Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Nasehat Bagi Para ‘Gossiper’

Sahabat Muadz bin Jabal, suatu ketika pernah datang menghadap Nabi bagaimana agar ia dapat  menyucikan niatnya dan meraih keselamatan. Nabi menjawab demikian,” Ikutilah saya, meskipun kamu mungkin gagal dalam upaya mencapainya. Wahai Muadz, jagalah lidahmu dari memfitnah teman temanmu…carilah kesalahan pada dirimu sendiri, dan bukannya kepada orang lain; jangan membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain; jangan pula memuji muji diri sendiri di depan orang lain. Janganlah suka menjelek jelekan sifat sifat orang lain sehingga pada hari kiamat nanti anjing anjing neraka akan menjelek jelekkan kamu sehingga hancur berkeping keping (HR Muslim)
 
Menemukan kesalahan pada diri orang lain itu perkara mudah; tetapi memahami mengapa begini , mengapa begitu, itulah yang susah. Kita seringkali bebal dengan pengalaman orang lain yang turut membantu membentuk atau merusak martabat orang lain , sehingga sebagai muslim seharusnya kita berfikir berkali kali  menilai apapun yang negatif terhadap orang itu.

Ada sebuah cerita tentang tukang gosip yang saya dengar dari syeikh Jamaluddin :
Tukang gossip itu suka sekali membicarakan hal hal yang buruk dari orang lain. Dengan penuh kesadaran, kebiasaan itu tampaknya cukup mengganggu dia, makanya ia kemudian pergi menemui seorang syeikh yang bijak untuk membicarakannya. Setelah mendengarkan dengan seksama, syeikh itu menyuruh orang tadi untuk mengumpulkan sekantong bulu bulu, dan membawanya ke menara tinggi di kotanya. Pada suatu hari di mana angin bertiup kencang , orang itu diminta mengosongkan bulu bulu di kantongnya, dan ia kembali kepada syeikh agar menceritakan semuanya bahwa instruksinya telah dijalankannya. Tak disangka, syeikh itu menyuruhnya untuk mencari dan mengumpulkan kembali setiap bulu bulu yang sudah dihempaskan angin kemana mana, di setiap penjuru kota, di parit,  di atas pohon, di cerobong asap, bahkan di saluran air. Si tukang gossip tadi menggeleng gelengkan kepala karena tidak percaya apa yang harus diperbuat terhadap instruksi syeikh tersebut, tapi syeikh tadi mengingatkan, : Saudaraku, itulah betapa gawatnya masalah kamu di dunia dan akherat kelak.”

Semoga nasehat ini bisa menyadarkan para pencinta gosip, bila nasehat ini belum berhasil, saya hanya bilang, “Wah dasar muka badak, ternyata anda memang hobinya mengumpat.”

-Farid Esack, South of African-

Lengkapnya Klik DISINI

Shalat Berdua dengan Bukan Mahram

sampul-depan-buku-fiqih-shalat-berjamaah-berdasarkan-alquran-dan-sunnah-_120309111502-125
Assalamu’alaikum wr wb. Ustadz, apakah boleh shalat berjamaah berdua dengan yang bukan mahram di mushala kantor? Dan, apakah boleh kalau sedang dalam perjalanan, di mana yang lain sedang tidak shalat, dan hanya kita sendiri yang shalat berjamaah dengan seorang laki-laki? Hamidah Puji – Bali
 
Wa’alaikumsalam wr wb. Islam menegaskan diharamkan bagi laki-laki berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi SAW.

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan perempuan kecuali disertai seorang mahram, dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya.” Lalu, ada seorang laki-laki berdiri  dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya termasuk yang terdaftar pada perang ini dan itu, sedangkan istriku keluar untuk menunaikan ibadah haji.” Maka, Beliau bersabda, “Pergilah berhaji bersama istrimu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain disebutkan, Nabi SAW bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan ketiganya adalah setan.” (HR Tirmizi dan Ahmad).

Oleh karena itu, jika shalatnya seorang perempuan sebagai makmum di belakang seorang laki-laki yang bukan mahram menjadikan mereka berdua-duaan (khalwat), hukumnya tidak boleh karena ini menjadi sebab kepada sesuatu yang haram. Dan, dalam kaidah fikih dijelaskan sesuatu yang menyebabkan kepada yang haram maka hukumnya adalah haram.

Dalam kitab, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam Nawawi menyatakan, makruh hukumnya seorang laki-laki shalat dengan seorang perempuan yang asing  (bukan mahramnya) berdasarkan hadis Nabi saw, “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan ketiganya adalah setan.”

Lalu, Imam Nawawi menegaskan yang dimaksud dengan makruh di sini adalah makruh tahrim (yaitu perkara yang diharamkan dalam syariat yang berakibat dosa bagi yang melakukannya, tapi berdasarkan dalil yang bersifat zhanni), yaitu jika laki-laki itu menjadi berdua-duaan dengan wanita tersebut.

Imam Nawawi melanjutkan, “Ulama mazhab Syafii mengatakan, jika seorang laki-laki mengimami istri atau mahramnya dan berdua-duaan dengannya, hukumnya boleh karena ia dibolehkan untuk berdua-duaan dengannya di luar waktu shalat.

Sedangkan, jika ia mengimami wanita asing dan berdua-duaan dengannya maka itu diharamkan bagi laki-laki dan wanita tersebut berdasarkan hadis-hadis Nabi SAW tersebut.

Maka, jika shalat berjamaah dengan laki-laki yang bukan mahram di mushala kantor itu menjadikannya berdua-duaan dengannya, hukumnya adalah haram.

Tetapi, jika di mushala itu ada orang lain, meskipun ia tidak shalat maka hukumnya menjadi boleh karena penyebab dilarangnya sudah tidak ada, yaitu berdua-duaan. Wallahu a’lam bish shawwab.
Ustazd Bachtiar Nasir. (ROL/SA)


Lengkapnya Klik DISINI

Yahudi Israel Gencar Budidayakan Pohon Ghorqod

Kendati tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wasallam, kaum Yahudi Israel mempercayai sabda Nabi bahwa kelak di akhir zaman pohon Ghorqod akan melindungi mereka. Didorong kepercayaan itulah kini Yahudi Israel gencar menanam pohon Ghorqod di berbagai tempat jajahan di Palestina. Tidak tanggung-tanggung, website resmi Israel menyebutkan angka 240 juta pohon telah ditanam!

Situs berbahasa Arab lakii.com merilis, sedikitnya lima wilayah menjadi tempat utama budidaya pohon Ghorqod. Di Hutan laut tengah dan hutan semak belukar terdapat 2209 spesies Pohon Ghorqod. Di Semi padang rumput dan hutan semak belukar terdapat 1434 spesies. Di Semak belukar yang berumput terdapat 1062 spesies. Di padang pasir dan padang pasir ganas terdapat 1058 spesies. Dan di area hijau Gunung Hermon terdapat 991 spesies.

Pohon Ghorqod = Pohon Yahudi
Phon Ghorqod memiliki nama Latin Lycium shawii roem, Lycium arabicum schwiein fex dan Boiss lycium persicum miers. Ia juga dikenal dengan nama Ausaj, Sahnun, dan pohon Yahudi. Disebut pohon Yahudi karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِىُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِىٌّ خَلْفِى فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ. إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
"Tidaklah akan tiba hari kiamat kecuali orang Islam memerangi Yahudi dan membunuh mereka sampai-sampai mereka bersembunyi di belakang batu dan pohon. Kemudian batu dan pohon tadi berkata: Wahai muslim ini dibelakangku ada seorang Yahudi, bunuhlah dia. (Semua tumbuhan demikian) kecuali pohon Ghorqod, sesungguhnya pohon itu adalah pohon orang yahudi" (HR. Muslim)

Pohon Ghorqod = Proyek Internasional Zionis
Tidak diketahui secara pasti kapan kaum Zionis-Israel menanami tanah Palestina dengan pohon Ghorqod. Namun, website Jewish National Fund yang beralamat di jnf.org menyebutkan bahwa di Tanah Palestina telah ditanami sebanyak 240 juta batang pohon Ghorqod.
Kampanye di jnf.org, jika diklik pengunjung dibawa ke laman donasi

Mereka juga mengkampanyekan secara online, siapa yang mau menyumbang Israel dengan membeli pohon Ghorqod untuk ditanam di Palestina. Namun, kampanye yang terus dilakukan di jnf.org/work-we-do/our-projects/forestry-ecology/ itu ditampilkan secara halus dengan menyebutnya sebagai proyek penghijauan dan penyelamatan ekologi. [AM/Jnf/EM/bsb]
 
Lengkapnya Klik DISINI

Ubai bin Ka'ab

"Katakanlah : Ia kuasa akan mengirim siksa kepada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan kalian perbuatan kawannya sendiri..!"(Qs. Al An'am :65)

Ubai bin Ka'ab adalah warga Anshar dari suku Kharaj, ikut dalam perjanjian 'Aqabah dan perang badar dan peperangan lainnya.Beliau mempunyai derajat yang mulia dikalangan Muslimin angkatan pertama. Beliau termasuk perintis penulis wahyu dan surat-surat dan juga termasuk golongan terkemuka dalam penghafalan Al Qur'an, membaca dan memahami ayat-ayatnya. Pada suatu hari Rasulullah Saw mengatakan kepadanya :

"Wahai ubai bin Ka'ab! Saya dititahkan untuk menyampaikan Al Qur'an padamu ". Ubai maklum bahwa Rasulullah hanya menerima perintah dari wahyu.., maka dengan harap-harap cemas ia bertanya "Wahai Rasulullah, Ibu bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebutkan namaku?" Ujar Rasulullah "Benar! Namamu dan turunanmu ditingkat tertinggi...!"
Seorang muslim yang mempunyai kedudukan seperti ini dihati Nabi saw pastilah seorang muslim yang amat agung. Setelah Rasulullah wafat, Ubai bin Ka'ab tetap setia dan tekun baik dalam beribadat, teguh dalam beragama dan utama dalam keluhuran budi. Disamping itu tiada henti-hentinya beliau menjadi pengawas kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka. Diantara ucapannya yang agung adalah " Selagi kita bersama Rasulullah tujuan kita satu...., Tetapi setelah ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam-macam ada yang ke kiri dan ada yang kekanan...!" 
Mengenai dunia ubai bin Ka'ab mernah menuliskannya sebagi berikut : " Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri dapat diambil sebagai perumpaan bagi dunia, biar dikatakannya enak atau tidak, tetap yang penting menjadi apa nantinya ..?". 
Tatkala wilayah Islam telah meluas, dan dilihatnya sebagian kaum muslimin mulai menyeleweng dengan menjilat kepada pembesar-pembesar mereka, ia tampil dan melepaskan kata-katanya yang tajam : " Celakalah mereka, demi Tuhan mereka celaka dan mencelakan! Tetapi saya tidak menyesal dengan nasib mereka, hanya saya sayangkan adalah kaum muslimin yang celaka disebabkan mereka…!" 
Ubai bin Ka'ab selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari akhir, setiap ayat Al Qur'an yang didengarnya menggetarkan hatinya. Dan beliau sangat merasa berduka tak terlukiskan setiap mendengar ayat :"Katakanlah : Ia kuasa akan mengirim siksa kepada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan kalian perbuatan kawannya sendiri..!"(Qs. Al An'am :65) 
Yang paling dicemaskan oleh Ubai bin Ka'ab terhadap ummat adalah datangnya suatu genarasi ummat yang bercakar-cakaran sesama mereka. Beliau selalu memohon keselamatan kepada Allah dan berkat karunia dan rahmatNya sehingga beliau menemui Tuhannya dalam keadaan beriman,aman dan tentram. 
 
 sumber
Lengkapnya Klik DISINI

10 Nasehat Hasan Al-Banna

10 Nasehat Hasan Al-Banna

Berikut ini adalah nasehat-nasehat dari Imam Hasan Al Banna yaitu seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang semoga sangat bermanfaat bagi kita semua:

1. Dirikanlah sholat saat engkau setiapkali mendengar azan, dalam keadaan apapun.

2. Bacalah al-Quran, telaah isinya, dengarkan, dan berzikirlah kepada Allah. Jangan gunakan sebagian waktumu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

3. Bersungguh-sungguhlah untuk berbicara bahasa Arab fusha'. Karena itu termasuk syiar Islam.

4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, karena bersikap hipokrit tidak akan pernah mendatangkan kebaikan.

5. Jangan banyak tertawa, karena hati yang maushul kepada Allah adalah hati yang tenang dan stabil.

6. Jangan bercanda, karena umat yang bersungguh-sungguh tidak mengenal apapun selain kesungguhan.

7. Jangan keraskan suaramu melebihi yang dibutuhkan pendengar, karena hanya akan mengakibatkan serampangan dan menyakitkan (orang lain).

8. Jauhi menggunjing orang lain dan melukai perilaku orang, dan janganlah berbicara kecuali yang baik.

9. Lakukanlah 'ta'aruf' (perkenalan) dengan saudara-saudara yang engkau temui meskipun, mereka tidak menuntutmu demikian. Sesungguhnya pondasi dakwah kita adalah cinta dan saling mengenal.

10. Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Maka bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Kalau engkau punya keperluan, maka segeralah tunaikan kebutuhannya.
Berikut ini adalah nasehat-nasehat dari Imam Hasan Al Banna yaitu seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang semoga sangat bermanfaat bagi kita semua:

1. Dirikanlah sholat saat engkau setiapkali mendengar azan, dalam keadaan apapun.

2. Bacalah al-Quran, telaah isinya, dengarkan, dan berzikirlah kepada Allah. Jangan gunakan sebagian waktumu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

3. Bersungguh-sungguhlah untuk berbicara bahasa Arab fusha'. Karena itu termasuk syiar Islam.

4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, karena bersikap hipokrit tidak akan pernah mendatangkan kebaikan.

5. Jangan banyak tertawa, karena hati yang maushul kepada Allah adalah hati yang tenang dan stabil.

6. Jangan bercanda, karena umat yang bersungguh-sungguh tidak mengenal apapun selain kesungguhan.

7. Jangan keraskan suaramu melebihi yang dibutuhkan pendengar, karena hanya akan mengakibatkan serampangan dan menyakitkan (orang lain).

8. Jauhi menggunjing orang lain dan melukai perilaku orang, dan janganlah berbicara kecuali yang baik.

9. Lakukanlah 'ta'aruf' (perkenalan) dengan saudara-saudara yang engkau temui meskipun, mereka tidak menuntutmu demikian. Sesungguhnya pondasi dakwah kita adalah cinta dan saling mengenal.

10. Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Maka bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Kalau engkau punya keperluan, maka segeralah tunaikan kebutuhannya.
 
 
Lengkapnya Klik DISINI

Sarana Amal Thullabi: Muktamar Mahasiswa

Musthafa Muhammad Thahan 
Ada sarana-sarana yang lain yang dibutuhkan mahasiswa dan membantunya dalam memahami jalan yang ditempuh, meluruskan perilakunya,serta menumbuhkan kemampuan dan keahliannya, yang akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini.

Muktamar-muktamar (Kongres) Mahasiswa
Ini adalah sarana yang sangat penting bagi amal thullabi yang bisa digunakan untuk mengevaluasi langkah-langkahnya menyusun strategi-strategi dan menyambung hubungan dengan yang lain.
Keistimewaan muktamar mahasiswa dari aktivitas-aktivitas lain ialah:
  1. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan mereka yang terlibat di dunia kemahasiswaan untuk saling berhubungan, baik antar ADK (Aktivis Da’wah Kampus) dari universitas yang berbeda atau hubungan antar ADK dari negara yang berbeda guna menukar pengalaman masing-masing.
  2. Di dalamnya para qiyadah (pemimpin) amal thullabi dapat bertemu dalam akdvitas yang bersifat nasional, regional, dan internasional dan –saling  menerima pengarahan serta tukar pendapat.
  3. Muktamar adalah sarana penting untuk menyatukan pemahaman di kalangan Aktivis Da’wah Kampus.
  4. Lewat muktamar dapat dirumuskan strategi umum amal thullabi, sertamengevaluasinya melalui peristiwa di lapangan.
  5. Lewat muktamar dapat didiskusikan permasalahan kampus dan upaya pemecahannya.
Jenis-jenis Muktamar (Kongres)
1. Muktamar (Kongres) Nasional
Terdiri dari dua jenis, yaitu:
Pertama: Muktamar lembaga kemahasiswaan tertentu.
Sangat berguna jika dilakukan hal-hal berikut:
  • Mengundang para pimpinan fakultas dan universitas yang terlibat dalam muktamar, dan juga anggota majlis dosen.
  • Mengundang lembaga-lembaga lain.
  • Mengundang para pejabat di departemen pendidikan.
  • Memberikan kesempatan yang cukup untuk menilai kerja individu atau kerja kolektif jika ditinjau dari sudut kebijakan yang telah ditetapkan.
  • Meletakkan strategi kerja fase berikutnya dan kembali menentukan prioritas.
  • Memilih pengurus harian baru dengan memberi kesempatan bagi wajah-wajah baru.
Kedua: Muktamar Umum yang menyertakan seluruh aktivis lembaga-lembaga kemahasiswaan dan kepemudaan.
Harus diperhatikan hal-hal berikut:
  • Mengundang seluruh lembaga untuk terlibat aktif dalam muktamar.
  • Membentuk panitia (panitia) pelaksana yang mengurus muktamar yang terdiri dari anggota-anggota lembaga yang terlibat dalam muktamar.
  • Mengundang lembaga-lembaga resmi tingkat nasional untuk ikut serta.
  • Publikasi lewat koran, majalah, dan lain-lain dan mengundang mereka untuk meliput muktamar serta menerbitkan berita harian tentang kegiatan muktamar.
  • Mengundang para cendekiawan dan pemerhati pemuda dan mahasiswa untuk memberikan ceramah dan mengadakan seminar.
  • Memilih tema muktamar yang menjadi permasalahan bagi seluruh peserta.
  • Memberikan kesempatan bagi setiap lembaga untuk mengungkapkan pendapatnya atau permasalahan yang dihadapi.
  • Memperhatikan pembentukan komisi-komisi kecil untuk menganalisa  berbagai persoalan dan menyiapkan tausiyah (rekomendasi) muktamar.
  • Memperhatikan titik-titik kesepakatan antara lembaga-lembaga yang berbeda sehingga muktamar tidak menjadi arena pertentangan dan perpecahan.
  • Memilih badan yang merepresentasikan seluruh lembaga-lembaga kemahasiswaan untuk dimunculkan dihadapan lembaga-lembaga resmi yang lain dan dapat memperjuangkan tuntutan mahasiswa.
  • Rekomendasi yang dikeluarkan hendaknya merepresentasikan seluruh pendapat secara umum dan meliputi poin-poin kesepakatan, serta mengevaluasi pelaksanaannya secara berkala.
2. Muktamar (Kongres) Internasional
Yaitu muktamar yang melibatkan lembaga-lembaga kemahasiswaan di tingkat internasional. Sasarannya adalah:
  • Merealisasikan universalitas amal thullabi.
  • Tukar-menukar pengalaman kemahasiswaan.
  • Memunculkan perjuangan dan permasalahan mahasiswa di setiap negara dan melakukan pembelaan.
  • Menghadang setiap arus global yang merusak para pemuda dan menjauhkan mereka dari permasalahan ummat.
Persiapan Muktamar
Persiapan yang harus dilakukan adalah:
  • Mengundang lembaga-lembaga kemahasiswaan yang benar-benar merepresentasikan suara mahasiswa.
  • Memberikan prioritas utama bagi masalah-masalah internasional.
  • Memilih tema muktamar yang berbobot dan memiliki visi ke depan.
  • Mengundang para pakar dan pemikir untuk menjadi pembicara.
  • Mengundang media massa internasional untuk meliput muktamar atau mengirimkan kepada mereka hasil-hasil muktamar secara sistematis.
  • Memfokuskan muktamar pada problematika amal thullabi internasional, seperti: perpecahan, HAM, pemenjaraan aktivis, gejolak politik, kebebasan mahasiswa dalam membentuk lembaga-lembaga kemahasiwaan, melindungi, dan membelanya.
  • Memfokuskan pada peran pemuda dalam perubahan realitas ummat.
  • Menyadarkan para pemuda tentang kekuatan-kekuatan kebatilan dan penghancur yang menjadikan mereka sebagai obyek sasaran.
  • Mengajak para pemuda untuk menjalin hubungan dan menyatukan daya serta potensi menuju amal thullabi yang universal dan terarah.
Persiapan dan Pengelolaan Muktamar
Aktivis amal thullabi harus banyak memperhatikan muktamar-muktamar pelajar dan mahasiswa dengan persiapan, pelaksanaan, pengelolaan, dan evaluasi yang baik. Yang paling penting dalam hal ini adalah:
  • Persiapan harus dilakukan sedini mungkin, agar cukup waktu untuk menghasilkan tujuan yang optimal.
  • Membentuk panitia khusus yang mempersiapkan muktamar, terdiri dari seksi-seksi di antaranya: seksi pengorganisasian, program-program acara, penerima tamu, propaganda dan publikasi, seksi perumus hasil-hasil akhir muktamar, seksi penghubung antar pemimpin organisasi (humas), dan lain-lain.
  • Menyebarkan undangan sedini mungkin kepada tamu, penceramah, dan peserta muktamar sekaligus mengkonfirmasikan kehadiran dan keikutsertaan mereka.
  • Berusaha keras mengikutsertakan seluruh kelompok dan berupaya agar muktamar mewakili semua kepentingan.
  • Memperhatikan waktu yang cukup untuk mengundang media massa dan menerbitkan proceeding hasil muktamar untuk dipublikasikan.
  • Membentuk panitia khusus yang menangani kemungkinan-kemungkinan tak terduga saat muktamar dan mampu mengantisipasi situasi yang muncul.
  • Disiplin dalam janji, waktu, dan program yang sudah ditetapkan.
  • Menyambut dengan baik para tamu serta undangan dan menyediakan sarana yang cukup untuk mereka.
  • Menyebarkan jiwa kemerdekaan, syuro dan demokrasi di arena muktamar dengan tetap berpegang pada peraturan serta tujuannya.
  • Muktamar harus menyediakan kesempatan bagi peserta waktu yang cukup untuk beristirahat, menyiapkan acara-acara hiburan, kunjungan ke lokasilokasi wisata serta tempat-tempat penting di kota tempat muktamar berlangsung.
  • Menegaskan kepada aktivis amal thullabi agar menyebar di antara tamu dan undangan untuk lebih mengenal dan membina hubungan yang erat dengan mereka.
  • Memperhatikan keterlibatan para mahasiswi dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi muktamar.
  • Memperhatikan acara pembukaan, penutupan dengan sebaik-baiknya, karena keduanya adalah wajah dan gambaran yang mencerminkan muktamar.
  • Melakukan penilaian terhadap muktamar dari sudut keterlibatan seluruh peserta dengan berbagai sarana yang memungkinkan.
  • Mengirimkan hasil-hasil dan rekomendasi muktamar ke seluruh lembaga-lembaga kemahasiswaan yang belum mengikutinya sebagai salah satu sarana membina hubungan dengan mereka.

sumber
Lengkapnya Klik DISINI

"Menikah dengan non-Ikhwah jadikan Ladang Dakwah" | by @cahayaicha

Cahaya Icha
Balangan - Kalsel


Tak ada tendensi apapun saat menulis ini. Hanya ingin memberikan opini dari sudut pandang berbeda. Tulisan ini terinspirasi dari tulisan seorang akhwat tentang poligami. Beliau menyoroti tentang kondisi para akhwat yang belum menikah, sedangkan usia semakin bertambah dan jumlah ikhwan yang tak seimbang.
Saya adalah seorang akhwat yang lahir dari rahim tarbiyah, dari pintu dakwah kampus dimana kondisi saya selalu idealis dalam memandang segala persoalan. Pun termasuk masalah pernikahan. Bagi saya pernikahan adalah pembentukan generasi Rabbani, dimana rumah tangga dakwah yang saya impikan tidak akan mungkin bisa terwujud jika pasangan saya bukanlah ikhwan yang se-fikroh.
Kala pulang kekampung halaman setelah lulus kuliah, alangkah kagetnya saya. Melihat jumlah kader yang bisa dihitung dengan jari. Ikhwannya? Ada 3 orang.  Salah satunya adalah kakak saya, yang dua sisanya adalah bapak-bapak yang beberapa tahun lebih tua dari kakak saya.
Resah? Tentu saja. Bagaimana dengan cita-cita rumah tangga dakwah yang sudah saya impikan? Sedangkan tak ada ikhwan ‘available’. Disamping itu kader-kader  akhwat yang lebih tua dari saya dan belum menikah juga ada. Hingga kemudian murobbiyah kami memberikan ‘kebijakan’ untuk menikah dengan laki-laki biasa, dengan sederet syarat.  Saya? Sangat kecewa waktu itu. Saya tetap memegang teguh idealisme saya menikah dengan ikhwan tarbiyah. Harus se-visi dalam urusan dakwah. Tak bisa ditawar!
Dan ketika dua akhwat senior saya menikah dengan ikhwan non kader, saya tetap mengutarakan kekhawatiran saya kepada murobbi akan eksistensi mereka di jalan dakwah. Ternyata, kekhawatiran saya sama sekali tak beralasan. Mereka tetap bersemangat dan aktif dalam kerja-kerja dakwah. Muncul pertanyaan, jika ikhwan single memang tak ada,  lalu kenapa takut menikah dengan ikhwan non kader? Kenapa memaksakan sesuatu yang memang tidak bisa diadakan?
Memang, jodoh adalah rahasia Allah SWT. Dia memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Ketika jodoh itu datang dan bukan dalam ‘bentuk’ ikhwan yang sefikroh, satu harakah. Maka saya coba ikhlaskan hati bahwa inilah ladang dakwah yang Allah peruntukkan khusus bagiku.
Hasilnya? Sampai beberapa tahun usia pernikahan kami, tak sekalipun ia menghalangi saya dalam berdakwah. Justru suami saya yang notabene orang awamlah  yang selalu menyemangati saya saat lagi malas mengisi ta’lim, mengingatkan saya jadwal rapat dan mengisi liqo, membantu saya menghapal qur’an dan hadist. Bahkan, terkadang saya merasa dia jauh lebih banyak berkontribusi dalam kerja-kerja dakwah dibanding saya sendiri. Walaupun alasannya ‘hanya’ membantu istri.
Mempunyai suami non kader memberikan saya teman diskusi yang menilai jamaah ini dari sudut pandang luar, hal itu tentu saja memperkaya pemahaman saya saat memandang suatu permasalahan yang terkait dengan jamaah, karena penilaiannya objektif.
Jadi, tak ada alasan untuk takut menikah dengan ikhwan non kader jika memang ikhwan kader tarbiyah yang masih single tak ada. Yang harus dilakukan oleh para akhwat adalah mempersiapkan diri, menyiapkan bekal sebanyak mungkin. Dan buat komitmen bersama tentang rumah tangga impian. Ceritakan dengan jujur aktivitas-aktivitas dakwah yang akan tetap dilakukan walaupun sudah menikah. Ketika dulu saya menikah, saya berikan ‘warning’ pada calon suami bahwa dakwah adalah aktivitas utama saya. Dan jika menikah, maka ia harus siap dengan dinamika dakwah yang akan terjadi dalam rumah tangga kami.
Lalu, bagaimana dengan kasus-kasus akhwat menikah dengan ikhwan non kader kemudian menghilang dalam dunia dakwah? Terus terang saya tak mampu menjawab itu. Namun satu yang saya pahami, jika cara kita menjemput pernikahan itu bersih dan lurus, niat kita ikhlas karena Allah, tujuan menikah murni karena Allah.  Insya Allah kita akan selalu dibimbing Allah di jalan dakwah ini. Sehingga akan lahir "Ummu Sulaim-Ummu Sulaim" kekinian yang mampu membimbing suaminya  bersama-sama membangun keluarga sakinah dalam bingkai dakwah. []

Wallahu’alam

*penulis: @cahayaicha on twitter


sumber
Lengkapnya Klik DISINI

Konsolidasi Personal

Oleh : Cahyadi Takariawan
**********
Dalam dinamika dakwah, ada kegiatan yang harus selalu dilaksanakan, yaitu konsolidasi. Di seluruh tahapan dan mihwar, di seluruh fase perjalanan dakwah, konsolidasi sangat diperlukan untuk menjaga gerakan tetap solid dan tidak melemah apalagi terpecah belah. Konsolidasi akan menjamin tetap utuhnya semua potensi dalam dakwah

Ada sangat banyak jenis konsolidasi, di antaranya adalah konsolidasi personal, konsolidasi struktural, dan konsolidasi amal. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas satu bagian saja, yaitu konsolidasdi personal yang merupakan aset terbesar, aset terpenting, dan aset termahal dalam gerakan dakwah.
Dalam konteks kekinian, konsolidasi personal sangat diperlukan agar seluruh potenbsi bisa efektif bekerja mencapai tujuan dakwah. Konsolidasi personal meliputi konsolidasi spiritual,  konsolidasi konsepsional, dan konsolidasi moral.

Konsolidasi Spiritual

Konsolidasi spiritual bertujuan untuk semakin mengikatkan anggota gerakan dakwah  dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka harus memiliki orientasi Rabbani dalam setiap aktivitas hidupnya. Pada saat yang sama, diharapkan akan muncul ruh berjama’ah yang  kian kokoh.

Asy Syahid Hasan Al Banna dalam risalah beliau Da’watuna fii Thuru Jadid Bainal Amsi wal Yaum menjelaskan, “Ciri misi kami yang paling spesifik adalah sifat Rabbaniyah dan syumuliyah. Mengenai sifat Rabbaniyah, karena asas yang menjadi pusat seluruh tujuan kami ialah agar umat manusia mengenal Tuhan mereka. Dari limpahan berkah hubungan ini mereka dapat memperoleh keruhanian yang mulia yang akan mengangkat jiwa mereka dari kebekuan dan kekotoran materi kepada tingkat kesucian, keindahan serta kemanusiaan yang mulia. Kami berseru dengan segenap hati kami : Allah tujuan kami”.

Madrasah ruhaniyah yang dibangun Rasul saw menandakan perhatian (tarkiz) beliau terhadap konsolidasi spiritual ini. Diktum asasi yang berlaku dalam dakwah adalah, ketinggian kinerja dakwah sebanding dengan ketinggian spiritualitas pelakunya. Ayat-ayat Makiyah mendukung keabsahan diktum tersebut, bahwa nilai-nilai spiritualitas menjadi pokok bahasan yang berulang-ulang di dalamnya. Ayat-ayat awal Al Muzammil dan Al Mudatsir memberikan penekanan pada pembersihan dan pengokohan spiritualitas. Selain itu, ayat-ayat Makiyah banyak mengulang-ulang kisah surga dan neraka untuk menjadi pengingat dan berita gembira secara ruhaniyah bagi kaum muslimin.

Dr. Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Ruhaniyatud Da’iyah menjelaskan posisi ruhaniyah sebagai berikut, “Kini kita akan menuju terminal dimana anda bisa menghirup nafas keimanan dan menambah bekal ketaqwaan. Di sana jiwa anda akan memantulkan pancaran ruhani. Anda akan menjadi seorang yang shalih, seorang insan yang penuh keikhlasan. Bahkan tatkala anda melanjutkan perjalanan, langkah akan terasa lebih ringan, kata-kata akan berpengaruh, tingkah laku akan menjadi tauladan, penampilan menjadi penuh daya tarik, serta sorotan mata anda akan memancarkan semangat dan optimisme”.

Konsolidasi Konsepsional

Konsolidasi konsepsional bermaksud untuk memperkuat keterikatan dan penguasaan konsepsional setiap personal bagi keperluan dakwah. Pengkayaan pemikiran dan berbagai konsepsi akan terjadi dalam suasana kebersamaan, sehingga syura dan diskusi-diskusi ilmiah lebih hidup dan segar. Gerakan dakwah akan terjaga kesinambungan ide dan konsepsinya dengan langkah ini, serta terjaga dari bahaya penyimpangan tujuan.

Syaikh Musthafa Masyhur dalam Qadhaya Asasiyah ‘ala Thariqid Da’wah menjelaskan perlunya ar ru’yah al wadhihah (pandangan atau konsep yang jelas) dalam konteks gerakan dakwah sebagai berikut, “Pertama kali yang harus dimiliki oleh seorang da’I adalah pandangan yang jelas terhadap jalan dakwah, mengenal pasti petunjuk-petunjuknya serta seluruh yang terkait dengannya. Ini adalah qadhiyah paling penting bagi setiap orang yang berjalan di atas jalan dakwah”.

Lebih lanjut belaiu mengungkapkan, “Mengapa hal itu sangat diperlukan? Sebab ketiadaan pengetahuan yang jelas terhadap karakter perjalanan tidak jarang menyebabkan seseorang menjadi ragu dan sangsi terhadap keselamatan perjalanannya. Bahkan sering menyebabkan seseorang dilanda kegoncangan yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan takut meneruskan perjalanan”.

Kelemahan pelaku dakwah dalam memahami dan menguasai konsep-konsep pergerakan akan menyebabkan kelemahan pula dalam mencapai tujuan dakwah. Kebijakan-kebijakan produk pergerakan dakwah tidak akan menghasilkan apapun apabila tidak dikuasai dengan baik oleh setiap pelakunya. Bisa jadi seseorang merasa telah melakukan kegiatan yang sedemikian tinggi ritmenya, akan tetapi sama sekali ternyata tidak mencapai sasaran yang ditetapkan. Allah Ta’ala memberikan penggambaran kondisi orang-orang yang tertipu, dalam ungkapan ayat-Nya:

“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalannya, yaitu orang-orang yang telah sia-sia dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Al Kahfi: 103 – 104).

Konsolidasi konsepsional akan menghindarkan pelaku dakwah dari bentuk ketertipuan semacam itu. Dr. Yusuf Al Qardhawi menjelaskan, “Masyarakat Islam diwarnai oleh pemikiran dan pemahaman yang menetukan pandangannya terhadap segala persoalan, peristiwa, tingkah laku seseorang, nilai dan hubungan…. Islam sangat memperhatikannya untuk meluruskan pemahaman pengikutnya, sehingga pandangan dan sikap mereka terhadap permasalahan hidupnya menjadi lurus dan tashawur umum mereka terhadap sesuatu dan nilai tertentu menjadi jelas. Islam tidak membiarkan mereka memandang sesuatu dengan pemikiran yang dangkal, sehingga menyimpang dari orientasi yang benar dan tersesat dari jalan yang lurus. Oleh karena itu Al Qur’an dan As Sunnah selalu meluruskan pemahaman-pemahaman yang menyimpang, pemikiran-pemikiran keliru yang tersebar di masyarakat” (Lihat: Dr. Yusuf Al Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur’an dan As Sunnah, Citra Islami Press, Solo, 1997).

Konsolidasi Moral

Konsolidasi moral adalah upaya kristalisasi nilai-nilai akhlaq karimah dalam diri setiap pelaku dakwah. Tak bisa dipungkiri, salah satu kunci keberhasilan dakwah Rasul dan para sahabat justru terletak pada ketinggian akhlaq mereka. Klaim negatif yang berkaitan dengan kepribadian Rasul senantiasa tertolak secara alami, lantaran keluhuran budi pekerti Rasul bukan saja disaksikan dan diakui para sahabat beliau, namun juga musuh-musuh beliau sekalipun.

Kerendahan moralitas adalah kondisi paradoks terhadap tujuan dakwah. Artinya, semakin rendah moralitas pelaku dakwah, semakin jauh pula mereka dari tujuan. Demikian pula berlaku sebaliknya.

Tatkala pasukan Islam di bawah pimpinan Abu Ubaidah mencapai lembah Jordan, penduduk setempat menulis surat kepadanya berbunyi, “Saudara-saudara kami kaum muslimin,  kami lebih bersimpati kepada saudara-saudara daripada orang-orang Romawi meskipun mereka seagama dengan kami, karena saudara-saudara lebih setia kepada janji, lebih bersikap belas kasih terhadap kami dengan menjauhkan tindakan-tindakan tidak adil. Pemerintah Islam lebih baik daripada pemerintah Byzantium karena mereka telah merampok harta dan rumah-rumah kami”.

Sejarah juga telah mencatat penduduk Emessa menutup gerbang kota terhadap tentara Hiraklius serta lebih suka kepada pemerintahan dan sikap adil kaum muslimin daripada tekanan dan sikap tidak adil orang-orang Yunani (Lihat: Thomas W. Arnold,  Sejarah Dakwah Islam, Wijaya, Jakarta, 1977).

Kelembutan, kasih sayang terhadap ummat adalah sebagian kecil dari tuntutan moralitas bagi para pelaku dakwah:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka…” (Ali Imran : 159).

Sejarah mencatat pula kejayaan dakwah yang amat gemilang, karena faktor moralitas ideal yang ditawarkan Islam. Thomas W. Arnold dalam Preaching of Islam mencatat dokumen berikut :
“Demikianlah keadaan perasaan di Syria selama kampanye tahun 633 hiungga 639, pada waktu bangsa Arab secara berangsur-angsur mengusir pasukan Romawi dari propinsi itu. Dan ketika Damaskus pada tahun 637 memberikan teladan dengan menjalin hubungan dan mengadakan perjanjian dengan bangsa Arab sehingga berhasil mendapatkan kekebalan terjamin dari tindak perampasan harta benda, dan syarat-syarat lain yang menguntungkan, maka kota-kota lain di Syria langsung mengikutinya. Emessa, Arethusa, Heliopolis dan kota-kota lain juga memasuki perjanjian sehingga mereka menjadi daerah-daerah kekuasaan bangsa Arab muslim. Bahkan kepala kota Jerussalem menyerahkan diri dengan syarat-syarat perjanjian yang mirip. Rasa takut akan paksaan agama dari sang Kaisar yang memerintahkan hal-hal bid’ah dalam agama mereka, menjadikan janji Islam akan adanya toleransi lebih menarik bagi mereka daripada berhubungan dengan kekaisaran Romawi”.

Ketika para pelaku dakwah menampilkan akhlaq yang mulia, pasti akan menimbulkan simpati dan rasa suka secara alami dari masyarakat. Sebaliknya, jika dakwah ditampakkan dengan cara-cara yang tidak memenuhi standar akhlaq mulia, justru akan menjauhkan masyarakat dari lingkungan dakwah. Sudah semestinya seluruh personal dalam dakwah selalu berusaha menjaga ketinggian akhlaq, kemuliaan sikap, kelembutan hati, kesantunan komunikasi, sehingga akan memberikan nilai positif yang menyebabkan masyarakat mudah menerima seruan dakwah.

Wallahu a’lam.
Lengkapnya Klik DISINI

"Poligami di mata Akhwat PKS" | by @MinieBintis

Poligami menjadi sebuah dilema bagi akhwat. Jenjang pengkaderan seolah menutup tabir bagi para akhwat untuk tidak lengah terhadap prahara jodoh. Jenjang pengkaderan secara perlahan menganjurkan akhwat agar semaksimal mungkin berusaha agar menikah dengan ikhwan. Alasan yang rasional diungkapkan oleh para qiyadah adalah terkait keberlangsungan tarbiyah di kemudian hari pasca menikah. Perempuan yang dipimpin, bukan memimpin dalam rumah tangga, sehingga dengan menikah sesama kader, diharapkan rumah tangga yang terbangun kental akan nuansa tarbiyah hingga anak cucu.
Berbeda dengan kader ikhwan (laki-laki) yang diberi keleluasaan untuk menikah dengan akhwat atau tidak. Alasannya, kalau dengan akhwat maka jalinan tarbiyah akan semakin kokoh. Kalau tidak, diharapkan menjadi ajang rekrutmen kader. Hal ini sangat dimungkinkan karena laki-laki (suami) adalah pemimpin rumah tangga. Dengan kekuasaan, tidak sulit baginya untuk merubah seseorang yang telah hanif untuk menjadi seorang 'akhwat'.
Pada sisi yang lain, globalilsasi menyeret kaum adam lebih dalam terjerat pada kubangan kemaksiatan. Perekrutan kader yang dilakukan lebih menarik simpati para perempuan untuk tergabung dalam jama’ah. Terlepas dari kinerja para ikhwan yang lamban dalam pengkaderan atau merupakan hukum alam, yang jelas jumlah akhwat jauh lebih banyak dari pada ikhwan. Jika ada 100 orang yang terekrut, hanya 30% diantaranya laki-laki. Fenomena ini terjadi hampir di setiap jenjang pengkaderan hingga tingkat nasional, walhasil sosok ikhwan menjadi langka.
Realita ini mendorong para qiyadah jama’ah untuk turut andil memikirkan solusi yang terjadi. Beberapa tahun silam, sempat tersiar anjuran berpoligami bagi para ikhwan untuk mensiasati regenerasi kader. Tidak lama setelah itu, muncullah buku yang berjudul “Bahagia dengan satu Istri”, karangan Ustadz Cahyadi Takariawan. Dalam buku tersebut dipaparkan betapa Islam sangat bijaksana memperbolehkan poligami namun juga tidak mengkultuskannya menjadi sebuah budaya Islam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui sejarah berpoligami.
Tradisi berpoligami sudah ada sejak berabad-abad silam bahkan sebelum Rasulullah dilahirkan. Di Persia dan bangsa Arab, laki-laki bebas menikahi lebih dari satu istri dengan jumlah tanpa batas. Kemudian Islam hadir untuk membebaskan perempuan dari kedzaliman. Kehadiran Islam telah mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, melindungi kehormatannya.
Alkisah, ada seorang sahabat yang memiliki istri lebih dari empat sebelum masuk Islam. Dalam sebuah riwayat, Imam Syaukani menuturkan ‘Qais bin al-Harats berkata “Saat masuk Islam, saya memiliki 8 orang isteri. Kemudian saya menemui Rasulullah saw, dan saya ceritakan kepada beliau masalah ini. Selanjutnya beliau saw bersabda,”Pilihlah empat orang diantara mereka". [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah].
Islam hadir untuk membatasi jumlah maksimum 4 istri bagi suami. Sehingga budaya berpoligami bukan budaya Islam, melainkan budaya orang Arab saat masa jahiliyah dahulu. Namun pembatasan yang Allah berikan kepada laki-laki bukan hanya boleh 1 istri, melainkan 4. Walaupun pada akhirnya Allah menganjurkan menikahi 1 orang saja bagi yang takut tidak dapat berlaku adil, namun Allah juga tidak melarang bagi yang menganggap dirinya dapat berlaku adil.
 
Adil dalam hal ini adalah pembagian waktu, materi maupun perhatian. Terkait dengan kecenderungan rasa, hal itu tidak dapat direkayasa sebagaimana Rasulullah juga lebih cenderung pada Aisyah dibandingkan para istri-istri yang lain ketika Rasulullah berpoligami. Nuansa romantika rumah tangga Rasulullah beserta para ummul mukminin merupakan cermin keluarga poligami ideal. Demikian juga kisah rumah tangga Rasulullah dengan istri pertamanya Khadijah ra, menjadi rol model keluarga Islami satu istri. Rasulullah adalah laki-laki perfect, dalam sejarah hidupnya ada contoh kehidupan dengan satu istri maupun dengan banyak istri.
Mengutip ungkapan Ibu Sri Rahayu Tifatul Sembiring, beliau berkata bahwa “prinsip dasarnya, poligami bukan untuk membuat kebubrahan, tapi justru harus menjadi sebuah ekspansi cantik yang menambah keindahan dakwah”. Alangkah indah, saat dalam dunia dakwah bukan menjadi hal yang tabu jika ada yang berpoligami. Tidak dicerca apalagi dihina. Justru pada saat itulah moment strategis kader dakwah untuk membuktikan kepada dunia bahwa poligami dalam Islam adalah anugerah, bukan musibah.
Bagi penulis, tidak masalah jika ada sosok ikhwan yang tidak mau berpoligami. Karena bisa jadi ia begitu mencintai istrinya, atau takut tidak dapat berlaku adil. Namun menjadi sebuah masalah apabila ada seorang istri tidak mau dipoligami, hemat penulis hal ini ada sangkut pautnya dengan mahabbah kepada Allah. Sedikit agak sadis memang, mari kita rasionalisasikan.
Ummul mukminin Khadijah ra adalah sosok tauladan umat dari kalangan perempuan. Beliau dijamin Allah masuk surga, dijamin dibangunkan istana dari bambu, dijamin akan menjadi pemimpin wanita kelak di surga. Beliau adalah kekasih Rasulullah. Ibunda Khadijah binti Khuwailid ra tidak dipoligami dan tidak ada sikap beliau yang melarang Rasulullah untuk berpoligami. Walaupun juga tidak ada hadits yang menguatkan bahwa Khadijah ra pernah meminta Rasulullah untuk mempoligaminya, namun setidaknya digambarkan dalam sirah bahwa Khadijah adalah sosok wanita yang mau melakukan apa saja demi mendapatkan keridraan Allah dan Rasulullah.
Begitu pula saat kita telisik kisah almarhumah Ustazah Yoyo Yusro, beliau tidak dipoligami bukan karena tidak mau dipoligami, justru beliau sangat ingin dipoligami dan meminta suaminya agar mau poligami, dan pada akhirnya sejarah asmara hidup beliau harum tak ubahnya kisah para sahabiyah. Karena suami Ustazah Yoyo tidak menikah lagi.
Pertanyaan besar bagi akhwat yang anti poligami, “mengapa sosok Khadijah, Ustazah Yoyo Yusro, dan para sahabiyah mau dipoligami? Terlepas pada akhirnya dipoligami atau tidak, namun mengapa para wanita tangguh itu mau hidup berbagi. “Mahabbah/ Cinta pada Allah”. Itu jawabannya. Begitulah cinta mengalahkan logika. Dapatkah kita berfikir, bahwa bisa jadi pada masa dakwah Mekkah atau Madinah jumlah akhwat jauh lebih banyak dari pada ikhwan sebagaimana yang terjadi hari ini? Sehingga dengan gampang para sahabiyah mau dipoligami oleh para sahabat.
Umar bin Khathab memiliki jumlah istri hingga 9 orang. Bukan dalam satu waktu, melainkan ketika istrinya wafat, ia menikah lagi. Sepanjang hidup Umar bin Khathab, istrinya selalu berjumlah 4. Hingga wajar jika pada akhirnya jumlah istrinya lebih dari 4 jika diakumulasikan. Ketika ditanya oleh sahabat lain mengapa ia begitu suka menikah, Umar bin Khathab hanya menjawab “Sesungguhnya aku ingin Rasulullah bangga padaku dengan banyaknya ummatnya kelak di akhirat”. Subhanallah, sosok Umar bin Khathab menikah bukan semata karena syahwat, melainkan karena mengharapkan apresiasi/kebanggaan itu muncul dari Rasulullah kelak di akhirat.
Para sahabat rata-rata memiliki banyak keturunan. Khalid bin Walid ra memiliki 40 anak. Disebutkan bahwa anak cucu Anas bin Malik yang berkumpul saat khataman al Qur’an di rumahnya lebih dari 100 orang. Begitulah sifat para sahabat/sabahiyah dalam berlomba dalam kebaikan. Mereka seolah mengabaikan keegoisan, hidup berbagi mudah mereka lakukan. Sungguh, itsar-nya para sahabat luar biasa. Mereka bertindak bukan semaunya, tapi semampunya. Apa saja akan mereka lakukan untuk meraih simpati Allah, membuat Allah bangga. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana agar Islam semakin kokoh dengan banyaknya jundi- jundi Allah, agar janda dapat terberdayakan, agar tidak ada lagi perawan tua dari kalangan sahabiyah, agar izzah Islam semakin mengakar dalam kehidupan.
Jodoh adalah bagian dari rahasia Allah. Bisa saja kita ngeles dengan berujar “Jodoh itu Allah yang atur, bukan kita. Semua sudah tercatat di lauful mahfud. Perawan tua karena jodohnya belum datang”. Iya benar, tapi bukankah ikhtiar manusia juga menjadi penentu siapa dan bagaimana proses itu berlanjut. Bukankah kemenangan dan prospek dakwah yang kita alami saat ini karena sebuah kerja keras yang diawali dengan rasionalisasi untuk membuat suatu strategi. Bukankah poligami merupakan rasionalisasi atas strategi pemecahan masalah pernikahan bagi para akhwat.
Lalu bagaimana mungkin para ummahat menolak poligami yang diperbolehkan Allah. Lagi pula, mau dipoligami belum tentu pada akhirnya dipoligami. Bisa jadi suaminya tidak mau, atau tidak ada akhwat yang mau dijadikan istri kedua, ketiga, maupun keempat. Disitulah letak maksimalisasi ikhtiar para ummahat. Sampai disitulah kemudian kita berujar “Semua sudah tercatat di lauful mahfud”.
Kalau tidak ada keikhlasan dari para ummahat, tidakkah kita merasa juga memiliki andil dengan para akhwat yang berguguran di jalan dakwah karena tidak jua menemukan jodoh? Tidakkah para ummahat tersekat lidahnya saat ada akhwat yang futur keluar dari jamaah dan masuk di jamaah lain karena peroleh suami yang tidak sefikrah?

Tidakkah kita telisik hati seorang presiden PKS Anis Matta yang bisa jadi menganjurkan poligami sebagi solusi, hingga kemudian beliau mengaplikasikannya langsung, bukan dengan kata-kata. Sebagaimana dulu ketika Rasulullah melakukan potong rambut sendiri saat berhaji dan kemudian diikuti para sahabat yang lain. Karena ada kalanya manusia lebih faham dengan perbuatan bukan dengan perkataan.
Para akhwat yang anti poligami, coba kita renungkan. Coba bayangkan suatu suasana ideal sistem berpoligami para sahabiyah yang kini dapat terejawantahkan dalam zaman modern. Suami (ikhwan) yang mau poligami boleh berpoligami, akhwat yang mau dipoligami punya jalan untuk itu, anak-anak kader semakin banyak. Bukankah itu artinya memperkecil peluang berguguran akhwat kalau alasan futurnya karena jodoh, bukankah dengan banyaknya jundi-jundi Allah secara kualitas dan kuantitas penduduk Indonesia semakin membaik?
Tidakkah kita mau menggantikan penduduk muslim di Indonesia yang keluar dari islam karena harta, kita gantikan dengan anak-anak kita. Bukankah kita meyakini bahwa secara kualitas Insya Alah aqidah anak-anak kader jauh lebih baik dari pada orang awam di luar sana. Bukankah itu artinya agenda ‘poligami’ merupakan agenda umat?

Bukan cuma 1 atau 2 orang akhwat di Indonesia ini yang sudah berusia 30 tahun namun belum juga menikah, adakah kita berfikir bagaimana nasib mereka selanjutnya. Apakah mereka harus menunggu duda-duda ikhwan? Karena sungguh sulit bagi mereka mendapatkan ikhwan yang masih lajang, karena kebanyakan dari mereka mencari akhwat dengan usia muda. Sadarilah wahai ummahat, siapa lagi yang akan menolong kecuali kita?

Sekali lagi coba renungkan, para akhwat tua jumlahnya banyak, mereka tidak boleh menikah kecuali dengan ikhwan, jumlah ikhwan sedikit, ikhwan yang lajang mencari istri yang muda, waktu terus bertambah, usia mereka semakin renta, dan kita hanya dapat memaksa suami agar tidak poligami. Duhai… betapa malang saat tubuh mereka terhimpit dan berusaha bertahan dalam jalan dakwah, kita yang kuasa untuk menolongnya namun tidak juga mengulurkan tangan untuk bersama-sama satu atap meraih Jannah Nya. 
Dalam hal ini, penulis juga yakin. Tidak semua akhwat yang belum menikah mau dipoligami. Terkait hal itu sah-sah saja kalau mereka menolak tidak mau dipoligami. Namun setidaknya para ummahat telah memberi jalan... jalan bagi para akhwat yang kesulitan menikah tersebab salahsatunya faktor usia. Masih terlalu banyak peluang kebaikan yang dapat kita lakukan, selama masih ada kesempatan.

Wallahu ‘alam…


*Penulis: @MinieBintis on twitter

sumber: http://www.pkspiyungan.org
Lengkapnya Klik DISINI
Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......