk melarikan diri ke Gurgan dan kemudian ke Jurjan. Di sini, ia bergabung dengan-Nya pendamping seumur hidup Juzjani dan menyusun “Kitab al-Mukhtashar al-Awsat,” “w’al-Ma’ad Kitab al-Mabda ‘,” dan “alKulliyyah al-Arsad,” bersama dengan bab yang kemudian membentuk bagian dari “al-Najat” dan “al-Qanun.” Dia kemudian melakukan perjalanan ke Ray dan kemudian mengambil layanan dengan Pangeran-Dawlah Syams ul-markas yang berada di Hamadan. Beliau meraih posisi perdana menteri, sebuah perjanjian yang tidak senang militer, sekali lagi memaksakan Ibnu Sina ke pengasingan. Segera, Namun, sang pangeran menjadi sakit, ingat Ibnu Sina, dan, setelah sembuh, kembali dia sebagai perdana menteri. Avicenna menulis filsafat bergerak nya, “Kitab al-Shifa” (Kitab Remedy) dan “al-Adwiyat al-Qalbiyyah” The remedies Hati) sementara dia dibebani dengan tugas negara. Pada kematian Syams-ul-Dawlah, penggantinya ditawarkan untuk menjaga Avicenna di posnya, tapi ia menolak, dipenjarakan, dan kemudian melarikan diri dan pergi ke Isphahan untuk melayani Pangeran ‘Al-ul-din. Selama 15 tahun tinggal di Isphahan, ia compsed banyak buku termasuk “Kitab al-Najat” (The Book of Deliverance) dan “Danishnama-yi alai” (The alai-i-Kitab Pengetahuan) yang menulis dalam Persia. Ibnu Sina meninggal pada usia dini sebesar 58 sementara dalam perjalanan kembali ke Hamadan (Iran) di mana ia beristirahat sekarang.

Karya Ibnu Sina
“Al-Qanun fi-l-Tibb” (The Canon of Medicine) adalah pekerjaan yang memicu para sarjana Latin untuk memanggilnya “Medicorum Principes.” Pangeran dokter. Popularitas luar biasa dinikmati oleh Canon di Eropa dapat menjadi yang terbaik dinilai dari fakta bahwa versi Latin oleh Gerard adalah enam belas kali diterbitkan kembali selama tahun-tahun 1470-1500 dan masuk melalui 20 edisi selama 1500-1600. Kanon menjadi, dengan cara terjemahan Latin-nya, buku teks medis dari semua universitas di Eropa. Kemegahan dari Canon menjadi lebih jelas ketika kita membandingkan dengan salah satu buku teks kedokteran terkemuka saat ini. Edisi 11 Prinsip Harrison tentang Pengobatan Internal merangkum pengetahuan medis saat ini di sekitar 2,8 juta kata dan mengutip lebih dari 280 penulis berkontribusi dan enam editor. Canon berisi lebih dari satu juta kata dan memiliki penulis tunggal. Memang, Ibnu Sina telah digambarkan sebagai penulis “dari buku medis paling terkenal yang pernah ditulis”. 

Canon menyatakan sebagai berikut: “Kedokteran adalah ilmu yang kita mempelajari berbagai negara bagian tubuh manusia, kesehatan, jika tidak di bidang kesehatan, yang maksud dengan kesehatan mungkin akan hilang, dan ketika hilang, kemungkinan akan dikembalikan untuk kesehatan. “. Buku ini penting muncul pada kota Gurgan dan selesai pada Ray. Dalam lima volume dan berisi pengetahuan medis hari. Kanon adalah buah dari membaca ekstensif dan riset pribadi di bidang klinis. Volume pertama membahas prinsip-prinsip umum fisiologi dan kebersihan. Volume kedua memperlakukan obat sederhana dan dampak dan didasarkan terutama pada tulisan-tulisan Aristoteles dan Galen. Untuk jangka waktu yang panjang, buku ini menjabat sebagai risalah paling lengkap pada tanaman medis dan herbal, mengandung lebih dari 800 ayat. Volume ketiga dan keempat berada di patologi dan menangani berbagai penyakit seperti demam, tumor, ruam, racun, dll volume transaksi kelima dengan kombinasi berbagai obat ke dalam obat dan, bersama dengan jilid kedua, membentuk farmakope lengkap. Solusi ini berisi obat tradisional Yunani serta obat dari India, Arab, dan budaya Persia bersama dengan Avicenna. Sebuah seri yang tak ada habisnya bubuk, theriacs, electuaries, lintah, dan tablet campuran berbagai jenis, decoctions, salep dan plester telah dibahas dan diklasifikasikan. Dengan komposisi Canon, Avicenna batu kunci ditempatkan di lengkungan bahwa jembatan sistem medis Hippocrates, Galen, dan Harvey dengan obat modern. Ibnu Sina juga dikenal di dunia medis untuk karyanya yang lebih kecil, “al-Arjuzat fi’l-Tibb” (The Sajak Kedokteran), yang telah menikmati Barat serta Timur menutup posisi itu dari “al-Qanun.” 

* Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
* An Najat

 klik

Lengkapnya Klik DISINI

Menjadi Setegar Yusuf AS

Siapapun Anda yang datang berkunjung di Blog ini merupakan Inspirasi terbesar kami dalam berkarya untuk memberikan yang terbaik...Selamat Membaca...!!!

Setiap manusia pasti merasakan ujian, penderitaan dan berbagai hal yang melahirkan rasa sedih yang kadang bertumpuk, dan berlapis-lapis.
Ilustrasi. (Klinik Fotografi Kompas)
Di antara hal yang bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kesedihan adalah menikmati hiburan, di antaranya, yang banyak dilakukan adalah menikmati kisah yang indah dan menggugah. Nah, Alquran telah menghadirkan kisah terindah yang bisa kita nikmati, yaitu kisah nabi Yusuf alaihi salam.

Ibnu Atho’ bahkan berkata: “Tidaklah seseorang bersedih lalu mendengar surat Yusuf kecuali pasti dia akan merasa lega”. Bahkan ada sebagian ahli tafsir yang mengatakan kalau surat Yusuf diturunkan sebagai hiburan atas kesedihan Rasulullah yang bertubi-tubi karena mendapat ujian berat saat masih di Mekkah.

Dari kisah ini kita tidak hanya mendapat hiburan untuk menghilangkan kesedihan, tapi sekaligus di dalamnya ada ibroh, hikmah, faidah dan pelajaran yang bermanfaat untuk urusan dunia maupun akhirat, sehingga Allah menyebutnya sebagai kisah terbaik.

Di dalamnya ada kisah persaudaraan, persahabatan, perjuangan menjaga kesucian, muruah, lapang dada dan puncak maaf, juga kesabaran terdahsyat, yang semuanya membekaskan pelajaran berharga; bahwa setiap ujian itu pasti baik buat kita, asal kita bisa menyikapinya dengan cara yang baik pula.
Mari kita ikuti tahap-demi tahap ujian berat yang dilalui oleh Nabi yang sangat mulia ini, sebagaimana telah dirangkum dalam buku Al-Mushoffa min sifati duat berikut ini:
  1. Upaya pembunuhan
Rencana pembunuhan ini berasal dari orang terdekatnya, yaitu saudara-saudaranya. Dan ini yang menjadikan cobaan ini terasa lebih pahit dan menyakitkan, berbeda dengan misi pembunuhan lain yang biasanya datang dari orang yang paling jauh nasabnya. Adapun saat rencana pembunuhan itu berasal dari saudara laki- laki yang sama-sama keluar dari satu sulbi, pasti ini menambah pedih bagi yang menanggung ujian ini, terlebih jika sebab upaya pembunuhan ini adalah hal yang sangat sepele, yaitu sesuai dengan klaim mereka, adalah kecintaan ayah mereka pada Yusuf dan sikapnya yang lebih mengutamakan Yusuf daripada mereka.

Dan kita memperhatikan kelembutan Allah Yang Maha Kuasa pada Yusuf dengan membuat salah satu dari saudaranya berbicara agar kehendak-Nya berjalan dan menjadikan usulan salah satu dari mereka adalah jalan keluar pertama dari ujian pertama ini: “Seorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah Dia ke dasar sumur supaya Dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.” (Yusuf: 10).

Akhirnya mereka menyetujui usulan ini dan dengan persekongkolan yang matang, mereka menghadap ayah mereka untuk menyakinkannya agar mengizinkan mereka membawa serta Yusuf untuk pergi tamasya bersama mereka. Dan meskipun Ya’qub ‘alaihissalam bimbang, namun mereka mampu meyakinkannya dan akhirnya merekapun pergi dan Yusuf memasuki sumur sebagai ujian kedua.
  1. Di buang ke dasar sumur
Saudaranya mengusulkan agar Yusuf tidak di bunuh, dan lebih baik di buang ke sumur karena diprediksi akan dipungut oleh rombongan yang melewati tempat tersebut. Tapi sebenarnya ini bukanlah prediksi yang cukup kuat. Karena bisa saja kafilah musafir terlambat melewati sumur tersebut dan Yusuf terancam mati kelaparan. Pemikiran seperti ini bisa saja hadir dalam benak Yusuf, wallahu a’lam.

Dan yang menjadikan ujian ini terasa lebih berat adalah Yusuf kecil menyaksikan sendiri kakak-kakaknya memeganginya dan mereka semua bekerja sama menjebloskannya ke dalam sumur tua, lalu ia menatap mereka pergi berlalu dan membiarkannya seorang diri di padang tandus berdiam diri di kegelapan sumur tanpa seorangpun menemani dan menghiburnya. Hanya ada dinding sumur yang bisu, dan dinginya air di dasar sumur.

Seolah ini adalah dalam rangka mempersiapkannya untuk penjara yang sebenarnya yang Allah takdirkan akan dimasuki oleh Yusuf pada fase-fase ujian yang akan datang dalam kehidupannya.

Kemudian datanglah kemudahan setelah masa sulit dan setelah kesabaran itu pada Yusuf saat dia ditimpa kesendirian yang mematikan dalam sumur itu. Jalan keluar itu berupa kafilah yang memungutnya dari sumur:

Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, Maka Dia menurunkan timbanya, Dia berkata: “Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!” kemudian mereka Menyembunyikan Dia sebagai barang dagangan. dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yusuf: 19).

Yusuf dikeluarkan dari sumur agar melihat dunia lagi dan telah digariskan agar ia menjalani hidupnya lagi di dunia manusia. Namun keluarnya dari sumur ini merupakan awal dari ujian baru dalam kehidupannya.
  1. Perbudakan
Kafilah musafir itu memungutnya dari sumur dan mereka kagum atas ketampanan Yusuf dan mereka menyangka bahwa ia berasal dari keturunan keluarga yang terhormat, karena itulah mereka khawatir kalau ketahuan dan segera menjualnya sebagai budak dengan harga murah di negeri Mesir:

Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.

Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh Jadi Dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut Dia sebagai anak.” Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. (Yusuf: 20-21).

Yusuf berpindah dari kehidupan merdeka yang dijalaninya bersama kedua orang tuanya, dalam keadaan mulia dan terhormat, yang membuat iri saudaranya menuju kehinaan perbudakan dan kehidupan sebagai hamba sahaya di istana penguasa Mesir. Statusnya sama dengan para budak yang bertugas mengangkut barang berat milik tuannya, membersihkan sampah dan kotoran, dan melayani kebutuhan dan permintaan yang remeh temeh, diperintah dan harus taat. Dan ini adalah ujian tersendiri yang memerlukan kesabaran.

Dan takkan bisa memahami seperti apa kesengsaraan budak kecuali orang yang mau mendengar keluh kesah mereka atau pernah mengalami kehidupan mereka. Dan cukuplah sebagai penderitaan bagi seorang budak, ia tidak seperti manusia pada umumnya. Tidak diperlakukan sebagai manusia, bahkan seringkali diperlakukan hampir seperti binatang.
  1. Ujian wanita
Yusuf ‘alaihi salam sangat rupawan, dan istri petinggi Mesir tergoda oleh ketampananya meski usia mereka terpaut sangat jauh. Dan wanita ini tak mampu menyembunyikan jika ia tertawan dan kasmaran, sedangkan ia adalah nyonya dan Yusuf sebagai budak sahaya. Sampai ketika syahwatnya mencapai puncak, ia menemui Yusuf dan berkata: “Marilah kesini”, setelah menutup semua pintu dan yakin bahwa istana dalam keadaan kosong. Maka Yusuf berkata:

Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (Yusuf: 23).

Sesungguhnya seorang wanita tak akan mengucapkan perkataan ini pada seorang laki-laki kecuali ia telah mempersiapkan diri untuk perbuatan tersebut dengan segala kesadaran akan daya tarik yang ia miliki, dan ia melakukan segala trik untuk menggoda orang yang dikehendakinya.

Bisa jadi ia menanggalkan seluruh busananya, atau menampakkan keindahan- keindahan tubuhnya, atau menampakkan bagian tubuh yang bisa membangkitkan syahwat laki-laki dan memakai riasan di wajah dan wawangian di tubuhnya. Sungguh, ujian wanita yang menimpa Yusuf adalah ujian terbesar yang dihadapinya di sepanjang hidupnya.

Dan agar kita bisa mengetahui besarnya ujian ini, kita mesti memahami faktor- faktor yang mendorong seorang pria berzina dengan wanita. Tak ragu lagi, faktor itu banyak sekali. Dan seringkali adanya satu faktor saja sudah cukup mendorong terjadinya zina, maka bagaimana jadinya jika semua faktor itu terkumpul dalam peristiwa Yusuf dan istri pembesar istana?

Di antara faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya zina adalah:
  • Ketampanan pria
Karena akan mendorongnya untuk melakukan pendekatan pada para wanita karena tertipu dengan ketampanannya. Berbeda dengan yang buruk rupa, yang dari zaman dahulu diketahui bahwa tak akan ada yang tertarik padanya.
  • Ajakan wanita untuk berzina
Dan ini adalah faktor yang paling kuat. Dan faktor ini menjadi dorongan yang kuat ketika permintaan untuk memenuhi syahwat itu itu dilandasi rasa cinta wanita tersebut dan bukan karena alasan harta atau alasan lainnya. Dan inilah yang terjadi pada Yusuf ‘alaihi salam.
  • Keterasingan
Orang yang terasing tak ada yang mengenalnya, dan ini memudahkannya untuk melakukan praktek zina karena ia jauh dari pengawasan orang-orang yang mengenalnya.
  • Perbudakan
Seorang budak tergadai oleh perintah tuannya, dan ia tak mampu menolak perintah itu karena kewajibannya adalah taat tanpa keraguan, karena ia tak memiliki keputusan sendiri.
  • Masa muda
Yusuf adalah seorang pemuda belia, dan ini adalah faktor utama yang membuat seseorang menerima ajakan zina. Lain halnya orang yang orang yang telah tua renta, yang telah lemah atau hilang syahwatnya.
  • Kesiapan wanita untuk berzina
Faktor ini berbeda dengan ajakannya untuk berzina. Maksudnya di sini adalah wanita tersebut memakai atau melakukan hal-hal yang membuat pria tergoda padanya:
Dan berkata: “Marilah ke sini”. (Yusuf: 23)
  • Menutup semua pintu
Dan ini mengundang rasa aman untuk melakukan perbuatan keji, karena jauh dari pantauan pegawai istana, atau kerabat wanita tersebut: “Dia menutup pintu-pintu”. (Yusuf: 23).
  • Kedudukan dan jabatan
Wanita ini adalah istri perdana mentri di masa raja-raja Firaun. Dan posisi wanita ini membuatnya mampu menyembunyikan kejahatan meskipun sebenarnya telah terkuak. Dan ini adalah faktor rasa aman yang lain yang bisa mendorong seorang laki-laki melakukannya. Dan faktor ini benar-benar terjadi dalam ujian ini.
  • Suami yang tidak cemburu
Dari rangkaian ayat nampak jelas bahwa suami wanita tadi adalah laki-laki yang tak memiliki rasa cemburu, dan dalilnya adalah firman Allah SWT:
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (Yusuf: 25).

Setelah melakukan sidang dan jelas bahwa kebenaran ada di pihak Yusuf ‘alaihi salam, dia hanya mengucapkan pada Yusuf: “(Hai) Yusuf rahasiakanlah hal ini”. (Yusuf: 29). Dan ia berkata pada istrinya: “dan (kamu Hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu Sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.”. (Yusuf:29).

Dan ini adalah pendorong yang besar untuk perbuatan yang nista sepanjang orang yang seharusnya melarang, dalam hal ini adalah suaminya, justru tidak menentangnya.
  • Ancaman penjara
Manusia kadang menjadi lemah dan terpukul dengan ancaman seperti ini. Dan ini juga termasuk faktor yang efektis dan berpengaruh bagi kebanyakan manusia. Dan wanita yang tengah kasmaran ini mengancam Yusuf di hadapan para wanita masyarakat yang sakit itu, setelah mereka memotong-motong jemari tangan mereka karena tersihir oleh ketampanannya, yang membuat mereka tak percaya kalau itu adalah ketampanan manusia, tapi mereka menyangkanya malaikat, istri perdana mentri itu mengancam dan berkata: “Itulah Dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan Sesungguhnya aku telah menggoda Dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi Dia menolak. dan Sesungguhnya jika Dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya Dia akan dipenjarakan dan Dia akan Termasuk golongan orang-orang yang hina.” (Yusuf: 32).

Banyak kejahatan berbahaya akhirnya bisa dikerjakan karena menggunakan ancaman penjara. Maka bagaimana dengan kejahatan yang dicenderungi dan diminati oleh hawa nafsu, yaitu berzina dengan wanita istana, pemilik kekuasaan dan jabatan.

Faktor-faktor ini semuanya terangkum dalam ujian yang diarungi oleh Yusuf ‘alaihi salam. Dan jika salah satu faktor saja membuat banyak pria berjatuhan, maka bagaimana jika semua faktor tadi terkumpul di hadapan Yusuf?. Inilah hal yang mendekatkan kita pada jenis tsabat atau keteguhan sikap Yusuf ‘alaihi salam, dan memberikan kita bekal sebuah tarbiyah yang orisinil yang dijalani olehnya, karena ia menjadi salah satu sebab keteguhannya.

Karena tak mungkin bisa bersikap teguh dalam suasana seperti ini orang-orang yang membiarkan jiwanya bersenang-senang semaunya, kemudian mengharapkan sikap tsabat. Sekali-kali tidak. Tak akan mampu tegar kecuali siapa yang lelah membina jiwa dan mensucikannya, sehingga Allah Ta’ala meneguhkannya pada kebanyakan ujian dan cobaan.

Dan setelah Yusuf lolos dalam ujian ini, Allah memberikan jalan keluar dan mengeluarkannya dari krisis tersebut, ke tempat yang jauh dari bau istana yang menyebarkan aroma kerusakana, dan kerendahan akhlak. Dan itu setelah ia menyandarkan diri sepenuhnya pada Allah semata, sambil mengakui kelemahan sisi basyariyahnya di hadapan derasnya ujian: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh”. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Yusuf: 33-34).

Allah mengeluarkannya dari fitnah ujian tersebut dan mengabulkan permohonannya. Akan tetapi untuk membawanya pada jenis ujian yang lain, yaitu ujian penjara: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”. (Yusuf: 33).
  1. Ujian kurungan penjara
Allah Ta’ala berfirman:

Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu. (Yusuf: 35).
Ketika memasuki penjara yang baginya laksana surga jika dibanding dengan istana yang menjulang itu, Yusuf ‘alaihi salam tidak melupakan obsesi dan misinya, dan saat itu ada dua pemuda yang menyertainya dalam penjara mempercayai kelimuan yang Allah karuniakan padanya, dan memintanya untuk menafsirkan mimpi keduanya:

“Dan bersama dengan Dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. berkatalah salah seorang diantara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung.” berikanlah kepada Kami ta’birnya; Sesungguhnya Kami memandang kamu Termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi)”. (Yusuf: 36).

Yusuf ‘alaihi salam memanfaatkan kepercayaan, kedatangan dan keperluan mereka untuk mengetahui mimpi yang aneh tersebut . Maka iapun memulai menerangkan tentang tauhid pada mereka secara bertahab sebelum menjawab permintaan mereka.

Nabi Yusuf menghabiskan sebagian besar waktu yang ada untuk menerangkan pokok-pokok tauhid dan mengupayakan agar mereka tertarik. Adapun jawaban atas pertanyaan keduanya, tak lebih dari dua statemen:

Hai kedua penghuni penjara: “Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akan memberi minuman tuannya dengan khamar; Adapun yang seorang lagi Maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).”. (Yusuf: 41).

Sesungguhnya hal terberat yang menimpa orang–orang yang dipenjara adalah terputusnya mereka dari peristiwa di luar penjara, dari keluarga dan anak-anak, serta peristiwa yang terjadi setiap hari.

Dan lebih berat dari itu adalah saat seseorang masuk penjara sedang ia bebas dari dosa, dan ia tak dipedulikan di sana, tak seorangpun dari mereka yang ada di luar menaruh perhatian bahwa di sana ada manusia yang hidup di penjara. Dan lebih pedih lagi, bahwa orang yang dipenjara tadi tak memiliki kekuasaan atas dirinya mengenai kapan pergi, dan kembali, apa yang dikonsumsi, atau apakah tetap di tempat itu ataukah yang lain.
  1. Perpanjangan masa kurungan
Sesungguhnya orang yang di penjara dan ia mengetahui kapan bisa keluar, dan kapan masa penahanan itu berakhir, tidak akan mengalami apa yang dirasakan oleh nara pidana yang tak mengetahui kapan berakhir masa tahanannya, dan tak pernah dikatakan padanya kapan akan keluar. Setiap hari ia terus menunggu-nunggu, dan setiap hari berlalu seperti sebelumnya tanpa ada kepastian kapan akan berakhir, yang menjadikannya tertimpa ujian spikologis yang terus- menerus, terutama jika penahanan itu berlangsung lama tanpa ada seorangpun yang menyadari hal itu. Dan inilah yang terjadi pada Yusuf ‘alai salam, maka ia berpesan pada salah satu dari kedua temannya yang menurut prediksinya akan selamat: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.”. (Yusuf: 42).

Akan tetapi setan menjadikan pria tersebut lupa untuk menceritakan kondisi Yusuf yang terdzalimi pada tuannya, dan sikap lupanya menyebabkan bertambahnya masa tahanannya: “Karena itu tetaplah Dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya”. (Yusuf: 42).

Dan tak seorangun mengingatnya kecuali setelah raja memerlukan orang yang bisa menafsirkan mimpinya. Saat itulah pria itu mengingat temannya, Yusuf ‘alaihi salam dan ia menceritakannya pada raja. Namun prinsip Yusuf yang orisinil menolak untuk keluar dari penjara dengan cara seperti ini, dan ia menolak bebas dari penjara namun dengan tuduhan zina masih melekat padanya, hingga diumumkan secara resmi di hadapan khalayak ramai siapa pendosa yang sebenarnya, dan diumumkan pula bahwa ia bersih dan tak bersalah. Nabi Yusuf menjawab ajakan utusan raja dengan penolakan, tak terpengaruh dengan gelapnya penjara dan deritanya, serta lamanya ia mendekam di sana:

“Kembalilah kepada tuanmu dan Tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. (Yusuf: 50).

Dan ketika raja bertanya pada para wanita tersebut dan merekonstruksi rincian peristiwa kriminal itu bersama mereka yang hadir dan berperan dalam peristiwanya, sang pendosa mengaku: “Mereka berkata: “Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya”. berkata isteri Al Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang benar.”. (Yusuf: 51).

Hanya saat itu saja ia ridha untuk keluar secara terhormat, bersih, dan bukan sebagai pesakitan yang bebas karena kemuliaan sang raja dan keperluannya pada Yusuf. Namun ia keluar menuju ujian lain yang para tokoh sekalipun hanya sedikit yang mampu bertahan, yaitu:
  1. Ujian jabatan
Tak diragukan lagi bahwa ujian jabatan termasuk ujian terbesar yang mungkin menimpa para dai. Dan disini Yusuf ‘alaihi salam meminta jabatan bukan karena cinta jabatan, namun karana ia tahu di sana tak ada orang yang lebih kompeten darinya. Dan ia tahu bahwa meninggalkan urusan ini berarti meninggalkan tanggungjawab seorang dai yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan manusia, jika ia memiliki kemampuan untuk itu.

Adapun jika ia tahu bahwa ada orang lain yang lebih kapabel dari dirinya, maka yang lebih utama adalah besikap zuhud atas jabatan, karena kecintaanya pada hal ini tidak lain merupakan bentuk dari kecintaan pada dunia. Bahkan Al-Qosim bin Ustman al-Jau’i menganggapnya sebagai bagian dari dosa – dosa yang membinasakan, dengan berkata: “Cinta kepemimpinan adalah pokok segala yang membinasakan”.

Orang-orang yang rakus menyongsong jabatan dan kepemimpinan, Allah haramkan atasnya kelezatan iman dan kekhusyuan. Karena hatinya tertambat dengan selain akhirat. Dan inilah yang diisyaratkan oleh Abu Ja’far al-Muhauli ketika berkata: “Haram bagi jiwa yang di dalamnya ada kecintaan menjadi pemimpin manusia untuk merasakan manisnya akhirat”.

Namun Yusuf ‘alaihi salam tidak termasuk dalam golongan yang rakus pada dunia ini. Bahkan hatinya tertambat dengan akherat. Ujian jabatan tak mengoncangnya untuk tetap berserah diri pada Allah, menjaga adab di hadapan-Nya, dan mengakui kenikmatan-Nya. inilah dia berkata di akhir petualangannya, setelah Allah mengumpulkan ayah dan saudaranya untuknya di negeri Mesir:

Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101).

Sayyid Qutb berkata: “Dan begitulah, nama besar dan kekuasaan tertutupi. Dan kegembiraan karena perjumpaan dan pertemuan dengan keluarga dan kebersamaan dengan saudara juga menghilang. Dan muncullah episode terakhir, episode seorang hamba yang memohon pada Rabbnya agar dijaga keislamannya hingga ajal menjemputnya, dan agar dipertemukan dengan orang-orang shaleh di haribaan-Nya. Ini adalah kesuksesan mutlak dalam ujian akhir”. (Fi Dhilali al-Qur’an: 4/ 2030).

Dari sela-sela ujian yang dilewati Yusuf, jelas bahwa jalan keluar setelah masa- masa sulit itu di dahului oleh keteguhan pada prinsip. Kadang jalan keluar itu merupakan hadiah dari keteguhan itu. Atau bisa jadi jalan keluar itu sendiri merupakan ujian lain yang dengannya Allah menguji keteguhan hamba-Nya di waktu datang kemudahan. Dan betapa banyak dai yang teguh di saat datang ujian dan kesulitan, namun ketika datang kemudahan, jalan keluar, dan kejayaan, iapun berpaling dari sikap yang sungguh-sungguh dan menjauh dari barisan dakwah.
Dan pelajaran dari kisah ini adalah:
  • Pertama: Kadar cobaan sesuai dengan kadar kedekatan seseorang pada Allah
  • Kedua: Cobaan kadang terjadi karena menjauh dari Allah pada salah satu makna ubudiyah, meski hanya sedikit.
  • Ketiga: Bahwa setiap cobaan disertai rahmat dari Allah SWT.
  • Keempat: Jalan keluar setelah kesulitan di dahului oleh sikap teguh pada manhaj.
Seberat apapun beban ujian yang menimpa, pasti hanya sepersekian dari ujian yang telah di pikul oleh nabi Yusuf kita. Dan meski kita tak sesabar dan setegar Nabi mulia ini, setidaknya kita pasti mampu memerankan berbagai episode kehidupan kita dengan indah dengan mencermati dan meneladani kisah spektakuler beliau.

Semoga Allah selalu meneguhkan hati kita, dan melepaskan beban yang membebani punggung serta menghilangkan duka kita. Amin.

Wallahu a’lam.

Sumber: Tafsir Al-Baghowi, Al-Mushoffa min shifat ad-Du’at, Syekh Al-Bilali.
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......